tag:blogger.com,1999:blog-90172594694780513752024-02-19T07:45:10.385+07:00Santri MenulisSetetes tinta dapat menggerakkan sejuta orang untuk berpikirAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/01526281977228474099noreply@blogger.comBlogger273125tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-14459602500567765712023-06-10T23:06:00.003+07:002023-06-10T23:06:37.642+07:0015 Menit Meditasi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXRYbK4dgDkooFNIZASc2n83iFIHNqjMyHouMd_yNAzlKuOVGYIZ7jB6xoTSpsqrGMtNFLQitB73oG6V2VpWODve9njOXaNmJxNOFYe4Cog3Otjtfe9wRCUf6WaJBVdg0iPDKvaba5OFU1isb7wa9teEzLaBt6ZFwnVQiRV10oWuf16Jej--Twa8LG/s1920/Meditasi.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjXRYbK4dgDkooFNIZASc2n83iFIHNqjMyHouMd_yNAzlKuOVGYIZ7jB6xoTSpsqrGMtNFLQitB73oG6V2VpWODve9njOXaNmJxNOFYe4Cog3Otjtfe9wRCUf6WaJBVdg0iPDKvaba5OFU1isb7wa9teEzLaBt6ZFwnVQiRV10oWuf16Jej--Twa8LG/w400-h225/Meditasi.png" width="400" /></a></div><p style="text-align: justify;">Hari ini, aku pertama kalinya meditasi kembali setelah mungkin hampir satu tahun tidak melakukannya. Aku hanya bermeditasi selama 15 menit, meskipun aku pikir aku perlu melakukannya selama satu jam.</p><p style="text-align: justify;">Selama 15 menit itu, aku membiarkan isi pikiranku mengembara, berceloteh sendiri tiada henti, agar dapat kuamati apa yang dia katakan. Kemudian aku mendengar bahwa dia mengatakan, "Kamu harus beli buku ini untuk mengatasi ini" (tepatnya buku "The Untethered Soul"). Kamu harus membeli buku itu untuk mengatasi itu. Kamu harus menulis judul buku yang perlu kamu beli sebelum melupakannya. Ugh, kenapa aku harus meditasi. Tampaknya menulis judul buku yang harus kubeli saat ini jauh lebih penting."</p><p style="text-align: justify;">Pikiranku mencoba membuatku untuk tidak memperhatikannya, agar dia dapat dengan bebas berjalan semaunya dan aku autopilot. Pikiranku tidak ingin aku keluar dari zona nyaman, itu untuk memproteksi dirinya sendiri dari luka dan rasa sakit. Dan pada akhirnya, ia ingin aku mengabaikan apa yang sebenarnya paling penting dan apa yang harus aku lakukan.</p><p style="text-align: justify;">Aku bertahan untuk meditasi selama 15 menit dan betapa uniknya aku seperti menemukan ada dua orang di dalam diri. Satu yang menceloteh tiada henti, membuatku tidak memerhatikannya dan menjadikanku berjalan autopilot. Satu kesadaran bahwa aku harus tetap meditasi dan merasakan benar-benar apa yang aku takuti hadapi selama ini, apa hal yang aku hindari. Yaitu mendengarkan alam bawah sadarku sendiri dan apa yang dia butuhkan.</p><p style="text-align: justify;">Sebenarnya aku tidak benar-benar yakin apa yang alam bawah sadarku butuhkan. Banyak hal yang bersifat paradoks. Seperti, aku harus lebih banyak mempromosikan online course di media sosial karena dengan begitu aku dapat memiliki pemasukan yang lebih banyak. Dengan pemasukan yang lebih banyak, aku bisa membangun bisnis yang lebih besar dan membeli buku apapun yang aku inginkan. Dan jika aku kaya raya, aku akhirnya bisa lebih tenang untuk tidak melakukan apapun dan bermeditasi.</p><p style="text-align: justify;">Padahal saat itu sendiri, aku sedang bermeditasi dan tidak melakukan apapun. Kenapa aku tidak tenang saat itu saja?</p><p style="text-align: justify;">Aku jadi ingat cerita seorang nelayan yang setiap hari hanya memancing secukupnya di pagi hari untuk menghidupi keluarganya, lalu ia pulang untuk menghabiskan waktu dengan anak-anaknya dan bermain musik dengan teman-temannya.</p><p style="text-align: justify;">Kemudian, seorang pria kaya raya datang. Ia membujuknya untuk bekerja di pusat kota meninggalkan keluarganya, menjadi akuntan, lalu gajinya digunakan untuk berbisnis dan berinvestasi dan dengan begitu, si nelayan dapat menghasilkan uang banyak hingga jutaan dolar. Tetapi itu akan membutuhkan waktu 20 tahun untuk sang nelayan bisa sukses seperti itu.</p><p style="text-align: justify;">Kemudian si nelayan bertanya, lalu apa yang akan terjadi jika dia telah 20 tahun bekerja meninggalkan keluarganya dan menghasilkan jutaan dolar?</p><p style="text-align: justify;">Si pria kaya raya berkata, karena dengan kamu sukses, kamu bisa kembali ke keluargamu, menghabiskan waktu dengan anakmu dan di sore hari bermain musik dengan teman-temanmu.</p><p style="text-align: justify;">Penjabaran sang pria kaya raya sama persis dengan apa yang si nelayan telah peroleh selama ini. Bahkan, dengan pemasukan yang kecil, si nelayan telah menjalani kehidupan kaya raya yang dia inginkan. Lalu untuk apa menghabiskan 20 tahun meninggalkan keluarga dan menjalani pekerjaan yang tidak dia cintai?</p><p style="text-align: justify;">Kehidupan si nelayan sama persis dengan apa yang aku alami saat ini. Aku tinggal bersama keluargaku, tiap hari bermain dengan ponakan yang paling aku cintai, aku sudah bisa membaca banyak buku meskipun ebook, aku punya banyak waktu luang dan aku basically bekerja dengan pasif income yang cukup untuk membiayai satu keluarga. Tapi otakku terus mengatakan bahwa ini kurang dan kurang. Aku harus meraih lebih dan lebih.</p><p style="text-align: justify;">Lalu untuk apa meraih lebih itu lagi? Padahal kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini?"</p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-82047746096591791362021-12-16T17:06:00.005+07:002022-11-12T18:08:05.496+07:00Berusaha Menjadi Egois<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj_k33jey5Yy2Hom1Lmppo4Qptjpre09Ss4CNlWL537VdW0wdTqv8AbZ5wv9jQxLJUIBV3rKt5hnGS7ogpzmf2OQWAFXP4MJIEUFNL5HYIfdTogRrfOzeivJvWjvDw6SolF8LSWcxjGsJtuzeKM1Jmu4R160gftJawR3dcZsmfysxhQIMuYblEjZPfY=s1920" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj_k33jey5Yy2Hom1Lmppo4Qptjpre09Ss4CNlWL537VdW0wdTqv8AbZ5wv9jQxLJUIBV3rKt5hnGS7ogpzmf2OQWAFXP4MJIEUFNL5HYIfdTogRrfOzeivJvWjvDw6SolF8LSWcxjGsJtuzeKM1Jmu4R160gftJawR3dcZsmfysxhQIMuYblEjZPfY=w400-h225" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh0YE5pDFwAqtoNqXf1jU3ZlGME6kmgObcz5Vc05pWQYxDfzZ1CFNeq-9PYqGy6daaITG87RZ_XKcUcyhYZCpLHRB013iz0LaC8D0jN8ULZdcDhXhoSN8TShkm_2AAp8lDmeCgG-ngliPWm8LeEcX-hXVRudp27MF_gzdJeLXRe8oNyODc62AHOltFy=s1920" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEh0YE5pDFwAqtoNqXf1jU3ZlGME6kmgObcz5Vc05pWQYxDfzZ1CFNeq-9PYqGy6daaITG87RZ_XKcUcyhYZCpLHRB013iz0LaC8D0jN8ULZdcDhXhoSN8TShkm_2AAp8lDmeCgG-ngliPWm8LeEcX-hXVRudp27MF_gzdJeLXRe8oNyODc62AHOltFy=w400-h225" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjxedO9q9XJqmECUS9QdTnToeDHXKDSgP6R1snig6rmjynIlEjsQA38_6ff3uTj8U5472_r7IajsCbarKcrJSMTCqf6mjp35PJd5yqZbbnka1OrndN5ewloI6-GbMX9U0m4URuJ7J1i9MJQ2T0Qo79VktkihVivUnsstOFQeBZmM8fYBrnsjq0Y9jO9=s1920" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEjxedO9q9XJqmECUS9QdTnToeDHXKDSgP6R1snig6rmjynIlEjsQA38_6ff3uTj8U5472_r7IajsCbarKcrJSMTCqf6mjp35PJd5yqZbbnka1OrndN5ewloI6-GbMX9U0m4URuJ7J1i9MJQ2T0Qo79VktkihVivUnsstOFQeBZmM8fYBrnsjq0Y9jO9=w400-h225" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Hari ini, aku menonton video Garyvee di mana dia mengatakan, "Kamu ingin menjadi <i>selfless </i>(tidak mementingkan diri sendiri), menjadi orang baik dan memberi kembali ke pada orang lain? Jadilah egois terlebih dahulu untuk sampai ke tempat di mana kamu harus berada."</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Setelah lulus dari NYU, akusempat mengirimkan CV dan transkrip nilai ke berbagai perguruan tinggi swasta. Ummi juga bantu mencarikan pekerjaan mengajar melalui teman-temannya yang dosen. Kemudian aku pun mendapatkan tawaran mengajar di dua perguran tinggi. Akan tetapi, karena tidak yakin, pada bulan Oktober 2021, aku bilang ke ummi, "Jika Ummi izinkan, deta sebenarnya ingin berbisnis terlebih dahulu sebelum mendaftar sebagai seorang dosen." Pada saat itu, aku juga sudah menolak dua tawaran interview pekerjaan yang terkirim ke email tanpa ummi ketahui.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Tidak disangka, Ummi yang saat itu sedang berebah di atas kasur membolehkan. Ummi mengakui bahwa jika aku memperoleh pekerjaan, itu belum tentu menyelesaikan masalah finansial. Belum lagi, jika aku memiliki pekerjaan, aku akan memfokuskan seluruh perhatianku di sana, ketika perhatian tersebut bisa aku gunakan untuk membangun bisnis dengan harapan bahwa itu akan sukses dan potensi <i>income </i>yang tidak terbatas.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Padahal awalnya, Ummi selalu menanyakan terus secara bertubi-tubi dan terus mendorongku untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil. Tetapi akhirnya Ummi pun berubah pikiran dan memutuskan untuk mengembalikan keputusan kepadaku.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Terkadang, Ummi memang menanyakan kapan aku punya pemasukan yang cukup besar sampai bisa membelikan Ummi rumah baru di Jakarta atau menyelesaikan cicilan mobil. Tapi aku memilih cukup egois untuk tidak mewujudkan keinginan tersebut secara terburu-buru. Aku justru menggunakannya untuk menyuruh Ummi agar selalu sehat, panjang umur, jadi jika aku sukses di atas usia 35 tahun, Ummi masih bisa menikmatinya. Aku juga meminta doanya agar rezekiku dilimpahkan. Karena aku yakin, doa seorang ibu dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Aku pikir, begitu pula alasan kenapa aku bisa S2 ke New York University. Awalnya, kedua orang tuaku melarangku S2 selain di dalam negeri, dengan alasan takut bahwa anaknya terbawa pergaulan bebas dan lain sebagainya. Apalagi di AS, BIG NO. Kakakku terus menertawakanku karena pilihan ini. Katanya dari semua negara, paling tidak boleh aku memilih Amerika. Kakakku juga akan terus meyakinkan ortu agar aku tidak diizinkan kuliah ke Amerika. Akhirnya aku pun mengiyakan mereka awalnya. Tapi bernegosiasi adalah sebuah proses dan aku tidak akan menyerah sampai mendapatkan kata "Iya." </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Kemudian, beberapa bulan kemudian, aku mencoba bernegosiasi kembali. Aku berkata kalau kuliah S2 ke Jerman sebenarnya mereka tidak perlu mengkhawatirkan pergaulan bebas karena sudah banyak kalangan Muslim Indonesia di sana. Setelah orang tua pikir-pikir, mereka pun mengiyakan. Aku boleh kuliah S2 di luar negeri asal di Jerman. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Akan tetapi, mungkin karena aku sendiri memang tidak benar-benar berniat kuliah di negara lain selain Amerika Serikat, aku tidak memenuhi persyaratan administrasi. Saat itu, aku mendaftar kuliah Kesehatan Masyarakat di Charite Berlin. Staf administrasi pendaftaran meminta dokumen lengkap, aku tidak mengirimnya dan berkata aku tidak jadi mendaftar.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Setelah sekian lama, akhirnya, LPDP 2018 di buka. Pada tahun 2018, LPDP dibuka dengan rentang waktu yang cukup lama dan sempat hilang kabar selama hampir setahun. Para calon awardee bahkan sempat berpikir bahwa LPDP akan dihentikan karena Bu Sri Mulyani bukan menteri keungan. Namun aku bersyukur akhirnya LPDP dibuka, jadi aku bisa meyakinkan orang tuaku untuk bisa kuliah ke AS.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Akhirnya, orang tuaku pun membolehkan aku kuliah ke AS selama aku terikat dengan komunitas Muslim di sana dan dekat dengan keluarga Imam Shamsi Ali. Aku pun menyanggupi dan akhirnya aku pertama kalinya secara serius mendaftar kuliah S2 ke Amerika Serikat. Negara yang awalnya tampak begitu mustahil aku daftari. Bukan karena keterbatasan waktu belajar IELTS atau GRE saja, tapi juga restu orang tua. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Karena menunjukkan keseriusanku, orang tua pun mengizinkanku untuk tidak bekerja terlebih dahulu. Bahkan aku dilarang bekerja dan aku wajib lulus S2 ke Amerika. Aku juga tidak ingin sense of entitlement membuatku menerima segala hal secara cuma-cuma. Jadi aku berusaha memberikan apapun yang terbaik semempuku kepada orang tua.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Begitu pula saat ini, aku rasa aku cukup egois dengan meminta kepada ortu agar mengizinkanku menikah setelah usia 33 tahun. Aku ingat, awalnya abi kaget saat aku bilang akan memikirkan menikah di usia 29, tapi sekarang, mereka mungkin tidak akan lagi terkejut jika suatu hari aku berkata memilih menikah di atas 35 atau mungkin tidak sama sekali. Meskipun angka-angka itu bukan patokan, aku hanya tidak ingin memenjarakan diri ketika aku belum sampai ke tempat di mana aku harus berada.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Lulus dari NYU, pemasukanku masih belum stabil. Orang tua kerap memintaku untuk mendapatkan pemasukan yang cukup. Tetapi aku memilih egois, kembali dengan terus bernegosiasi, bahwa aku ingin memulai bisnis. Aku menjelaskan dan aku bersyukur Ummi Abi tampaknya mengerti bahwa mendapatkan pekerjaan tidak serta merta memenuhi kebutuhan finansial. Jujur saja, aku juga tidak ingin melakukan hal yang tidak aku inginkan hanya untuk beberapa juta rupiah.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Saat ini, aku menerima banyak tawaran menjadi pemateri, membuat kursus online, memimpin startup studio games dengan 16 orang karywan, dan berpartisipasi dalam politik. Tampaknya setiap hari aku memiliki kesibukan, tapi aku tidak mendatangkan jumlah uang yang berarti. Jumlah penghasilan dari menjadi pemateri pun bervariasi dan aku tidak selamanya mendapatkan fee.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Orang sering overjudging themselves ketika menentukan mana pekerjaan yang bervalue tinggi dan hanya kesibukan belaka. Tapi aku memilih untuk tidak terlalu memusingkan itu, meski tampaknya tidak mendatangkan uang untuk saat ini. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Begitu pula saat Garyvee mendapatkan jabatan di pabrik wine ayahnya, dia malah sibuk membuat konten untuk YouTube. Itu tahun 2009 dan YouTube tidak populer. Orang melihat dia malah sibuk dengan hal yang tidak penting, tidak mendapatkan uang, dan tidak memiliki dampak dalam waktu dekat. Tetapi, itu pada akhirnya menjadi salah satu keputusan terbaik yang dibuat oleh Garyvee, menjadikan perusahaan wine itu juga semakin dikenal, dan kekayaan Garyvee pun meroket.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Karena kita memang tidak tahu mana pekerjaan yang pada akhirnya akan bervalue tinggi di masa depan atau tidak. Maka jangan terlalu menilai tinggi waktu untuk tidak melakukan pekerjaan yang tampaknya tidak menghasilkan uang pada saat ini. Selama kamu melakukan hal yang kamu inginkan, kamu sudah menang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">Kembali lagi, setiap kita tentunya ingin bisa memberikan lebih pada orang lain. Tapi itu berarti kita juga harus egois untuk bisa sampai pada posisi tersebut. </div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><br /><p></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-41803958849191288902021-11-20T21:23:00.029+07:002022-11-12T18:10:51.516+07:00The Plateau of Latent Potential<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLSvwSEhEwjhyphenhyphengz4FgNEwz7JYyiCyK3IGMJY-1MHRoDOYPvyHwcfwgxAOnQmGFdIxmDMAsHHdxkIlRoF2RTof_4ViEtOIyT3PZ7qA9EWzNWFdLPe4bQMTWRlgkiQsux_ZFSyTnzDUqbYc/s640/53dc85c92e368213cf8bbe6d1d29e604.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLSvwSEhEwjhyphenhyphengz4FgNEwz7JYyiCyK3IGMJY-1MHRoDOYPvyHwcfwgxAOnQmGFdIxmDMAsHHdxkIlRoF2RTof_4ViEtOIyT3PZ7qA9EWzNWFdLPe4bQMTWRlgkiQsux_ZFSyTnzDUqbYc/s320/53dc85c92e368213cf8bbe6d1d29e604.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sejak
kemarin, saya membaca sebuah buku yang sebenarnya menjadi daftar buku
yang baru akan saya baca tahun 2022. Akan tetapi, karena satu dan lain hal (yang akan saya jelaskan di bagian akhir artikel ini), saya
akhirnya memutuskan untuk membaca ‘Atomic Habits’ karya James Clear sekarang.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebenarnya,
saya sudah membaca sebagian awal buku ini dalam versi Bahasa Indonesia di
Gramedia Digital beberapa bulan lalu. Tetapi, saya merasa kesulitan memahami buku terjemahan. Justru saya lebih mudah memahami sebuah buku jika
ditulis dalam Bahasa Inggris (jika itu bahasa aslinya) daripada bahasa Indonesia. <i>Anyway</i>, pada tulisan kali ini, saya ingin
membahas tentang salah satu bagian buku ‘Atomic Habits’ yang diulas pada bab
awal: <i>The Plateau of Latent Potential.</i><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sering
kali, kita meyakinkan diri bahwa sebuah kesuksesan besar membutuhkan sebuah
aksi besar. Apakah itu kehilangan berat badan, membangun sebuah bisnis, menulis
sebuah buku, memenangkan sebuah perlombaan atau meraih sebuah tujuan apapun.
Kita menaruh tekanan pada diri sendiri untuk membuat sebuah peningkatan yang
mengguncangkan dunia, yang mana akan dibicarakan oleh banyak orang. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sementara
itu, peningkatan kecil, 1% setiap harinya tidak terlalu menonjol, atau bahkan
tidak terlihat sama sekali. Tapi itu bisa memberikan lebih banyak peningkatkan
yang lebih bermakna untuk jangka panjang. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kebisaan
atau <i>habits </i>adalah <i>compound interest</i> dari pengembangan diri. Sama seperti ketika
uang yang meningkat melalui <i>compound interest</i> dalam investasi, begitu pula
kebiasaan akan berlipat jika kita terus melakukannya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jika
kita pergi ke <i>gym </i>dalam tiga hari berturut-turut, tentu kita belum mendapatkan bentuk tubuh
yang kita inginkan. Jika kita belajar bahasa China selama satu jam dalam semalam,
kita tentunya belum mendapatkan hasil yang ingin kita lihat. Kita sering mencoba melakukan berbagai macam perubahan, tapi hasil tidak langsung terlihat,
sehingga akhirnya, kita kembali ke kebiasaan lama. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dalam
buku ini, James Clear membuat sebuah ilustrasi untuk kita membayangkan mengambil satu es batu dan menaruhnya di atas meja. Ruangan begitu dingin
sampai kita bisa lihat napas kita sendiri. Kemudian secara bertahap, ruangan
pun dihangatkan. 26 fahrenheit, 27 fahrenheit, 28 fahrenheit… es batu tersebut
masih ada di atas meja dan </span><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt;">tidak mencair. Suhu terus menghangat, 29
fahrenheit, 30 fahrenheit, 31 fahrenheit… dan masih belum ada yang terjadi.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sampai
akhirnya tiba di 32 fahrenheit (0 derajat celcius), es mulai mencair. Perubahan
setiap satu derajat tampaknya tidak memberikan dampak apapun. Es juga baru
mencair di suhu 32. Akan tetapi, sebenarnya perubahan telah berlangsung dari sebelum-sebelum
itu. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Momen
terobosan seringkali adalah hasil dari banyak tindakan-tindakan
sebelumnya, yang membangun potensi yang dibutuhkan untuk <i>unleash </i>sebuah perubahan
besar. Pola ini muncul di mana-mana, sebagaimana kanker menghabiskan 80% waktu
hidupnya tidak terdeteksi, kemudian mengambil alih tubuh seseorang hanya dalam
hitungan bulan. Begitu pula pohon bambu yang nyaris tidak terlihat pada lima tahun
pertamanya, karena ia membangun sebuah sistem akar yang luas di bawah tanah
sebelum akhirnya ia meroket, tumbuh tinggi menjulang hingga tiga meter dalam beberapa
pekan.</span></p><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Inilah
alasan kenapa sangat sulit untuk membangun kebiasaan yang berlangsung lama.
Orang sering kali membuat beberapa perubahan, gagal melihat hasil yang nyata,
dan kemudian memutuskan untuk berhenti. Kita berpikir, “aku sudah berlari pagi
setiap hari dalam sebulan, tapi kenapa tidak ada perubahan apapun pada tubuhku?”
Saat pikiran ini mengambil alih, sangat mudah bagi kita untuk menghentikan kebiasaan baik.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Maka
dari itu, untuk membuat sebuah perubahan yang berarti, sebuah kebiasaan baik
perlu bertahan cukup lama sampai menghancurkan atau melewati dataran (<i>plateau</i>) ini, yang mana James
Clear menyebutnya sebagai The Plateau of Latent Potential (dataran tinggi
potensi laten). <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jika
kita menemukan diri berjuang keras untuk membangun sebuah kebiasaan baik dan
menghancurkan kebiasaan buruk, itu bukan karena kita tidak memiliki kemampuan
untuk meningkatkan diri, tapi karena kita belum melewati <i>the Plateau of Latent
Potential</i>. Usaha kita tidak sia-sia, mereka hanya tersimpan. Sebagaimana es mencair
pada suhu 32 derajat Fahrenheit.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-D-yi1R4rNUYXWSkQipNhwYjui07GAewVosBoX21pTkUv1pAHIR8rKakHM9Wh6poV0sI0lOrUzqr-FS2g-AgINuLT3dtEK3OOFivtxjH1pj0dn_FTJW1d1XZ-yzqa4qkILjfr8_OcJUQ/s1024/1_iLQ89nhDmku3z3EMgIZI3A.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="607" data-original-width="1024" height="238" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-D-yi1R4rNUYXWSkQipNhwYjui07GAewVosBoX21pTkUv1pAHIR8rKakHM9Wh6poV0sI0lOrUzqr-FS2g-AgINuLT3dtEK3OOFivtxjH1pj0dn_FTJW1d1XZ-yzqa4qkILjfr8_OcJUQ/w400-h238/1_iLQ89nhDmku3z3EMgIZI3A.png" width="400" /></a></div><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br /></span><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Saat
kamu berhasil melewati <i>The Plateau of Latent Potential</i>, orang akan menyebutmu
sukses dalam semalam. Dunia luar hanya melihat peristiwa-peristiwa dramatis
daripada peristiwa yang mengawali itu semua. Tapi kita tahu, itu adalah hasil kerja keras
kita selama ini, yang tampaknya tidak membuat kemajuan sama sekali, yang membuat
sebuah lompatan itu mungkin.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Konsep
ini begitu memotivasi saya, yang saat ini menghabiskan waktu 12 jam sehari di
depan laptop untuk menyusun materi <i>online course</i>. Saya sudah melakukannya
semenjak 1 November 2021, ini adalah bulan paling produktif saya seumur hidup di
mana saya merasa membuat <i>trajectory </i>nyata. Akan tetapi, kemarin dan kemarin
lusa (19 dan 18 November) saya sempat merasa, “<i>I am nowhere near where I
thought I would be.</i>” Saya masih sangat jauh dari target yang saya harapkan. Saya
merasa bahwa kemajuan-kemajuan saya tidak begitu terlihat dan berarti.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Ketika
pikiran itu hadir, saya langsung sadar bahwa itu memudahkan masuknya kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti lebih lama bermain di Instagram dan membaca
berita-berita tidak penting. Saya pun mencoba mengalihkan rasa jenuh dan "sia-sia" membuat materi <i>online course</i> dengan berolahraga. Yang saya tahu, olahraga dapat
memicu hormone tertentu di dalam otak yang membuat kita merasa “<i>I can conquer
the world</i>!” atau “Aku dapat menaklukkan dunia!” Ternyata benar, mood saya memang
membaik dan saya lebih produktif pada malam harinya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tetapi,
saya sadar, bisa saja, saya menjadi tidak rutin lagi berolahraga. Akhirnya
saya pun membaca buku “Atomic Habits” yang akan membantu saya membangun kebiasaan baik (olahraga). Awalnya, niat saya membaca buku ini adalah untuk
mempertahankan kebiasaan rutin berolahraga yang saya mulai kemarin, tetapi
justru isi buku ini juga sangat membantu dan memberikan jawaban akar permasalahan saya sesungguhnya. Ketika saya mulai merasa putus asa dengan
berpikir bahwa tidak ada kemajuan nyata yang telah saya raih dengan membuat materi online course.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Beberapa
hari yang lalu adalah hari-hari dengan <i>mood </i>yang buruk yang baik saya. Tapi
saya tahu, hari-hari yang buruk adalah hari-hari yang lebih penting. Kita semua
bisa produktif saat hari baik datang, tidak ada yang spesial. Akan tetapi, jika
kita juga produktif di saat hari buruk datang, kita akhirnya membangun
kebiasaan. Ketika kebiasaan telah terbangun, yang kita butuhkan hanyalah waktu.
<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Waktu
yang pada akhirnya akan menampilkan sebuah perubahan besar.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">#30DWCJilid33</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">#Day26</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> </span></p><p>
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"> </span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-70153261090964459632021-11-18T19:39:00.007+07:002022-11-12T18:11:49.855+07:00Jangan Memusingkan Harga Diri!<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFkqnVgihsKzm9-4GZzwoTiVyjIw167E3s9D-OwqIMOjiv9m1GpclSPi4qMUDba0n1PlJmcntJlQfx11StROc7_UayBsfEwS6SJVOlpZa7h3u-pgGZSfULdzhCOx7P0jO8qap6VHK4iTY/s938/256510816_915452729073939_897485547292332768_n+%25281%2529.webp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="938" data-original-width="750" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjFkqnVgihsKzm9-4GZzwoTiVyjIw167E3s9D-OwqIMOjiv9m1GpclSPi4qMUDba0n1PlJmcntJlQfx11StROc7_UayBsfEwS6SJVOlpZa7h3u-pgGZSfULdzhCOx7P0jO8qap6VHK4iTY/s320/256510816_915452729073939_897485547292332768_n+%25281%2529.webp" width="256" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Beberapa
hari yang lalu, saya melihat postingan ini lewat di Instagram Explore. Tulisannya
“<i>Don’t feel sad if someone rejects you, people usually reject expensive things
and go for the cheap one</i>,” yang berarti “Jangan sedih jika seseorang menolakmu.
Orang biasanya menolak hal-hal yang mahal dan memilih yang murah.”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Baiklah,
tulisan ini mungkin uneg-uneg karena saya tidak bisa mencerna quote tersebut. Karena
tidak tercerna dengan baik, jadi saya merasa benar-benar ingin “mengeluarkannya.”
<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Saya
sungguh tidak mengerti kenapa seseorang harus merendahkan orang lain agar bisa
meninggikan dirinya? Mereka yang mengiyakan post ini mungkin memiliki
insekuritas yang sangat besar dan berusaha menutupnya dengan meninggikan diri
mereka sendiri. Karena merasa bahwa diri mereka tidak “tinggi” mereka pun terpaksa
merendahkan orang lain.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kita
sering punya standar ganda. Kita begitu yakin bahwa ucapan orang lain tidak menentukan
siapa kita. Tetapi kita merasa ucapan kita menentukan siapa orang lain?<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Padahal,
ucapanmu tidak mendefinisikan orang lain. Ucapanmu mendefinisikan dirimu
sendiri. Psikolog dari NYU, Guy Winch, berkata bahwa kualitas yang kita lihat
pada orang lain menyampaikan banyak hal mengenai bagaimana kamu melihat dirimu
sendiri!<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Mengenai
standar ganda. Kita sering meyakini standar tertentu jika itu menguntungkan
kita, dan menaruh standar yang berbeda pada orang lain. Dalam Psikologi Kognitif
dan Psikologi Perkembangan, orang yang hanya bisa berpikir dari sudut
pandangnya sendiri disebut tidak memiliki theory of mind. Mereka juga sering
memiliki false belief (kepercayaan palsu). Selama masa perkembangan, ini
terjadi pada anak-anak di bawah usia enam tahun.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jika
seseorang menolakmu atau mencampakkanmu, wajar jika kamu merasa sedih. Mereka
tidak memperjuangkanmu dan membuatmu menanyakan harga dirimu sendiri. Kamu
boleh bersedih, tapi jangan berlarut-larut. Jika perlu, tidak usah lagi lah memikirkan sesuatu yang namanya harga diri!<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Saya
teringat salah satu nasihat dari Guy Winch.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"></span></p><blockquote><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><i>“Harga
diri kita tidak tetap atau stabil. Kita bisa merasa baik tentang diri kita
sendiri suatu pagi, dan buruk tentang diri kita sendiri keesokan harinya. Tanpa
alasan yang jelas sama sekali.<o:p></o:p></i></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><i>Harga
diri kita bertentangan. Kita bisa merasa benar-benar tidak berharga dan tidak
berguna. Namun kita masih percaya bahwa kita adalah berlian di tengah lumpur.
Permata yang menunggu untuk ditemukan.<o:p></o:p></i></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><i>Harga
diri kita tergantung pada bagaimana kita menyikapi sesuatu. Ketika seseorang
memberi tahu bahwa kita melakukan pekerjaan dengan baik, kita ikut mengartikannya
begitu. Atau sebaliknya.<o:p></o:p></i></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><i>Mengingat
begitu sering harga diri berubah-ubah dan kontradiktif, mungkin kita seharusnya
tidak terlalu memperhatikan harga diri.<o:p></o:p></i></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><i>Mungkin
hari-hari dengan harga diri rendah sebenarnya hanyalah hari-hari dengan suasana
hati atau energi yang rendah. Mungkin kita merasa buruk namun tetap mengakui
bahwa kita layak.”</i></span></p></blockquote><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebagai
seorang Muslim, saya sendiri merasa bahwa kisah Abu Bakar melamar Fatimah sangat
inspiratif. Abu Bakar adalah sahabat terdekat Nabi. Beliau memiliki julukan Ash
Shiddiq (orang yang terpercaya), tutur katanya lembut, kaya raya di dunia dan akhirat
hingga Malaikat Jibril ditugaskan untuk menjaga surganya Abu Bakar yang begitu
luas.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tetapi
saat Beliau melamar Fatimah, Allah menetapkan hati Nabi Muhammad untuk menolak
tawaran tersebut. Sampai akhirnya Ali datang dan Allah membalikkan hati Nabi
Muhammad untuk akhirnya menjodohkan putrinya dengan Ali bin Abi Thalib. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Ali
juga seorang sahabat yang mulia. Hanya dua sahabat Nabi yang tidak pernah
menyembah Berhala sebelum Islam datang, Abu Bakar dan Ali. Keduanya memiliki
kemuliaan dan keutamaan masing-masing. Keduanya juga salah satu dari Khilafah yang
memimpin Muslim setelah Nabi wafat. Tetapi Allah menetapkan segala sesuatu sesuai
kadarnya masing-masing. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Bukan
karena seseorang lebih tinggi atau lebih rendah, lebih kaya atau lebih miskin, yang
akhirnya menentukan apakah kita diterima atau ditolak seseorang. Sebuah hubungan
yang kandas, terlepas apapun kisah yang melatarbelakanginya, sebenarnya ada
satu hal yang bisa dijejak sebagai penyebab: terdapat ketidakcocokan. <o:p></o:p></span></p><p>
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebagaimana
kamu bisa menjadi satu paket utuh tapi terkirim ke alamat yang salah. <i>You can
be a whole package but delivered to a wrong address.</i> Bukan karena kamu tidak
berharga atau orang lain lebih berharga dan lain sebagainya, tapi simply,
terdapat ketidakcocokan. <o:p></o:p></span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-55696250594607539382021-11-18T17:13:00.010+07:002022-11-12T18:12:50.249+07:00Berandai-Andai, Hal Yang Paling Tidak Aku Mengerti<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYHOoMlRUJ9DgYcHguQoxPRozE-2asoxkuuiCKV0TET6xAaBFREKnMmxv3PWhEuhAZ22eLuYZJ6OSq1LjJ4hxY8bnFH39lb_EWxOJUb7if5km5WrI7SvRsp_15VwGxH_zwK1mPFgAFlKk/s2048/F8234594-EBED-46A5-B01A-407B62FC1C7E.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1509" data-original-width="2048" height="236" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYHOoMlRUJ9DgYcHguQoxPRozE-2asoxkuuiCKV0TET6xAaBFREKnMmxv3PWhEuhAZ22eLuYZJ6OSq1LjJ4hxY8bnFH39lb_EWxOJUb7if5km5WrI7SvRsp_15VwGxH_zwK1mPFgAFlKk/s320/F8234594-EBED-46A5-B01A-407B62FC1C7E.jpg" width="320" /></a></div><br /><p></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sejujurnya,
aku tidak mengerti, kenapa seseorang yang masih hidup berandai-andai? Seakan jika
dia bisa mengembalikan masa lalu dan membuat keputusan yang berbeda, dia yakin bahwa
kehidupan akan lebih baik. Bahkan jika itu sesuatu yang sebenar-benarnya
menunjukkan sebuah kerugian atau kehilangan. <o:p></o:p></span></p><div class="separator" style="clear: both;">
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebagai
contoh, jika saja dia melewatkan sebuah investasi besar pada startup yang
nantinya akan menjadikan dia triliuner, misal Facebook. Kemudian dia begitu
menyesal dan berandai-andai jika saja dia berinvestasi di sana. Padahal, dalam
skenario yang berbeda, misal dia menjadi investor Facebook dan akhirnya dia diundang
menjadi pembicara ke sana ke mari, misal Jepang. Bisa saja saat dia naik
pesawat ke Jepang tersebut, pesawat itu jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Atau
jika seorang pria memilih satu di antara dua perempuan untuk dia nikahi, kemudian
di masa depan dia sering bertengkar dengan istrinya, dia pun menyesal dan
berpikir, “Andai aku memilih perempuan yang lain.” Padahal dia juga tidak tahu,
bisa jadi, ketika dia menikahi perempuan yang lain, perempuan tersebut terkena
penyakit kronis untuk jangka panjang yang membuatnya hidup larut dalam
depresi dan penderitaan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Suatu
hari, aku ditanya pada seminar yang diadakan Indonesia Mengglobal, “Kak Maryam,
kenapa tahu bahwa saat itu adalah masa yang tepat untuk melanjutkan S2?” Jujur,
aku melanjutkan S2 tanpa pengalaman bekerja dan aku mengambil jurusan psikologi
yang pendekatannya integrative, alias fokusnya tidak terlalu sempit. Tidak
seperti sebagian besar orang yang tujuan studinya lebih spesifik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Kemudian
aku menjawab, “Aku hanya mengikuti kata hatiku untuk menggali lebih banyak
ilmu. Aku juga tidak tahu apakah itu waktu yang tepat atau tidak, tapi tidak
ada mesin waktu dan kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengetahui mana
keputusan yang tepat dan salah. Aku hanya merasa gak puas dengan ilmuku selama
S1. Pun, ketika aku sudah lulus, aku sadar bahwa lowongan pekerjaan yang bisa
aku daftar itu jadi lebih sempit. Akan tetapi, aku percaya bahwa aku bisa menciptakan jalan dan peluang-peluang itu sendiri. Aku mengambil keputusan dengan cepat, menuruti
apa kata hatiku.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Inilah
kenapa aku sangat menyukai Garyvee. Dia mengikuti kata hatinya dan mengambil
keputusan dengan cepat. Dia tidak menyesali apapun.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tadi
pagi aku jogging sambil mendengarkan podcast TED. Dalam podcast tersebut
disebutkan salah satu rahasia orang resilien adalah dia melakukan selective
attention. Dia memfokuskan pikirannya kepada hal-hal positif dibandingkan
hal-hal negative. Sang pembicara sendiri merupakan pakar resiliensi dan dia
trauma survivor. Dia kehilangan anak perempuannya yang berusia 10 tahun dalam
sebuah kecelakaan maut. Awalnya dia berandai-andai jika saja terdapat berbagai
skenario berbeda yang mencegah anaknya agar tidak meninggal. Namun akhirnya dia
mulai berpikir, “Dalam psikologi ini disebut benefit finding. Cari hal-hal yang
membuat bersyukur. Setidaknya anakku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang cepat, bukan kesakitan dan sekarat bertahun-tahun karena penyakit kronis. Terlebih lagi, aku masih punya dua anak
laki-laki yang aku cintai. Jangan kehilangan apa yang kita miliki untuk apa
yang sudah hilang.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Berandai-andai
hanya akan membahayakan kita. Itu membahayakan kesehatan mental kita, membuat
kita miskin bersyukur, dan akhirnya membuat kita terhambat dalam meraih tujuan
yang ingin kita raih atau tugas yang harus dilaksanakan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Aku
sendiri tidak suka berandai-andai, dan jika aku mendapatkan otakku melakukan
hal tersebut, aku langsung sadar bahwa itu mengarahkan pada jalan yang sesat. Alhamdulillah, hingga saat ini nalarku lebih kuat untuk menghalaunya karena aku tahu itu hal bodoh yang membahayakan.</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sejujurnya,
saat aku membaca bahwa ini adalah tema dari 30-DWC, aku langsung bingung menyusun
ide karena tidak ada satu pun hal di dunia ini yang aku andai-andaikan terjadi
berbeda. Menurutku, satu-satunya
tempat untuk berandai-andai adalah ketika kita sudah mati. Jika kita tidak
cukup bertakwa kepada-Nya, tidak punya banyak bekal dan tidak sempat bertobat
dari dosa-dosa.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">#30DWCJilid3</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">#Day24</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">#Andai</p></div><br />Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-15776604506398764102021-11-14T20:55:00.006+07:002021-11-14T20:55:57.400+07:00Komponen Personal Statement<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2TrLQTE2_YYUlS0aZ8R9kk8V3jvCmwu9U3mg8UpMM83dufebXqzwg_BvCrB7T47wfkeUJ3PZLUZ_jL839lT46GhceLNkFhafGMhyphenhyphenFG-jXO1JNtNYjYNv9fVWe9XfsyvSQSoVqs8lfgvU/s1024/ucas-tips-choices.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="512" data-original-width="1024" height="160" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2TrLQTE2_YYUlS0aZ8R9kk8V3jvCmwu9U3mg8UpMM83dufebXqzwg_BvCrB7T47wfkeUJ3PZLUZ_jL839lT46GhceLNkFhafGMhyphenhyphenFG-jXO1JNtNYjYNv9fVWe9XfsyvSQSoVqs8lfgvU/s320/ucas-tips-choices.jpg" width="320" /></a></div><p><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">1. Fokus</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Kamu mungkin tergoda untuk menulis berbagai hal tentang dirimu. Akan tetapi, personal statement bukanlah otobiografi maupun pengulangan resume versi paragraph. Pilih satu key point yang menjadi kekuatanmu, pilih satu situasi yang menggambarkan kekuatan tersebut, dan gunakan anekdot yang relevan.</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">2. Naratif</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Personal statement yang baik memiliki tujuan yang jelas dan mudah menarik perhatian pembaca. Kalian dapat menggunakan coming-of-age story untuk ini. Akan tetapi, pelamar perlu berhati-hati dalam mengubah personal statement mereka menjadi proyek menulis kreatif yang berisiko. Narasi pribadi yang disampaikan perlu kembali pada tujuan penulisan personal statement itu sendiri.</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">3. Pemahaman yang luas</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Personal statement yang kuat dapat memahami gambaran besar dari profesi yang ingin digeluti, makna sesungguhnya, dan dampak yang akan diberikan kepada masyarakat.</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">4. Kerentanan dan ketulusan</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Dalam mendefinisikan pengalaman, tidak selamanya harus berupa prestasi dan pencapaian. In fact, seorang Harvard MBA Admission officer mengatakan bahwa beberapa esai terkuat seringkali fokus pada kegagalan. Refleksi terhadap apa yang menjadi kekuranganmu dan gali lebih dalam apa pelajaran yang diperoleh.</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">5. Kesadaran diri</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Pelamar perlu memikirkan esai mereka dari sudut pandang panitia penerimaan. Apa yang kamu inginkan dan tidak inginkan baca jika berada di posisi mereka? Panitia penerimaan membaca ribuan esai. Dengan menyadari bagaimana setiap kata dan cerita dipersepsikan oleh seseorang yang memiliki pengalaman berbeda, dapat menjadi sesuatu yang berharga bagi pelajar.</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">6. Individualisasi</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Salah satu kunci dari menulis personal statement adalah dari namanya itu sendiri. Personal. Esai itu harus unik mengenai sang penulis.</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">7. Polish</span><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><br style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;" /><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Pelamar perlu meluangkan waktu untuk memastikan bahwa personal statement yang mereka tulis bebas dari kesalahan grammar atau typo. Personal statement adalah cerminan dari kualitas pekerjaan atau karya mereka nantinya sebagai mahasiswa.</span></p><p><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span></p><p><span style="background-color: white; color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, "Segoe UI", Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">#30DWCJilid33</span></p><p><span style="color: #262626; font-family: -apple-system, BlinkMacSystemFont, Segoe UI, Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px;">#Day20</span></span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-64060359143599903992021-11-13T20:54:00.008+07:002021-11-16T15:55:47.358+07:00Islam, Kesehatan Mental, dan Kesedihan Para Nabi<p style="text-align: justify;"> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIIQ-b2kBFbkqYHlQUsJ-xcaxCNDbwMlYutrOpuWz4ULPr8DWfz7srVHq6nyobQs1MYivS3EoV8nQCHYwXWgQiqZa83LXqe0c_ygbJ-epc4Y-h6cBHp-irNhQlZRwEw0TLK2NGFjHv9w0/s720/964327_413844-720x450.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="720" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIIQ-b2kBFbkqYHlQUsJ-xcaxCNDbwMlYutrOpuWz4ULPr8DWfz7srVHq6nyobQs1MYivS3EoV8nQCHYwXWgQiqZa83LXqe0c_ygbJ-epc4Y-h6cBHp-irNhQlZRwEw0TLK2NGFjHv9w0/s320/964327_413844-720x450.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p style="text-align: justify;"><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Islam
memandang kesehatan mental sebagai sesuatu yang amat penting. Sebagaimana Nabi
Muhammad sendiri berkata bahwa beliau diutus untuk pengembangan pribadi dan
karakter. “Sesungguhnya saya diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak.” (HR Baihaqi dari Abu Hurairah RA)<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dalam
Islam, kesehatan mental, mirip dengan kesehatan fisik, merupakan aspek yang
sangat penting dalam kesejahteraan seseorang, karena merupakan bagian integral
dari menjalani kehidupan yang sehat dan seimbang. Kesehatan psiko-spiritual
berhubungan langsung dengan kemampuan seorang Muslim untuk mengaktuliasikan
tujuan spiritual primordial mereka. Semua manusia diciptakan untuk menapaki
jalan yang menjamin keselamatan mereka di akhirat dan mampu memperoleh
keridhaan Allah SWT.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kesehatan
dengan demikian, dianggap sebagai kemampuan individu untuk tetap berada di
jalan ibadah. Sehingga, apapun yang dianggap merusak fungsi manusia patut
diperhatikan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sayangnya,
bahkan dengan berat dan seriusnya masalah ini, masalah penyakit mental itu
sendiri adalah masalah yang tabu untuk dibicarakan baik di masyarakat kita yang
lebih luas maupun di dalam komunitas Muslim. Setiap kali masalah ini diangkat,
kesalahpahaman pasti akan mengikuti. Orang awam sering kali melihat
gangguan mental berdasarkan model yang berasal dari Pra Islam. Misalnya
persepsi bahwa penyakit mental disebabkan oleh azab Allah, evil eye (penyakit
ain), sihir, iri hati, atau roh gaib.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ketika
masalah ini dilihat dalam paradigma agama, seperti kerasukan jin, berarti
individu tersebut kurang iman atau tidak rajin ibadah. Kemudian, perawatannya
dianggap dengan membaca Al-Quran setiap hari, zikir, atau ruqyah.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jika
mengalami gangguan kesehatan mental, banyak orang awam Muslim meminta tolong
pada ustadz atau imam mereka. Meskipun membaca quran, doa dan nasihat dapat
menangkan hati, tetapi jika masalah yang dialami adalah klinis, intervensi itu
mungkin tidak cukup. Selain itu, tentu saja akan ada gap antara seorang mental
health profesional dan seorang ustadz dalam membantu pasien mengatasi masalah
psikologis mereka yang bersifat klinis.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Wacana
gangguan mental disebabkan oleh setan berasal dari orang Eropa abad
Pertengahan. Pada akhirnya masih mendasari pemikiran orang awam di zaman
modern, khususnya di kalangan komunitas Muslim. Secara historis, dunia
Islam memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap gangguan mental.
Perspektif Islam terhadap kesehatan mental lebih holistik, dimana kesehatan
mental dan kesehatan fisik yang positif itu saling berhubungan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Para
cendekiawan Muslim saat itu, seperti Ibnu Sina (pendiri Kedokteran Modern)
menolak konsep tersebut dan memandang gangguan mental sebagai kondisi yang
didasarkan pada masalah fisiologis. Begitu pula para filsuf, dokter, dan
cendekiawan Muslim yang lain seperti Ar-Razi, Al-Bakhi, dan Ishaq Ibn Imran.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Bagaimanapun,
Islam tidak menuntut kita untuk menjadi manusia super. Jika kita mengalami
masalah kesahatan mental, kita dodorong untuk mengatasinya, melakukan Tindakan
positif yang mungkin atau mencari bantuan profesional jika kasusnya klinis.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kita
sering berpikir bahwa emosi kita tidak valid atau menekan perasaan kita
sendiri. Jika kita merasakan hal yang "tidak seharusnya," kita merasa
diri kurang iman. Padahal jika kita merujuk dalam AL-Quran dan As Sunah, duka
yang dihadapi oleh para Nabi Allah adalah contoh bagaimana kita dapat secara
simultan memiliki kepercayaan pada-Nya dan masih merasakan kesedihan manusia
yang sesungguhnya. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sebagai contoh, Nabi
Muhammad, yang memiliki hubungan paling dekat dengan Allah, merasakan kesedihan
yang mendalam setelah kepergian ibunya, istrinya Khadijah, putra-putranya yang
meninggal saat masih bayi, dan pamannya Abu Thalib. Nabi Yaqub berduka selama
beberapa dekade setelah kematian putranya, Yusuf. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Membaca
tentang pentingnya kesejahteraan psikologis dari perspektif Islam sangat
mengharukan bagi saya, karena Islam menekankan pentingnya berhubungan dengan
emosi kita. Kita telah menciptakan budaya penindasan kepada diri sendiri
padahal sebenarnya, kita didorong untuk mengeksplorasi dan memperdalam hubungan
ini dengan diri sendiri.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Apa
yang saya temukan paling menarik melalui semua ini adalah pentingnya kesadaran
diri dalam Islam. Jika niat kita adalah untuk membantu diri sendiri melalui
terapi, perawatan diri, dukungan profesional - ini adalah tindakan ibadah,
karena kitasecara inheren memperkuat kemanusiaan dan keimanan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Insya
Allah kita dapat mengubah nilai-nilai budaya kita untuk memasukkan esensi
sejati Islam: perdamaian eksternal dan internal.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;">
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><o:p> </o:p></p><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">#30DWCJilid33</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">#Day19</span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-68044779748796825172021-11-12T23:37:00.004+07:002021-11-12T23:37:38.756+07:00Kesehatan Mental dalam Perspektif Islam Zaman Keemasan<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwg4SK4wyj4W9Zg7qp_Yzqa-QNvVEPLd3QHWBwaYKUwGXPIeP6rnqQcoX4dSIC8CdpJi-_tAbD-YNCU5uDGxmx_ApXkhmByOLX1PqUCoaxPPXMK65Y00nxLTaBG8P9IyU-IEoN_OOzuJo/s640/ibnsinaandsports1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="359" data-original-width="640" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwg4SK4wyj4W9Zg7qp_Yzqa-QNvVEPLd3QHWBwaYKUwGXPIeP6rnqQcoX4dSIC8CdpJi-_tAbD-YNCU5uDGxmx_ApXkhmByOLX1PqUCoaxPPXMK65Y00nxLTaBG8P9IyU-IEoN_OOzuJo/s320/ibnsinaandsports1.jpg" width="320" /></a></div><p><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Penyakit mental
disebabkan oleh setan atau roh jahat sebenarnya berasal dari orang Eropa pada
periode Abad pertengahan yang memandang penyakit mental terkait dengan setan.
Ini adalah kerangka kerja yang paling umum digunakan untuk memahami kesehatan
mental yang buruk pada saat itu (Porter, 1999). Dan memang pada akhirnya masih
mendasari pemikiran orang awam di zaman modern, khususnya di kalangan komunitas
Muslim.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Namun perlu dicatat,
bahwa secara historis, dunia Islam memiliki pendekatan yang sangat berbeda
terhadap gangguan mental. Perspektif Islam terhadap kesehatan mental lebih
holistic, dimana kesehatan mental dan kesehatan fisik yang positif itu saling
berhubungan. Para scholar Muslim saat itu, seperti Ibnu Sina (Avicenna, pendiri
Kedokteran Modern) justru menolak konsep tersebut dan memandang gangguan mental
sebagai kondisi yang didasarkan pada masalah fisiologis.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Dokter dan filsuf di masa
lalu, seperti Abu Bakar Muhammad Bin Zakaria Al-Razi and Abu Zayd Al-Balkhi,
mengakui penyakit mental sebagai wacana medis dan menganjurkan pendekatan yang
seimbang untuk meraih kesejahteraan.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Ini kemudian menyebabkan
pendirian bangsal psikiatri pertama di Baghdad, Irak pada tahun 705 M oleh
Al-Razi. Ini juga rumah sakit jiwa pertama di dunia. Menurut Al-Razi, gangguan
mental dapat diobati dengan psikoterapi dan perawatan obat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Sebagaimana sabda
Rasulullah, “Tidak ada penyakit yang diciptakan oleh Allah, kecuali ia juga
menciptakan obatnya.” [Shahih Bukhari]<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Islam tidak menuntut kita
untuk menjadi manusia super. Jika seseorang mengalami masalah kesahatan mental,
ia dodorong untuk mengatasinya, melakukan Tindakan positif yang mungkin atau
mencari bantuan profesional jika kasusnya klinis. Islam memberi Muslim kode perilaku, etika,
dan nilai-nilai sosial, yang membantu kita dalam menoleransi dan mengembangkan
strategi koping untuk menghadapi peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Islam mengajarkan
bagaimana hidup dalam harmoni dengan orang lain “Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Al Quran 28: 77)<o:p></o:p></span></p><p>
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Al-Ghazali juga menulis
mengenai pentingnya kesehatan psikospiritual dan relasinya dalam hubungan kita
dengan ALLAH SWT. Dalam Ihya Ulumuddin, beliau menulis, “Ketika Tuhan
menginginkan yang terbaik bagi seorang hamba, Dia memberikan kesadaran akan
kekurangannya sendiri.” (halaman 256). Ini menekankan pentingnya kesadaran diri
kita untuk tidak malu menghubungi profesional jika mengalami masalah kesehatan
mental. Pada akhirnya, kesehatan mental itu juga agar kita dapat beribadah
secara sebaik-baiknya kepada Allah SWT.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">#30DWCJilid33</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">#Day18</span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-19456467912188457392021-11-11T18:36:00.002+07:002021-11-11T18:36:25.538+07:00Refleksi Diri Sebelum Kuliah ke Luar Negeri<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgta5-K2U2mw3aX_Qlzp7JELWvnl69sgtx9osRyKtr3y9N6uOC0SWqYkHFRB1Npwet4BMnKRKvMAXuEDszzKLT0hdePviZGxyrlDZG013Pt5I1_QLxR2WXm_2_qDPwjsICu69IbafS5Zqg/s960/157852691_10218186854973371_4563183334695638086_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="720" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgta5-K2U2mw3aX_Qlzp7JELWvnl69sgtx9osRyKtr3y9N6uOC0SWqYkHFRB1Npwet4BMnKRKvMAXuEDszzKLT0hdePviZGxyrlDZG013Pt5I1_QLxR2WXm_2_qDPwjsICu69IbafS5Zqg/s320/157852691_10218186854973371_4563183334695638086_n.jpg" width="240" /></a></div><br /><p><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="background: white; color: #262626; font-family: "Segoe UI",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;">Hari ini saya membuka fitur QnA di Instagram. Kemudian saya menyadari bahwa banyak teman-teman yang ingin study abroad namun merasa belum memiliki
kualitas diri yang cukup untuk menyusun aplikasi yang kuat, seperti merasa
minim pengalaman organisasi, minim pengalaman lomba, atau minim pengalaman
penelitian.</span><span style="color: #262626; font-family: "Segoe UI",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><br />
<br />
<span style="background: white;">Oke, <i>you need to face the truth</i>. Sebelum memulai
proses mencari beasiswa atau mendaftar kampus tujuan, kamu mungkin perlu
refleksi diri. Salah satu caranya dengan <i>brainstorming </i>menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut.</span><br />
<br />
<span style="background: white;"><i>Brainstorming </i>artinya, kamu jangan menghapus ide
apapun yang kamu anggap remeh. Siapkan kertas, tulis jawabanmu sebanyak dan
seleluasa mungkin. Setelah selesai, gunakan ini sebagai tool untuk mengenal
kualitas diri lebih baik.</span><br />
<br />
<span style="background: white;">1. Apa tujuanmu studi ke luar negeri? Apa yang
ingin kamu raih?</span><br />
<span style="background: white;">2. Bidang apa yang kamu minat untuk pelajari?</span><br />
<span style="background: white;">3. Di mana kamu ingin tinggal setelah lulus?
Apakah kamu ingin bekerja di negara tempat studi atau kembali ke Indonesia?</span><br />
<span style="background: white;">4. Apa kualitas terkuat yang ada dalam dirimu?</span><br />
<span style="background: white;">5. Tanyakan kepada keluarga atau teman, lima kata
yang menggambarkan dirimu.</span><br />
<span style="background: white;">6. Pernahkah kamu mengambil sebuah keputusan besar
atau sederhana yang akhirnya membuat bertumbuh sebagai individu? Apa itu?</span><br />
<span style="background: white;">7. Apa yang membuatmu unik dan berbeda dari
pelajar lain?</span><br />
<span style="background: white;">8. Bagaimana prospek masa depan dari program studi
yang kamu tuju?</span><br />
<span style="background: white;">9. Apa yang ingin kamu lakukan setelah lulus dari
program yang kamu tuju?</span><br />
<span style="background: white;">10. Apakah kamu telah menciptakan sebuah
inisiatif? Apa yang memotivasimu?</span><br />
<span style="background: white;">11. Apakah kamu telah memiliki sebuah arah hidup?
Apa itu? Jika tidak, apa kamu sedang menjelajahi banyak hal baru? Apa saja?</span><br />
<span style="background: white;">12. Dimana kamu membayangkan dirimu berada satu,
lima atau dua puluh tahun mendatang? Bagaimana kamu membayangkan akan
berkontribusi pada masyarakat saat itu?</span><br />
<span style="background: white;">13. Apakah kamu memiliki kepedulian pada sesuatu
yang bersifat intelektual? Dengan cara apa?</span><br />
<span style="background: white;">14. Kualitas apa yang ada pada kegiatan yang kamu
ikuti? Apakah kamu memiliki komitmen yang tulus untuk berkontribusi di kegiatan
itu atau kamu memiliki peran sebagai pemimpin?</span><br />
<span style="background: white;">15. Seberapa terbuka kamu dengan orang dan gagasan
baru?</span><br />
<span style="background: white;">16. Bagaimana kamu akan mengatasi tekanan dalam
dunia perkuliahan?</span></span><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="color: #262626; font-family: "Segoe UI",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><span style="background: white;"><br /></span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="color: #262626; font-family: "Segoe UI",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><span style="background: white;">#30DWCJilid33</span></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%;"><span style="color: #262626; font-family: "Segoe UI",sans-serif; font-size: 12.0pt; line-height: 200%;"><span style="background: white;">#Day17</span></span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-22636136326049634002021-11-09T16:04:00.003+07:002021-11-16T15:56:24.058+07:00Bagaimana Meminta Surat Rekomendasi yang Kuat<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii5Fy55rVljrGT66Vc4zD4mz41Vrm360zq6rfFj6NBUOolKbmxpCmiQzgxRSTMghksJvWOHC2dyALA1M84oZNBWP2wcvPi2Dxf0qgEsck_u6TErPJYTw27sqxD0-T7CYqO4kyw0CJi2Co/s540/360_F_417473835_iWXmBiyN6IT1ttB3dNRQusbdi2OUzR4X.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="360" data-original-width="540" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEii5Fy55rVljrGT66Vc4zD4mz41Vrm360zq6rfFj6NBUOolKbmxpCmiQzgxRSTMghksJvWOHC2dyALA1M84oZNBWP2wcvPi2Dxf0qgEsck_u6TErPJYTw27sqxD0-T7CYqO4kyw0CJi2Co/s320/360_F_417473835_iWXmBiyN6IT1ttB3dNRQusbdi2OUzR4X.jpg" width="320" /></a></div><br /><p><br /></p><p class="04xlpa" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span class="jsgrdq">Jika kamu ingin mendaftar sekolah pascasarjana di Amerika
Serikat dan banyak negara lainnya, surat rekomendasi adalah salah satu bagian
aplikasi yang krusial.</span> <span class="jsgrdq">Sebagai pendaftar, isi surat rekomendasi bukanlah sesuatu yang
dapat kamu kendalikan, tetapi ada hal yang dapat kamu lakukan agar prosesnya
berjalan sukses.<o:p></o:p></span></p><p class="04xlpa" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b>Pahami persyaratan aplikasi.<o:p></o:p></b></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pastikan persyaratan aplikasi sebelum<i> reaching out, </i>seperti
jumlah surat rekomendasi dan siapa pemberi rekomendasi yang diminta (apakah
akademisi atau profesional). Ulas juga situs program atau bicara dengan
<i>admission officers </i>untuk mendapatkan pemahaman mengenai keterampilan akademik
yang paling dihargai. Kamu bisa membagikan wawasan ini kepada seseorang yang
akan memberimu rekomendasi.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><b>Tentukan Calon Pemberi Rekomendasi<o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pemberi rekomendasi adalah seseorang yang mengenalmu dengan baik
secara profesional dan akademis. Bukan hanya menulis bahwa kamu adalah seorang
pekerja keras, tetapi menunjukkan bagaimana kamu bekerja keras. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Seorang Stanford <i>admission officer</i> berkata, surat rekomendasi dari
Presiden atau Ratu Inggris sekalipun takkan begitu bernilai jika tidak mampu
mendemonstrasikan kualitas dirimu secara spesifik.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><b>Minta surat rekomendasi dari jauh-jauh hari<o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Idealnya, buatlah permintaan resmi kepada calon pemberi
rekomendasi sedini mungkin. Setidaknya satu hingga dua bulan sebelum deadline. Kamu juga bisa memberi tahu mereka mengenai
batas penerimaan surat rekomendasi. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jika calon pemberi rekomendasi kamu sedang sibuk (seperti saat
periode ujian), akan bijaksana untuk memberikan mereka waktu lebih lama.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><b>Beri
mereka keleluasaan untuk menolak.<o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><i>Receiving
lukewarm letters of recommendation can actually bring more harm than good.</i>
Surat rekomendasi yang ditulis tanpa antusiasme lebih membawa kerugian daripada
manfaat.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebagai
permulaan, kamu bisa bertanya, "Apakah Bapak/Ibu tidak berkeberatan untuk
menulis surat rekomendasi yang kuat dan spesifik untuk saya?"<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jika
mereka menolak, anggaplah sebagai hadiah bahwa kalian berkesempatan meminta
rekomendasi dari orang lain yang mampu menulis dukungan yang lebih berdampak.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><b>Sebisa
mungkin adakan in-person meeting.<o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Mengatur
pertemuan secara langsung adalah cara terbaik untuk membantu mereka menyusun
rekomendasi yang menyeluruh. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jika
melakukan pertemuan offline tidak mungkin, mengirimkan email sebenarnya cukup,
tetapi ini sering memberikan ruang interpretasi dan seringakali email kamu
tenggelam. Jadi pastikan bahwa kamu menulis judul email yang stand out dan
informatif. Sebagai contoh "Permohonan Rekomendasi untuk [Nama Kamu]”<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><b>Berikan
mereka informasi tentang dirimu.<o:p></o:p></b></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Dosen
atau profesor memiliki banyak sekali mahasiswa yang mereka ajar, dan tidak
mustahil bahwa mereka tidak ingat siapa dirimu. Maka dari itu, jelaskan kepada
mereka bagaimana kamu, misalnya, berkontribusi dalam memberikan wawasan di
kelas atau kamu pernah berkontribusi dalam kegiatan jurusan. Jelaskan juga
kenapa kamu secara spesifik memilih mereka sebagai pemberi rekomendasi. Selain
itu, kamu juga dapat memberikan mereka salinan aplikasi. Seperti CV, personal
statement, dan transkrip nilai. <o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><b>Follow
up dan ucapkan terima kasih.<o:p></o:p></b></span></p><p>
</p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Jika
sudah mendekati deadline dan kamu belum mendapatkan kabar mengenai surat
rekomendasi, tidak masalah memberikan satu gentle reminder sebelum tanggal
jatuh tempo. Kemudian, entah kamu dinyatakan lolos atau tidak, ucapkan
terimakasih kepada pemberi rekomendasi dan berikan update mengenai hasilnya. Mereka
telah meluangkan waktu yang sibuk untuk mendukung kualifikasi dirimu dan ini
sikap ini merupakan gesture profesional yang akan membantumu lagi di kemudian
hari.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">#30DWCJilid33</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">#Day15</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">#Squad6</span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-71423999953406655392021-10-30T22:05:00.003+07:002021-10-30T22:06:07.260+07:0010 Cara Membiayai Kuliah di Amerika Serikat<p><span style="text-align: justify;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlSjpG1-dNcc0UzjLMSugiHsWeyi0S9gkSg-W7nU8GWl5-q4g1NqG5NltFfFSeKAWlR6hoXCmMKoE-yHtYQP0aTFIIvEKdg1Yh7RUZFS-eb1DSX8eF_0zJE3_iLTygqMfdrGq0JdijcGc/s1200/17907.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1200" data-original-width="1200" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlSjpG1-dNcc0UzjLMSugiHsWeyi0S9gkSg-W7nU8GWl5-q4g1NqG5NltFfFSeKAWlR6hoXCmMKoE-yHtYQP0aTFIIvEKdg1Yh7RUZFS-eb1DSX8eF_0zJE3_iLTygqMfdrGq0JdijcGc/s320/17907.jpg" width="320" /></a></div><p></p><p><span style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Banyak dari pelajar Indonesia berpikir bahwa jumlah beasiswa yang tersedia sangatlah sedikit. Tidak seperti yang mereka duga, jumlah beasiswa sangatlah banyak. Saking banyaknya, seperti mangga pada musim panen. Tentunya tidak semua mangga terlihat dari luar pohon, ada mangga yang perlu dicari secara mandiri dengan memanjat ke pohon. Begitu pula beasiswa, jumlah beasiswa sangat banyak, namun hanya mereka yang mencarinya yang dapat memperolehnya. Selain beasiswa, ada pula berbagai cara lain untuk membiayai kuliah di Amerika Serikat. Berikut 10 Cara Membiayai Kuliah di Amerika Serikat.</span></span></p><p><b style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">University-based
scholarship</span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Sebagian
besar universitas akan menawarkan semacam bantuan finansial untuk mahasiswa
internasional, maka pastikan bahwa saat kamu memilih universitas, mereka
menawarkan entah partial atau full financial aid. Riset website universitas
untuk mempelajari tentang pilihan-pilihan beasiswa yang mereka tawarkan. Salah
satu cara yang saya lakukan adalah dengan melakukan googling “[Nama
universitas] scholarships for international students.”<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Need-based
Scholarship<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Beasiswa
ini didasarkan kepada kebutuhan finansial dari mahasiswa. Beberapa universitas
menawarkannya untuk membantu menutupi sebagian kekurangan SPP dari mahasiswa
yang telah diterima jika mereka mampu menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan
finansial dan tidak mampu menutupinya dengan cara lain. Beasiswa ini juga
berpotensi untuk menutup seluruh biaya SPP kamu. Yale University menawarkan need-based
scholarship bagi mahasiswa internasional tingkat sarjana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Merit-based
scholarship.<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Beasiswa
ini ditunjukkan untuk mahasiswa yang telah menunjukkan pencapaian akademik yang
mengesankan. Sebagai contoh, mahasiswa tersebut telah berpartisipasi dalam
kompetisi, mengambil ekstrakurikuler dan unggul dalam kegiatan komunitas atau
wirausaha. Pencapaian ini dapat dalam bentuk apapun selama kamu stand out. New
York University merupakan salah satu universitas yang menawarkan Merit-based
scholarships.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Government-funded
Scholarships<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Pemerintah
Amerika Serikat menawarkan berbagai program beasiswa untuk mahasiswa
internasional. Begitu pula pemerintah di Indonesia. Salah satu contoh dari
beasiswa yang dibiayai dari lembaga pemerintah adalah Fulbright dan LPDP.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Privately-funded
Scholarships<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Terkadang,
private business maupun donor akan memberikan beasiswa untuk mahasiswa
internasional. Biasanya juga ditujukan kepada negara-negara berkembang dan
kelompok minoritas, atau untuk bidang studi yang spesifik. Kamu perlu melakukan
riset mengenai organisasi yang membiayai mahasiswa internasional yang
disesuaikan dnegan budaya, agama atau latar etnis kamu. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">International
Organizations.<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Banyak
dari organisasi internasional yang besar menawarkan beasiswa untuk mahasiswa
internasional, seperti beberapa cabang dari PBB, bank dunia, atau juga organisai
lainnya seperti Gates Foundation dan Ford Foundation. Tetapi umumnya, setiap
kali organiasi ini membuka lowongan beasiswa, seleksinya akan sangat kompetitif.
Sebagian besar pula ditujukan untuk mahasiswa pascasarjana dan bukan sarjana.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Student
Loans.<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Saya
tidak menyarankan siapapun untuk mengambil student loan, tetapi merasa perlu
mencantumkannya disini sebagai salah satu opsi yang mungkin diambil. Mahasiswa
internasional juga berhak untuk mengajukan private international student loans.
Sebagian besar mahasiswa internasional yang mendaftar program ini akan
memerluka seorang US cosigner untuk dapat apply. Co-signer adalah seseorang
yang bertanggung jawab untuk membayar seluruh biaya Pendidikan jika kamu tidak
memenuhi kewajibanmu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Teaching
assistantships<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Mahasiswa
pascasarjana yang sudah diterima bisa menerima pembayaran jika bekerja di dalam
universitas dan menggunakannya untuk menutupi sebagai SPP atau biaya hidup.
Posisi pekerjaan yang dilakukan bisa dengan mengadakan kelas kecil, menyampaikan
kuliah, mengoreksi tugas, menilai makalah, konseling siswa atau mengawasi
kelompok laboratorium. Jika kamu tertarik untuk menjadi teaching assistant,
hubungi bagian akademik dari universitas yang kamu tuju.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Research
Assistantships.<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Mahasiswa
pascasarjana yang sudah diterima dalam sebuah program juga umumnya bisa
mendapatkan kesempatan research assistantship. Ini biasanya membutuhkan kamu
untuk dapat membantu sebuah aktivitas penelitian dari anggota fakultas. Jika
kamu tertarik, hubungi department dan mungkin profesor tertentu akan
menghubungimu untuk dapat bekerja sama dengannya dalam mengadakan satu tipe
penelitian.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Administrative
Assistantships<o:p></o:p></span></b></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">Tidak
seperti assistantships yang sebelumnya, ini tidak langsung berhubungan dengan
bidang studi kamu. Pekerjaan ini biasanya dilakukan di kantor administrasi,
sebagai contoh bagian pendaftaran, student affairs, residence life, atau perpustakaan.
Assistantships ini juga bisa menjadi sumber pendapatan yang baik untuk biaya
hidup atau menutupi sebagian kecil dari biaya SPP kamu.<o:p></o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;"><br /></span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">#30DWCJilid33</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12pt; line-height: 200%;">#Day5</span></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-62082047311420445722021-10-27T21:47:00.004+07:002021-10-27T22:06:26.747+07:00Hikmah Mengejar Kereta<p> </p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidd7QVV9u2D1jZ5YkhnWNIsz30TyqLFyq6C92BCcI0FcHzvTvylmXL9Vr19aDQtpBWvqUaVA5kkXDPAQ-hY42Wa61351ImrcaDJ4SqCwu1mOk-i6uL6hlB3ZwR05trAX4OOebqYvyCBgQ/s774/Screenshot+%25281092%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="774" data-original-width="629" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidd7QVV9u2D1jZ5YkhnWNIsz30TyqLFyq6C92BCcI0FcHzvTvylmXL9Vr19aDQtpBWvqUaVA5kkXDPAQ-hY42Wa61351ImrcaDJ4SqCwu1mOk-i6uL6hlB3ZwR05trAX4OOebqYvyCBgQ/s320/Screenshot+%25281092%2529.png" width="260" /></a></div><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%; text-align: justify;"><br /></span><p></p><p><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%; text-align: justify;">Awal oktober lalu, aku berada di Jakarta dan hendak pulang ke Kuningan. Pagi hari</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%; text-align: justify;">, ummi mengabarkan kalau sepupu </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%; text-align: justify;">juga </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%; text-align: justify;">akan ke Kuningan naik kereta. Biar bisa dijemput bareng di stasiun, aku </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%; text-align: justify;">perlu </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%; text-align: justify;">ikut nemenin mereka. Kebetulan, keberangkatan kereta tinggal 3.5 jam lagi. Namun, sebelum berangkat, aku googling terlebih dahulu berbagai rute untuk ke Stasiun Pasar Senen. Selain googling, aku juga cuci muka, gosok gigi, rapi-rapi, dan charge ponsel.</span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Setelah melakukan ini itu, aku pun menyadari bahwa keberangkatan kereta sudah tinggal 2 jam 50 menit. Kurang dari tiga jam. Padahal, di otak, aku selalu punya patokan bahwa: </span><b><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">dalam waktu tiga jam sebelum kereta berangkat, aku harus sudah keluar dari rumah</span></b><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">. Harus pas minimal tiga jam atau lebih dari itu. Ya, seringkali lebih lama dari itu. Kebetulan, tempat tinggalku adalah di Lenteng Agung. Dari Lenteng Agung ke Stasiun Pasar Senen membutuhkan perjalanan berdurasi satu setengah jam. </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Jika aku berangkat saat itu, aku masih punya waktu di Stasiun Pasar Senen 1 jam 20 menit. Waktu yang cukup untuk memesan tiket, mencetak tiket, dan melakukan rapid antigen. Juga sangat cukup untuk jajan, dan lain sebagainya. Sangat cukup! </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Tapi bukannya berangkat, aku justru menelepon orang tua bahwa aku tidak jadi naik kereta karena perjalanan ke sana tidak lagi sesuai dengan ekspektasi. </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Dalam </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">hatiku, aku benar-benar </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">tidak mau </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">melangkah. Aku tidak suka merasa terburu-buru atau jika saja aku </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">harus </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">menemui hal-hal diluar ekspektasi selama perjalanan tersebut. Segala perjalanan di depan</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"> </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">harus sesuai dengan ekspektasi </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">awal</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">, sesuai dengan yang sudah kujadwalkan. Jika tidak seperti itu, aku bisa tertekan. Aku pun merasa lebih baik tidak melangkah sama sekali daripada </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">tidak sempurna</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">. Lalu aku hanya berebah di atas kasur sambil merasa kesal, overthinking dan tidak membuat kemajuan apapun.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Ummi pun berkata, “sekarang terserah kamu aja.” </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Selama dua puluh menit berikutnya, aku kembali overthinking di atas kasur. Kalau aku berangkat sekarang ke stasiun kereta api, dari Cirebon aku bisa dijemput supir karena bukan hanya aku saja yang dijemput, melainkan dua sepupuku. Kalau sepupuku tiba duluan di Cirebon dan aku tiba belakangan, maka mereka akan meninggalkanku sendirian. Lalu aku pun terpaksa naik kendaraan umum atau mengeluarkan uang lagi untuk GrabCar. Kalau aku naik Bus, aku bisa tiba langsung ke rumah, tapi aku bahkan tidak tahu dimana menaiki bus dari Jakarta ke Kuningan. Selain itu, belum tentu aku mendapat Bus yang membuatku nyaman.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Akhirnya aku memutuskan bahwa satu-satunya pilihanku yang terbaik adalah naik kereta dan perlu berangkat sekarang. Aku membuat keputusan cepat </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">untuk </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">mengonfirmasi pilihan ini.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Kemudan aku </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">kembali melakukan riset di Google tentang berapa lama perjalanan yang dibutuhkan ke Stasiun, jika naik commuter line, jika transit dua kali, jika transit satu kali, jika KRL memutar, dan jika berhenti di satu stasiun terdekat lalu naik ojek. </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Ya, bahkan risetku justru membuat perjalanan ini sendiri semakin lama tanpa aku menyadarinya.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Ini sudah pukul sembilan, tinggal dua setengah jam sebelum keberangkatan kereta api Airlangga yang pukul 11.30. Akhirnya aku pun memutuskan berangkat terlepas ini sudah kurang 30 menit dari patokan sempurnaku. Aku tidak suka ketidaksempurnaan, m</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">embuatku m</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">erasa mengejar sesuatu yang tidak</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"> pasti</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">. Tetapi, aku tidak punya pilihan lain. Jadi tidak apa-apa, aku akan melakukan yang terbaik, dan sisanya aku </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">pasrah.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Benar saja, saat perjalanan, petugas KRL Manggarai justru mengarahkanku menggunakan rute yang lebih lama. Mungkin karena dia berpikir bahwa aku memprioritaskan kenyamanan. Perjalanan menjadi 20 menit lebih lambat dari perkiraan. Aku naik kereta arah Jatinegara, bukannya Bekasi. Namun itu justru jalur memutar dan lama. Tertulis di Google, bahwa aku baru akan tiba di Stasiun Pasar senen pukul 10.50, bukannya 10.30 seperti yang kuriset di rumah. Inilah kenapa aku tidak menyukai hal-hal yang tidak bisa aku ekspektasi! </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Tetapi, aku mencoba berpikir jernih dan belajar lagi sepanjang perjalanannya (baca: </span><i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">googling </span></i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">rute terbaik dan melihat berbagai rute yang memungkinkan meski tidak ada di google). A</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">k</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">hirnya aku memutuskan untuk turun di Stasiun Kemayoran, stasiun yang tidak kuperkirakan sebelumnya, dan menggunakan ojek untuk langsung ke Stasiun Pasar Senen dengan biaya 15,000 rupiah. Alhamdulillah, aku membuat keputusan yang tepat. Aku tiba di Stasiun Pasar Senen pukul 10.30 seperti yang aku harapkan. </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Keberangkatan kereta Airlangga satu jam lagi, harganya pun murah, hanya 45000. Meskipun begitu, aku meminta ke si mbak loketnya dengan </span><i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">clue </span></i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">bahwa aku ingin naik kereta Bangunkarta. Itu karena keberangkatan Bangunkarta adalah 11.45. Jadi aku punya waktu lebih 15 menit untuk wara-wiri. Seperti yang sudah kujelaskan dalam tulisan ini, aku adalah orang yang ingin punya waktu lebih untuk berbagai hal. Namun si mbaknya bilang, “Airlangga masih cukup nih waktunya, mbak.” Karena mbaknya lebih tahu dan lebih akrab dengan stasiun, jadi aku iyain aja. Padahal dalam hati, aku juga bingung. Kereta apa seharga 45000? Apakah kereta jelek? Kereta lama? Aku juga baru dengar nama kereta Bangunkarta. Tapi iya iya aja deh.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Aku pun membeli tiket kereta, mencetaknya dan mengantri untuk antigen. Dalam menunggu hasil antigen itu, aku mendapat pesan dari sepupuku bahwa mereka berdua bahkan belum tiba di stasiun. Aku terdiam. Aku yang </span><i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">overthinking </span></i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">dan takut terlambat, justru malah tiba terlebih dahulu. Ternyata semua </span><i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">overthinking </span></i><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">itu hanyalah hasil dari pikiran-pikiran yang rumit. </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Hasil antigen keluar dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Aku masih punya banyak waktu untuk pergi dulu ke Indomaret dan belanja makanan sebelum memasuki batas penumpang stasiun. Masih ada dua puluh lima menit sebelum kereta benar-benar berangkat. Benar kata si mbak penjaga loket, bahwa naik kereta Airlangga masih cukup. Aku malah meminta kereta lebih mahal, yaitu Bangunkarta. Untuk apa coba?</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Ketika aku berprasangka buruk bahwa Airlangga adalah kereta lama, jelek, bau, sumpek dan murah. Lagi-lagi tidak seperti dugaanku, justru banyak kamera menyorot kereta ini. Aku sempat berpikir bahwa ini </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">adalah </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">kereta eksekutif dari luarnya. Saking bagusnya! Dan bukan kereta lama, justru ini adalah kereta baru. Bukan hanya baru, ini adalah perjalanan pertama Airlangga! Banyak hiasan di stasiun, panggung, meja meja berisikan makanan, dalam acara peluncuran pertama kereta Airlangga. Naik kereta pun, aku langsung dihadapi dengan kereta ekonomi paling rapih yang pernah kunaiki, WC nya masih bersih (ya iyalah belum dipakai), dan tempat duduknya leluasa (karena ada penerapan physical distancing). Tahu apalagi yang spesial? </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Para penumpang </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">bahkan mendapatkan kaos cantik gratis dengan gambar mural dan logo KAI kecil. Selain itu, aku juga mendapatkan gantungan, masker, dan tisu gratis!</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Setelah membuat beberapa instastory karena kekagumanku dengan kereta ini, aku pun menghubungi sepupuku. Ternyata mereka baru saja sampai </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">di stasiun</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">. Mereka bahkan belum melakukan rapid antigen. Kereta pun berjalan sebelum mereka menaikinya. Kedua sepupuku</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"> </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">tertinggal kereta. Aku </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">kaget</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">. Ini kereta yang aku naiki hanya demi bisa menemani dua sepupuku, malah hanya dinaiki olehku saja. Aku yang takut terlambat karena berpikir bahwa mereka akan berangkat duluan, ternyata aku malah tiba terlebih dahulu.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"> </span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">HIKMAH:</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Seringkali, aku membuat sebuah rencana dengan sempurna dan matang. Jika saja pada akhirnya itu tidak berjalan sebagaimana yang telah direncanakan, aku sering merasa gagal dan untuk beberapa waktu memilih tidak melangkah sama sekali. Padahal, jika melirik lagi kesuksesan yang aku raih di masa lalu, seperti mendapatkan beasiswa LPDP dan lulus NYU, itu juga tidak diraih dalam kesempurnaan. Aku hanya mengirimkan aplikasi pendaftaran yang cukup baik dalam waktu yang amat terbatas.</span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Seringkali, kita juga perlu mengubah rute perjalanan selama perjalanan itu sendiri. Ada kalanya situasi memang tidak sesuai harapan, tapi tetap berusaha ambil kendali. Lagipula, yang paling penting adalah sampai pada tujuan. </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;"><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;">Selain itu, seringkali kita merasa tertinggal dengan orang lain. Padahal bisa jadi, orang lain juga memiliki kesulitan mereka masing-masing dan tanpa kita sadari, dalam mencapai satu tujuan, kita melangkah terlebih dahulu sebelum mereka. </span><span style="font-size: 13pt; line-height: 200%;"><o:p></o:p></span></p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">#30DWCJilid33</p><p align="justify" class="MsoNormal" style="line-height: 200%; text-align: justify; text-justify: inter-ideograph;">#Day2</p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-82535915387962412242021-08-14T23:28:00.005+07:002021-08-14T23:58:05.719+07:00Empat Tahun Memperjuangkan Akses Terbuka<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEBTUzhhv5uU27SyjEFuk29GuQkVWdQ_3UUHYcKGpxOdR0Tuudp7E0vTNWxgmuZAZ9y-ocdb6JpkhY7pvwi7K2i9HWjOSE_EK4GZGv9MMRcsP-hbS-rRTqtdDTS08s6meOmdxRlgaJQQQ/s864/42872704_343838186161170_8635654115747131418_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="576" data-original-width="864" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEBTUzhhv5uU27SyjEFuk29GuQkVWdQ_3UUHYcKGpxOdR0Tuudp7E0vTNWxgmuZAZ9y-ocdb6JpkhY7pvwi7K2i9HWjOSE_EK4GZGv9MMRcsP-hbS-rRTqtdDTS08s6meOmdxRlgaJQQQ/s320/42872704_343838186161170_8635654115747131418_n.jpg" width="320" /></a></div><p>*ditulis dalam keadaan terburu-buru*</p><p>Pertengahan tahun 2017, saya mendapatkan sebuah email dari salah seorang pejuang akses terbuka dari Nepal. Belaiau mengajak saya untuk menjadi pembicara di salah satu konferensi regional bertemakan Open Access: Bridiging Information Divide. Saya pun menyanggupi kehadiran saya di konferensi di Nepal tersebut dan akhirnya saya berangkat ke puncak dunia itu pada akhir tahun 2017, beberapa bulan setelah lulus dari UNJ.</p><p>Sebelum sesi saya berbicara dimulai, saya mengobrol dengan founder Open Access Bangladesh, Kanok Monirul Islam. Saya berkata bahwa di Indonesia belum ada organisasi bernama “Open Access Indonesia.” Kemudian beliau berkata, “Kalau begitu kaulah yang harus membuatnya.” Saya pun terkejut dengan tawaran tersebut. Saya masihlah anak ingusan yang baru lulus dari program S1, saya bahkan belum banyak mengenal Open Access. Meskipun begitu, saya menyanggupinya.</p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiPSjO9VKGCf-0QfcT13ZyVajTyQLhTRbbhi7BhZTFBhOfuRNznoFkgBah_QkDcG153QTu1hVQb_uUL6lmkVsA5LqSWa87WP88KY0RiXk7TXw_XEReBxH15uC10AUEPqXl6WP89ohqdJE/s1080/41732817_471719510001189_9156617722405060608_n.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="932" data-original-width="1080" height="276" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiPSjO9VKGCf-0QfcT13ZyVajTyQLhTRbbhi7BhZTFBhOfuRNznoFkgBah_QkDcG153QTu1hVQb_uUL6lmkVsA5LqSWa87WP88KY0RiXk7TXw_XEReBxH15uC10AUEPqXl6WP89ohqdJE/s320/41732817_471719510001189_9156617722405060608_n.jpg" width="320" /></a></div><br />Setelah itu, saya pun melakukan open recruitment Open Access Indonesia. Bersama para pegiat dan pejuang keterbukaan yang lain, seperti Wikimedia, Open Science Indonesia, dan kawan-kawan saya lainnya, saya kerap menyelenggarakan kegiatan yang bertemakan sains dan akses terbuka. Setiap setahun sekali kami mengadakan konferensi bernama OpenCon di Jakarta. Saya juga menghadiri flagship meeting OpenCon di Kanada sebagai salah satu panitianya.<p></p><p>Ini tahun 2021 dan semenjak pandemi, kegiatan kami sudah mulai berkurang. Saya pernah mengadakan dua kali webinar, tapi sebenarnya saya merasa kami bisa melakukannya sebulan sekali sejak tahun 2020 kemarin. Selain itu, sosial media OA Indonesia juga sangat jarang di-update dan saya merasa, saya sendiri perlu meng-upgrade diri untuk bisa membina Open Access Indonesia agar kembali aktif dan kembali hidup.</p><p>Khususnya semenjak kemarin saya menghadiri Komunitas Garuda LPDP, yaitu Lembaga LPDP yang menaungi para mahasiswa yang mendirikan organisasi. Banyak para founder yang dapat mempertahankan kesinambungan dari organisasi selama lebih dari sepuluh tahun. Saya kembali bercermin, mungkin inilah saatnya bagi Open Access Indonesia juga untuk kembali memberikan kebermanfaatan. Mungkin bukan harus mengadakan event-event besar seperti yang sudah-sudah, cukup lakukan yang sederhana selama kebermanfaatan itu tetap dirasakan. </p><div>#30DWC</div><div>#30DWCJilid31</div><div>#Day29</div>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-45707054156846291592021-08-09T21:54:00.007+07:002021-08-09T23:09:31.826+07:00Psikopat dan Drama-Drama Korea<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3SOYws37dWj6aCnBNLYw-IU9EcOVCzGsjPbAQPkCI20ziaKmm1I_cpEj-GpoVeD2bmF_VqqakMx8IZekvG4dkdLsxu0zY_Vjwp6HB52K68Qxy9y7lVthqIdnSnx0r-yKOXRVHeursz5k/s375/It%2527s_Okay_to_Not_Be_Okay_Poster.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="265" data-original-width="375" height="283" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3SOYws37dWj6aCnBNLYw-IU9EcOVCzGsjPbAQPkCI20ziaKmm1I_cpEj-GpoVeD2bmF_VqqakMx8IZekvG4dkdLsxu0zY_Vjwp6HB52K68Qxy9y7lVthqIdnSnx0r-yKOXRVHeursz5k/w400-h283/It%2527s_Okay_to_Not_Be_Okay_Poster.jpg" width="400" /></a></div><br /><p>Saat belajar di New York University, aku mengambil beberapa kelas yang mengajariku Antisocial Personality Disorder atau disingkat ASPD. ASPD adalah gangguan kepribadian dengan beberapa gejala, diantaranya: mengabaikan benar dan salah, berbohong secara konsisten, memanipulasi dan mengeksplotasi orang lain, tidak berperasaan dan lain sebagainya. Gangguan kepribadian ini paling sering didiagnosis pada individu yang memiliki trait psychopathy, seperti pathological lying, respon emosi yang dangkal, dan lain sebagainya. </p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQnMG1MdURiRB-0hF5qjofI2xw3Ui0lxhwuBRcRhwbq6kgS46iUk31Bwb59oqb5b2K9_H88EKJOY66khTl18gbS5WKyxysDC_uTAsCLhrQt0ej5j3gf8L9HsateC1ZGY1mYS-ffYzuGOQ/s1445/EwLgGjbXMAIBL2t.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="813" data-original-width="1445" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQnMG1MdURiRB-0hF5qjofI2xw3Ui0lxhwuBRcRhwbq6kgS46iUk31Bwb59oqb5b2K9_H88EKJOY66khTl18gbS5WKyxysDC_uTAsCLhrQt0ej5j3gf8L9HsateC1ZGY1mYS-ffYzuGOQ/s320/EwLgGjbXMAIBL2t.png" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ASPD kriteria menurut DSM</td></tr></tbody></table><br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2UHW1BmqyHjpeX74zwaAlq1JaVa5sDrsU4_ocFnnWDopiis0Y6x_qVNM1GvMEuDDvv2fJxqwl4fVLgGxzZvS-7hAYO3_cfGKw2-9Q3BkWYORKtB7h8ywROXUZK933O5tfEHUKuqreIWU/s465/EwLgH27WUAAdhv4png.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="465" data-original-width="459" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2UHW1BmqyHjpeX74zwaAlq1JaVa5sDrsU4_ocFnnWDopiis0Y6x_qVNM1GvMEuDDvv2fJxqwl4fVLgGxzZvS-7hAYO3_cfGKw2-9Q3BkWYORKtB7h8ywROXUZK933O5tfEHUKuqreIWU/s320/EwLgH27WUAAdhv4png.png" width="316" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Trait Psychopathy</td></tr></tbody></table><p>Banyak orang mengira bahwa keduanya (ASPD dan psikopat) adalah hal yang sama, padahal berbeda. Antisocial personality disorder adalah istilah dalam psikologi, sementara psychopathy adalah istilah dalam dunia forensik. Keduanya sering dikaitkan ketika sebagian besar psikopat didiagnosis memiliki gangguan pribadi antisosial (ASPD). Meskipun begitu, hanya satu persen dari seseorang yang didiagnosis dengan ASPD merupakan psikopat. Ditambah lagi, hanya satu persen dari psikopat yang menjadi serial killer. Sebagian besar dari mereka melakukan pelanggaran hukum berupa pencurian dan penipuan.</p><p>Oke, bicara dari sini, aku ingin berbicara beberapa drama Korea yang menarik perhatianku. Di antaranya adalah “Psycho but it’s okay”, “Mouse” dan juga “Flower of Evil.” </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpXc0k-rdqgMj1MF31FpGmz1EUHlB6zDIb7Ohe9SqKPa52KDKWOiGYKVv8NSOtxqA-EMEyfOKxvIfl-9tDGiDvOD5aWEvilFBI82lDlcM7BvwjCL3Giu9WFJKTfDd4cwL1NeNTY2f7meU/s1024/IOTNBO4-1024x641-1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="641" data-original-width="1024" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpXc0k-rdqgMj1MF31FpGmz1EUHlB6zDIb7Ohe9SqKPa52KDKWOiGYKVv8NSOtxqA-EMEyfOKxvIfl-9tDGiDvOD5aWEvilFBI82lDlcM7BvwjCL3Giu9WFJKTfDd4cwL1NeNTY2f7meU/s320/IOTNBO4-1024x641-1.jpg" width="320" /></a></div><p>Dalam drama “Psycho, But It’s Okay,” seperti dalam judulnya, Go Moon-Young direferensikan sebagai psikopat. Anehnya, dalam deskripsi ceritanya di Asianwiki, Go Moon-Young hanya didiagnosis dengan ASPD. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, psikopat dan ASPD adalah dua hal yang berbeda. Ini adalah alasan pertama kenapa aku tidak jadi menonton drama ini (padahal sudah nunggu lama, tapi langsung ilfeel). Ya, meskipun banyak orang berkata bahwa drama ini mengajarkan banyak hal seputar Kesehatan mental (dan diagnosis ASPD pada Moon-Young itu tidak tepat), tapi sayangnya aku sudah telanjur tidak tertarik. Lagipula, nonton drama memang gak bisa dipaksakan, kan? Bagiku, judul awal drama ini misleading dan menimbulkan stigma pada orang-orang dengan gangguan kepribadian.</p><p>Temanku yang menonton drama ini berkata bahwa Go Moon-Young memiliki gangguan kepribadian karena dia mengalami childhood abuse. Ini juga membuatku sempat bingung. Aku mungkin tidak memiliki cukup banyak ilmu, jadi aku melakukan lebih banyak riset. Yang aku tahu sebelumnya, ASPD dan psychopathy itu lebih disebabkan karena faktor genetik, seperti misalnya bentuk amigdala yang lebih kecil. Amigdala berfungsi mengolah emosi di otak dan sebuah riset menunjukkan bahwa psikopat (yang didiagnosis dengan ASPD) cenderung memiliki amigdala lebih kecil dari orang-orang pada umumnya. Setelah aku membaca lebih banyak jurnal, ternyata sampai saat ini penyebab ASPD belum dapat diketahui secara pasti. Memang bukan karena faktor genetic saja, tapi juga tidak bisa disebutkan bahwa faktor eksternal berkontribusi secara signifikan.</p><p>Memang, ada sebuah artikel jurnal yang menyebutkan bahwa faktor eksternal bisa menyebabkan seseorang mengidap ASPD. Akan tetapi, sebagian besar artikel ilmiah begitu pula DSM-V mengemukakan bahwa penyebab pastinya tidak diketahui. Aku ikut dengan yang mayoritas. Jika drama ini suggest bahwa Moon-Young mengidap gangguan kepribadian semata-mata karena childhood abuse, agaknya itu mendahului sains. Terlepas dari itu, aku juga tidak begitu suka kepribadian Moon-Young yang sangat toxic dalam hubungannya dengan Gang-Tae.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGJhzMdZrCHJeRj9rwhn4-qFalcr_aXHPVoKdqXBIUt_j8jv_I133jTx3x-kkQ15Hyp6zsAsWBO9JP5RMTjLAj_rcrHpIQy-1ICeD3_JAE_6zp6fB5XFcNeknbDnbQbJxjkeDLPo-b0m4/s1000/mouse-korean-drama-review-featured.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="630" data-original-width="1000" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiGJhzMdZrCHJeRj9rwhn4-qFalcr_aXHPVoKdqXBIUt_j8jv_I133jTx3x-kkQ15Hyp6zsAsWBO9JP5RMTjLAj_rcrHpIQy-1ICeD3_JAE_6zp6fB5XFcNeknbDnbQbJxjkeDLPo-b0m4/s320/mouse-korean-drama-review-featured.png" width="320" /></a></div><p>Berbeda dengan “Psycho, But It’s Okay,” dalam drama “Mouse” dikisahkan bahwa seorang psikopat dapat dideteksi sejak masih berada dalam janin ibu. Itu artinya, drama ini menyiratkan bahwa penyebab seseorang menjadi seorang psikopat adalah 100% genetik. Aku hanya menonton episode satu drama ini, sama seperti “Psycho, But It’s Okay,” dan aku langsung tidak begitu menyukainya. Apalagi setelah adegan ketika para pembuat kebijakan memutuskan untuk menerapkan peraturan aborsi pada wanita hamil yang janinnya terdeteksi DNA psikopat. Mungkin pada akhirnya kebijakan tersebut direvisi dan lain sebagainya, aku gak nonton, tapi penelitian yang dipresentasikan oleh salah satu tokoh dalam drama ini agaknya terlalu dibuat-buat. “Psycho, But It’s Okay” mungkin lebih baik melihat dari sisi Kesehatan mental secara umum.</p><p>Aku mendapati diriku tidak begitu suka dengan drama-drama Korea yang menyorot isu-isu Psikologi dari sisi klinis. Biasanya mereka menyampaikan misinformation, memperbesar stigma, atau terjadi pelanggaran kode etik. Apalagi drama lawas “Kill Me Heal Me” atau “It’s Okay It’s Love.” Misalnya “Kill Me Heal Me” yang mengisahkan hubungan romansa antara dokter dengan pasiennya. For me, it’s a big NO. Sebuah pelanggaran kode etik dan tidak profesional.</p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6ak7RYucAD1HMRXZCEZVSzLMUJUMt7SFclA58DdyT71ti4hI8lqznmWjaADKVc723pmUxqYHC2UD9GZh5l4_e2EAB_TRz0aO6X9mPXbnZGTSRI64wNOuD_87dAr_7MSlh7GC9TZl3itw/s1024/039283700_1504170756-Kill-Me-Heal-Me1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="559" data-original-width="1024" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6ak7RYucAD1HMRXZCEZVSzLMUJUMt7SFclA58DdyT71ti4hI8lqznmWjaADKVc723pmUxqYHC2UD9GZh5l4_e2EAB_TRz0aO6X9mPXbnZGTSRI64wNOuD_87dAr_7MSlh7GC9TZl3itw/s320/039283700_1504170756-Kill-Me-Heal-Me1.jpg" width="320" /></a></div><br />Drama korea yang aku suka dan menyorot kehidupan seorang Psikopat mungkin “Flower of Evil.” Daripada mengungkap sisi klinis Baek Hee-Sung, drama ini lebih berfokus kepada sisi plot dan ketegangannya. Selain itu, ada hal kecil yang sangat mengesankan buatku. Dalam Psychology of Violence, aku belajar bahwa active serial offender sangat sering menonton berita. Sementara, dalam drama FOE, Baek Hee-Sung digambarkan sebagai psikopat yang bertobat dan ia tidak menonton berita! Ini mungkin hal-hal kecil, tapi justru karena hal-hal kecil inilah membuatku terkesima. <p></p><p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh06YT2rXyU1gdzEKKYSXI8bVyyKJpO9APYJFlPWXCENk3KTOZpBGNP6j04NQHvK5r6iy7IayZIv7gDWVnRIgGW4NMtOdusvLilX_L2ZKHRIISZFnGRO4XspHRiE1wROe-gKndiJofhey8/s1200/202008131214-main.cropped_1597295807.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh06YT2rXyU1gdzEKKYSXI8bVyyKJpO9APYJFlPWXCENk3KTOZpBGNP6j04NQHvK5r6iy7IayZIv7gDWVnRIgGW4NMtOdusvLilX_L2ZKHRIISZFnGRO4XspHRiE1wROe-gKndiJofhey8/s320/202008131214-main.cropped_1597295807.jpg" width="320" /></a></div><br />Pada dasarnya, aku suka drama dan film bertema psychological-thriller. Akan tetapi, ketika drama tersebut terlalu menyorot sisi klinis, aku jadi tidak bisa menikmatinya. Ya, mungkin karena aku lulusan Psikologi dan drama-drama ini membuatku berpikir lebih keras. Mungkin aku sendiri perlu belajar lebih banyak, tapi aku menonton drama hanya untuk enjoy dan istirahat. Bukan untuk belajar Psikologi lagi.<p></p><p>#30DWC</p><p>#30DWCJilid31</p><p>#Day23</p><div><br /></div>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-81419878213257506592021-08-08T13:42:00.015+07:002021-08-08T21:06:25.660+07:00Berikut Sosok Cinta Pertama Saya...<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvtpKWzO3kU3Jq4ilnBK9ZCqr1IeSvVZ13Zy2nV1pZJjrU5Z1CPNfuYzjsCoUvvK1TrHOYbRRwCJqMb1-KuFvtMTHfmrwZpKYKE-JXESQnKRae2444nC6yqx6U3iZCeVwweaY-7FC0UWA/s728/first-love-wallpaper-preview.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="395" data-original-width="728" height="217" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvtpKWzO3kU3Jq4ilnBK9ZCqr1IeSvVZ13Zy2nV1pZJjrU5Z1CPNfuYzjsCoUvvK1TrHOYbRRwCJqMb1-KuFvtMTHfmrwZpKYKE-JXESQnKRae2444nC6yqx6U3iZCeVwweaY-7FC0UWA/w400-h217/first-love-wallpaper-preview.jpg" width="400" /></a></div><p>Tema menulis hari ini untuk Pejuang 30-Day Writing Challenge adalah “<b>Cinta Pertama</b>.” Tema yang cukup menuntut kreativitas dan membuat heboh squad saya, squad 4. Sebagian besar anggota squad telah memiliki berkeluarga dan membahas isu “cinta pertama” mungkin agak berisiko kalau dibaca suami, haha. Ya, itu hanyalah candaan. Toh, kita bisa menulis cerita fiksi, atau tulisan ilmiah tentang cinta, atau cinta yang sifatnya platonic (seperti cinta pada ayah dan ibu), tanpa terang-terangan memberikan pengumuman siapa cinta pertama kita pada lawan jenis.</p><p>Meskipun begitu, dalam tulisan ini, saya akan mengumumkan siapa sebenarnya cinta pertama saya, <i>literally </i>menyebut nama orangnya. Baca sampai akhir haha.</p><p>Berbicara tentang cinta pertama itu sendiri, sebenarnya saya sendiri sempat kebingungan. Kalau yang dimaksud adalah ketertarikan dengan lawan jenis, tidak ada orang yang pasti yang muncul dalam benak saya pertama kalinya. Saking bingungnya, saya sempat berpikir, mungkin “cinta pertama” saya ada dua orang? Atau mungkin ada tiga orang? Mungkin ada empat? Tapi gimana bisa disebut "pertama" jika lebih dari satu? Hmm, saya harus menentukan jawabannya nih. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mulai mencari definisi dari cinta pertama:</p><p>Saya pun mulai membuat beberapa list kapan cinta pertama itu muncul:</p><p></p><ol style="text-align: left;"><li>Apakah cinta monyet saat masih SD?</li><li>Apakah saat pertama kali jantung berdegup kencang saat melihat seseorang?</li><li>Apakah ketika pertama kalinya gayung bersambut?</li><li>Apakah ketika kita telah dewasa dan pertama kalinya membangun hubungan dengan komitmen dan kesetiaan?</li><li>Atau mungkin kesukaan kita pada aktor atau penyanyi Korea? Ups hehe.</li></ol><p></p><p>Seperti misalnya, saya pernah melakukan sebuah deklarasi di kelas saat 1 atau 2 MTs (setara SMP) bahwa cinta pertama saya adalah seorang musisi asal Jepang bernama Kitagawa Yujin, wkwk. Jadi apakah Yujin cinta pertama saya? Tentu tidak, karena itu seperti deklarasi konyol yang saya utarakan sebelum saya dewasa dan mungkin hanya bentuk kekaguman sebagai <i>fan </i>untuk pertama kalinya.</p><p>(Note: di Instastory, saya bilang deklarasinya saat saya masih SD. Itu ingatan di benak saya, tapi <i>false memory</i> karena lagu Wonderful World Yuzu dirilis tahun 2008)</p><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK-DF4GPF2fpPTqMQJyOrFUUnYSG7TiXlT-vBddvxrvWFnzKWaEgLs-2JHW741EYWwi8ufwnE1VvVz8onnJNvtjILheQKeReYPiJWIqNl_d6vyEca-XLE5iC3SqQquXTVfUHzLPnPS44o/s400/b-AD42N3_400x400.jpeg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="400" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiK-DF4GPF2fpPTqMQJyOrFUUnYSG7TiXlT-vBddvxrvWFnzKWaEgLs-2JHW741EYWwi8ufwnE1VvVz8onnJNvtjILheQKeReYPiJWIqNl_d6vyEca-XLE5iC3SqQquXTVfUHzLPnPS44o/s320/b-AD42N3_400x400.jpeg" width="320" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Kitagawa Yujin</td></tr></tbody></table><p>Selain itu, katanya, cinta pertama itu sulit dilupakan. Tapi pada akhirnya, saya tidak lagi memikirkan beberapa orang tertentu yang pernah saya sukai. Saya juga percaya, sebagian besar orang, jika diminta untuk memilih setia dengan pasangannya yang sekarang atau dengan cinta pertamanya, tentu akan lebih memilih setia dengan pasangannya yang sekarang.</p><p>Layaknya tumbuhan, rasa cinta juga perlu dipupuk, disiram dan dirawat. Jika sudah lama ditinggalkan, pada akhirnya kering dan layu dan akhirnya terlupakan. Tidak ada yang spesial dengan siapa pertama kali kita jatuh cinta, akan tetapi dengan siapa cinta itu bertahan lama, tumbuh dengan subur dan berbuah manis kebahagiaan.</p><p>Sampai saat ini, saya belum bisa memastikan siapa lawan jenis “cinta pertama” saya (yang kehidupan <i>real </i>ya, bukan ngefans artis wkwk). Lagipula, itu tidak penting, bukan? Selain definisinya sangat kabur dan subjektif, saya berpikir, mungkin “cinta pertama” itu tidak ada? Yang ada adalah beberapa kali jatuh cinta pertama kalinya pada orang yang berbeda dengan cara yang berbeda.</p><p><i>Anyway</i>, daripada memikirkan seseorang yang telah berlalu, lebih baik fokus dengan membangun hubungan yang sekarang dengan komitmen dan kesetiaan. Ya, walaupun saat ini saya <i>single </i>dan belum berencana untuk menikah hihi.</p><p><i>Well</i>, sebenarnya saya punya definisi sendiri apa itu cinta pertama (selain cinta platonik pada keluarga tentunya). Cinta pertama saya adalah… diri saya sendiri, Maryam Qonita, hahaha. </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbs00gr8YO4CiaLQXnkYqfgpBWQmGXClByTg3Mtg2BV0CvvOx8TixxZU0un8dImQuym6IVDTLNXyRtxkdyRtqqmcU7Wuqoy7hs7OFFNgFg85mPAYBQYO83VFevm5q28BdMD8sBmlQFPFc/s2048/unnamed.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2048" data-original-width="1536" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbs00gr8YO4CiaLQXnkYqfgpBWQmGXClByTg3Mtg2BV0CvvOx8TixxZU0un8dImQuym6IVDTLNXyRtxkdyRtqqmcU7Wuqoy7hs7OFFNgFg85mPAYBQYO83VFevm5q28BdMD8sBmlQFPFc/s320/unnamed.jpg" width="240" /></a></div><p>Ini dari pengalaman pribadi juga sih. Saya beberapa kali pernah menyukai lawan jenis, meskipun pernah agak bucin-bucin gitu, pada akhirnya saya selalu mengutamakan diri saya sendiri terlebih dahulu. Saya tidak bahagia, saya mundur. Saya patah hati , saya <i>move on</i>. Saya belum ingin menikah, saya memilih melanjutkan S2 dan berkarir. Tidak peduli jalan hidup orang lain, yang penting saya bahagia dengan jalan hidup saya sendiri, saya bersyukur dan tidak menyesali apapun.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyoxU0oWztXNPzlFUVqDgJlVtJVGD7fQ1sE-v3_OceyLMTJz2SL6e51WefqU42sIIl4qs7tt5wHoOoJcim07RapMV3oPL55QFYjXfned8viZNR4nLDJF5BleKOtvDBndKSnrDzw05k90o/s752/0139f9cfa37bbce4404f2dbf692cf8b5.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="752" data-original-width="750" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyoxU0oWztXNPzlFUