Seringkali kita kecewa dengan seseorang karena
orang tersebut berpacaran meski sudah mengetahui dalam Islam hukum pacaran
itu haram. Dia tahu kalau hukum pacaran itu haram, tapi setelah
ditegur dia tetap tidak mau memutuskan pacarnya. Bagaimana sih kalau udah mabuk
asmara? Serasa dunia sudah milik berdua dan serasa sudah menjadi orang paling
bahagia sedunia. Well, sebagai perempuan normal saya juga pernah naksir ikhwan dan kita tahu bahwa cinta itu fitrah (baca artikel berkaitan: Duh... Cinta!),
dan saya percaya teman-teman disinipun begitu tapi prinsip saya adalah tidak pacaran #CewekTanpaMantan #Ea. Karena pikirin deh, lebih berat mana? Menanggung
rindu atau menanggung dosa? Eaaa...
Katakan pada Dilan, Rindu itu tidak berat. Yang
berat itu dosa. Allah cemburu dan kau takkan kuat. Aku juga. Hehehe.
Disini aku akan mengupas tentang pacaran, tidak ada salahnya kan menegur sesama
muslim? Bukankah Allah telah berfirman, “Dan tetaplah memberi peringatan
karena peringatan itu bermanfaat.” (Adz-Dzariyat ayat 55). Ya udah,
langsung saja deh.
Pacaran Itu Hukumnya HARAM
Kita sebagai umat muslim sudah tahu kalau pacaran itu hukumnya haram. Bahkan,
sebatas bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram pun hukumnya adalah
haram. Tidak ada manfaat dari pacaran, malah banyak banget mudhorotnya. Seperti
mengganggu pelajaran, membuang-buang waktu, membuang-buang uang, rentan hamil
di luar nikah dan sebagainya.
Pacaran itu hukumnya haram walau kamu berdalih
pacaran jarak jauh sehingga tidak mungkin kontak fisik dan sebagainya dan hanya
melalui chattingan.
Artikel Berkaitan:
Walau kamu mencari-cari dalil yang bisa menghalalkan
pacaran dan sebagainya. Sebagaimana ayat Al-Qur’an yang berbunyi:
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk.” (Al-Isra ayat 32)
Di ayat ini tertulis bahwa janganlah kita
mendekati zina. Jangan mendekati zina itu berarti jangan pacaran, karena zina
(baca: seks bebas) pasti dimulai dari pacaran. Pacaran itu kan identik dengan
pegang-pegangan tangan, pelukan, bahkan ciuman dan ujung-ujungnya bisa jadi
hamil di luar nikah… Iiih, naudzubillah…
Zina itu sendiri terdiri atas beberapa jenis.
Zina mata, zina tangan, zina kaki, zina telinga, zina mulut, zina hidung, zina
kemaluan, dan zina hati. Jadi walaupun pacaran jarak jauh, yakin bisa menjaga
hati?
Atau mungkin sebatas telepon. Suara wanita
itukan hukumnya adalah aurat jika didengar oleh yang bukan mahram. Tidak
mungkin kan, di telepon kamu tidak mendengar suaranya.
Dalil-Dalil Tentang Haramnya Pacaran
Berikut adalah dalil-dalil Al Quran dan
Hadits tentang haramnya berpacaran:
1. Rasulullah SAW bersabda, “Kebanyakan yang
menyebabkan seseorang masuk neraka adalah fajr (kemaluan)”.
2. Dari Ma’qil bin Yasar bin Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya
ditusuknya kepala salah seorang dari kamu dengan jarum besi itu jauh lebih baik
daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan
Baihaqi)
3. Dari Asy-Syabi bahwa Nabi saw. ketika membai’at kaum wanita beliau membawa
kain selimut bergaris dari Qatar lalu beliau meletakkannya di atas tangan
beliau, seraya berkata, “Aku tidak berjabat (baca: menyentuh) tangan dengan
wanita.” (HR Abu Daud dalam al-Marassi)
4. Hadits yang lain berbunyi, “Tidak halal darah seorang muslim, kecuali
tiga orang, yaitu laki-laki yang berzina, orang yang membunuh jiwa, dan orang
yang meninggalkan agamanya.”
5. Sa’ad bin Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki
berzina dengan istriku, maka akan aku penggal leher laki-laki itu dengan pedang”.
Perkataan Sa’ad itu sampai ke telinga Rasulullah SAW, dan beliau berkata, “Apa
kalian heran dengan kecemburuan Sa’ad? Sesungguhnya aku lebih cemburu daripada
Sa’ad dan Allah lebih cemburu daripada aku. Oleh karena itu, Allah mengharamkan
kekejian-kekejian yang tampak dan yang tersembunyi.”.
6. “Sesungguhnya Allah cemburu (tersinggung) dan seorang mukmin harus cemburu.
Ketersinggungan Allah adalah ketika hamba-Nya melakukan apa yang dilarang Allah.”
(HR. Bukhari Muslim).
7. Dalam hadits lain ketika beliau berkhotbah sholat gerhana matahari, beliau
bersabda: “Wahai umat Muhammad, tidak ada yang lebih tersinggung (ghirah)
melebihi Allah ketika ketika seorang hamba laki-laki dan perempuan berzina. Hai
umat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya
kalian akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”.
8. Dan sebagaimana disebutkan oleh Anas bin Malik, “Akan aku beritahu berita
yang tidak akan diberitakan oleh seorangpun sesudahku. Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda, Termasuk tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu
dan menyebarnya kebodohan, maraknya minuman khamar, dan perzinaan…”.
9. “Katakanlah (Muhammad) kepada laki-laki yang beriman, ‘hendaklah mereka
menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang
demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman,
‘hendaklah mereka menahan sebagian pandangan mata mereka dan memelihara
kemaluan mereka…” (An-Nur ayat 30-31).
10. “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang pandangan tiba-tiba
(tanpa sengaja), maka beliau memerintahkan aku untuk memalingkan pandanganku.”
(HR Muslim no. 5609).
11. Dan juga sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menetapkan atas anak Adam
bagiannya dari zina-zina. Maka zinanya mata dengan memandang (yang haram),
zinanya lisan dengan berbicara. Sementara jiwa itu berangan-angan dan
berkeinginan, sedangkan kemaluan yang membenarkan semua itu atau
mendustakannya.” (HR Al-Bukhori no 6243 dan Muslim no. 2657).
12. “Dia mengetahui pandangan mata yang khianat dan apa yang disembunyikan
dalam dada.” (Ghafir ayat 19).
13. Ibnu Abbas r.a. berkata, “ayat ini terkait dengan seorang laki-laki yang
duduk pada suatu kaum. Lalu lewatlah seorang wanita. Namun bila teman-temannya
melihat dirinya, dia menundukkan pandangannya. Sungguh Allah SWT mengetahui
keinginan dirinya. Ia ingin andai dapat melihat aurat si wanita.” (Al
Jami’li Ahkamil Qur’an, 15/198).
14. “Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki
melebihi wanita” (HR Bukhari no 4808 dan Muslim no 2740 dari Usamah bin
Zaid).
15. “Sesungguhnya awal kebinasaan Bani Israil adalah disebabkan masalah
wanita” (HR Muslim no 7124 dari Abu Said al Khudri.
16. “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak
halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka
berdua kecuali apabila bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih dilihat dari jalur lain).
17. “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga)“. (Q.S. Ali Imran: 14).
18. “Maka janganlah kamu tunduk (bersuara lembut) dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan
yang baik“. (QS. Al-Ahzab:32).
19. “Hati-hatilah kalian dari masuk menemui wanita”. Seorang lelaki dari
kalangan Ashar berkata, “Bagaimana pendapatmu dengan kerabat suami?” Maka
Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Mereka adalah kematian
(kebinasaan)“. [HR. Al-Bukhoriy (5232), Muslim (2172), dan At-Tirmidziy
(1171)].
20. “Ada tiga golongan yang sungguh Allah haramkan baginya surga: pecandu
khomer, orang yang durhaka (kepada orang tuanya), dan dayyuts yang membiarkan
perbuatan keji dalam keluarganya“. [HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/69/no. 5372).
Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’
(3047)] (Maksud dari hadits ini adalah kedua orang tua pelaku pacaran tidak
akan masuk surga jika mereka membiarkan anaknya melakukan perbuatan keji.
21. “Apabila kamu minta sesuatu (makanan) kepada mereka (isteri-isteri
Nabi), m aka mintalah dari balik tabir. Karena yang demikian itu lebih dapat
membersihkan hati-hati kamu dan hati-hati mereka itu,”.
22. “Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya,
maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan
mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya).
23. “Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu
sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67).
24. Benar adanya firman Allah Swt. (yang artinya): “Maka pernahkah kamu
melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan-nya dan Allah
membiarkannya berdasarkan ilmuNya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu
tidak mengambil pelajaran?” (QS al-Jaatsiyah [45]: 23).
25. “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama
mahramnya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
26. “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” (HR. Malik
, Nasa’i, Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
27. Telah berkata Aisyah ra, “Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak
pernah menyentuh tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai’atnya
(mengambil janji) dengan perkataaan.” (HR. Bukhari dan Ibnu Majah).
28. “Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak
sengaja) dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah
untukmu. Namun yang kedua adalah haram” (HR. Abu Dawud , At-Tirmidzi dan
dihasankan oleh Al-Albani).
29. “Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka
barangsiapa yang memalingkan pandangannya dari kecantikan seorang wanita,
ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai
pada hari? Kiamat.”(HR. Ahmad).
30. Telah berkata Abu Asied: Rasulullah Saw pernah keluar dari masjid, padahal
di waktu itu laki-laki dan wanita bercampur di jalan, maka sabda Rasulullah
(kepada wanita-wanita): "mundurlah! bukan hak kamu berjalan di tengah
jalan; hendaklah kamu ambil pinggir jalan" (HR. Abu Daud).(Jika
bercampur baur antara ikhwan akhwat bukan mahram saja tak boleh apalagi
pacaran?).
31. Ada seorang lelaki, yang sudah masuk Islam, datang kepada Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam mengakui dirinya berbuat zina. Nabi berpaling
darinya hingga lelaki tersebut mengaku sampai 4 kali. Kemudian beliau bertanya:
‘Apakah engkau gila?’. Ia menjawab: ‘Tidak’. Kemudian beliau
bertanya lagi: ‘Apakah engkau pernah menikah?’. Ia menjawab: ‘Ya’.
Kemudian beliau memerintah agar lelaki tersebut dirajam di lapangan. Ketika
batu dilemparkan kepadanya, ia pun lari. Ia dikejar dan terus dirajam hingga
mati. Kemudian Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengatakan hal yang baik
tentangnya. Kemudian menshalatinya” (HR. Bukhari no. 6820).
32. “Pezina tidak dikatakan mu’min ketika ia berzina” (HR. Bukhari no.
2475, Muslim no.57).
33. “Mengasingkan pezina itu sunnah” (HR. Ibnu Hazm dalam Al Muhalla,
8/349).
34. Abu Hurairah berkata: “‘Iman itu suci. Orang yang berzina, iman
meninggalkannya. Jika ia menyesal dan bertaubat, imannya kembali‘” (HR.
Ibnu Abi Syaibah dalam Syu’abul Iman, di-shahihkan Al Albani dalam Takhrij Al
Iman, 16) (Banyak sekali hadits-hadits tentang besarnya dosa zina, maka jangan
dekati zina melalui pacaran. Oke?).
35. "Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu
adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh
oleh seseorang)” [Al-Israa : 32].
Para ulama menjelaskan bahwa firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Janganlah kamu
mendekati zina”, maknanya lebih dalam dari perkataan : “Janganlah kamu berzina”
yang artinya : Dan janganlah kamu mendekati sedikit pun juga dari pada zina
Yakni : Janganlah kamu mendekati yang berhubungan dengan zina dan membawa kepada
zina apalagi sampai berzina.
Perbedaan Pacaran dengan Ta’aruf.
Kalian mungkin bertanya-tanya, bukankah pacaran adalah ajang mengenal satu sama
lain? Bagaimana bisa menikah kalau tidak pacaran dulu? Aku bilang bisa dengan
cara Islam. Islam mengajarkan kepada calon suami istri untuk saling mengenal
terlebih dahulu yang disebut ta’aruf. Tentu saja ta’aruf lebih sopan dan lebih terarah
karena calon suami istri dikenalkan oleh keluarga masing-masing. Secara logika
saja, kalau pacaran kan, fulanah selalu mencoba untuk menutup kejelekan dirinya
dari si fulan dan memperlihatkan sisi baiknya saja, begitu juga si fulan kepada
si fulanah. Kalau ta’aruf, mulai dari kebaikan sampai kejelekan setiap pasangan
pasti disebut oleh keluarga, jadi setelah menikah tidak ada penyesalan apapun.
Aku juga berani bilang, kalau pernikahan yang dimulai dari ta’aruf lebih
bertahan lama daripada yang dimulai dengan pacaran. Kenapa? Berikut perbedaan
pacaran dengan ta’aruf.
1. Seperti yang aku tulis barusan, dari ta’aruf kita bisa menerima kekurangan
diri pasangan kita mengingat diri kita yang juga punya banyak kekurangan. Tidak
seperti pacaran dimana setiap pasangan berusaha untuk menutup-nutupi kekurangan
dirinya dan tampil sebaik mungkin di depan kekasihnya.
2. Kalau pacaran berarti manis-manisnya sudah dihabiskan di awal, setelah
menikah tinggal sepahnya doang. Kalau ta’aruf, manis-manisnya tentu saja dinikmati
setelah menjadi halal. Kitapun merasa disayang oleh Allah SWT karena tidak ada
keresahan sedikitpun.
3. Orang yang berta’aruf biasanya (meski tidak semuanya) terbimbing dan ter-tarbiyah. Senantiasa
menegakkan syariat Allah dan al-Millah. Mereka biasanya adalah orang-orang yang
tahu hukum agama kalau bercerai adalah hal yang sangat Allah benci. Berbeda
dengan masyarakat awam yang berpacaran dan menyelesaikan masalah rumah tangga dengan bercerai.
Orang yang memulai pernikahan dengan berpacaran biasanya (aku tidak bilang
seluruhnya) adalah orang yang tidak mengenal hukum agama. Mereka biasa pergi
berduaan, ikhtilat, berpegangan tangan, berpelukan, dan berciuman. Tidak ada
jaminan si cewek tidak akan hamil di luar nikah lalu aborsi karena cowoknya
tidak mau bertanggung jawab. (Baca artikel berkaitan: Tips Agar Tidak Terjebak Pacaran)
Cinta Menurut Agama Islam.
Sebagian orang mengira kalau Islam tidak
menempatkan cinta pada tempat yang proporsional dan tidak tahu apa cinta itu.
Padahal, pada hakikatnya perkiraan orang-orang itu merupakan cermin kebodohan.
Tentu saja jauh berbeda cinta menurut masyarakat awam dan cinta menurut agama
Islam.
Cinta menurut masyarakat awam tidak lain adalah
cinta kepada lawan jenis, cinta nafsu syahwat, cintanya shakespeare, dan cinta
seperti yang disenandungkan lagu band-band di Indonesia. Tidak perlu dijelaskan,
teman-teman pasti sudah tahu.
Sementara, cinta menurut agama Islam adalah
cinta yang paling mulia karena ditempatkan di tempat yang tertinggi. Terjaga
dari hal yang tidak-tidak. Itulah cintanya onta betina yang menyusui anaknya,
cintanya bayi menyedot air susu ibunya, cintanya burung yang membuat sarang
untuk anak-anaknya, cintanya para syuhada yang mengorbankan darahnya di medan
perang. Mereka rela jiwa mereka lebur dalam kilatan pedang, punggung mereka
jauh dari tempat tidur, bahkan mereka rela menafkahkan seluruh harta mereka
demi mencari keridhaan Dzat yang Maha Cinta. (Artikel Berkaitan: Menyikapi Rasa Cinta Pada Lawan Jenis)
Dr. A’id Al-Qarny menuliskannya dalam buku beliau, Korban-Korban Cinta kalau
cinta itu ada dua macam, cinta duniawi dan cinta ilahiyah.
1. Cinta duniawi bernuansa kehidupan dunia, berbau tanah dan berada pada
tataran yang rendah. Ini merupakan cinta murahan dan senda gurau.
2. Cinta ilahiyah, cinta yang bernuansa langit. Berada pada tataran yang tinggi
dan merupakan cermin dari ketaatan dan ibadah.
Imru’ul-Qais jatuh cinta kepada seorang gadis bernama Laila. Abu Jahal
mencintai Uzza dan Manat. Qarun Mencintai Emas. Abu Lahab mencintai kedudukan.
Mereka semua bangkrut (baca: masuk neraka), karena mereka semua telah melakukan
kesalahan yang sangat fatal. Adapun cinta Bilal bin Rabah adalah cinta kepada
kebajikan. Ketika dia dibaringkan di atas pasir yang panas di bawah terik sinar
matahari, tubuhnya tertindih sebuah batu besar, dia berseru kepada Penguasa
bumi dan langit, “Ahad, ahad.” Karena di dalam hatinya ada iman yang teguh
seteguh gunung uhud.
Renungan.
Ada sebuah cerita dimana terdapat seorang wanita yang sangat menc intai
suaminya. Saking cintanya kepada suaminya, wanita tersebut rela menggantikan
suaminya bekerja siang malam. Sementara sang suami hanya menunggu di rumah yang
rumah itu merupakan milik sang istri. Suatu hari ketika wanita itu baru saja
pulang kerja, sang istri melihat sang suami sedang menari telanjang dengan
wanita lain di atas kasur kamar mereka. Keduanya mabuk. Tapi apa yang dilakukan
sang istri? Dia tetap memaafkan suaminya saking mencintai suaminya itu.
Bagaimana kalau aku bilang sang suami itu adalah kita?
Bagaimana mungkin kita lebih mencintai manusia dibandingkan Allah? Padahal
apapun nikmat yang kita rengkuh semua berasal darinya. Pikirkan deh, mulai dari
tangan kita, kaki kita, mata kita, hidung kita, dan seluruh tubuh kita adalah
bukan milik kita melainkan milik Allah tapi malah kita gunakan untuk bermaksiat
kepada-Nya. Tapi Allah Maha Pengampun sebanyak apapun dosa yang berlumuran
dalam diri. Allahu Akbar…
Akhir yang Merupakan Awal.
Bismillah… ini bukanlah penutup melainkan awal dari lembaran barumu,
akhi/ukhti. Aku tahu, memang berat putus dengan si dia, jika tidak berat maka
tidak mungkin cowok yang mengaku ikhwan itu terus bertahan dengan pacarnya.
Tapi percaya deh, azab Allah jauh lebih berat lagi. Toh, jika akhirnya memang
jodoh akan bersatu juga, kan? Atau kalau memang bukan jodoh, yakinlah jika
jodoh yang Allah tentukan adalah jodoh yang terbaik untuk kita dan
senantiasalah berdo’a agar kita bisa mencintai orang yang kita nikahi.
Hanya kepada Allahlah kami memohon, agar menjadikan kami termasuk orang-orang
yang dicintai-Nya dan termasuk syuhada’ di jalan-Nya.
Wallahu’alam.
"Maka barangsiapa yang durhaka dan
mengutamakan kehidupan dunia, sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun
orang yang takut akan kebesaran Alloh dan menahan dirinya dari gejolak
nafsunya, sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya". (QS.
An-Naazi'at(79): 37-41)
Baca Juga: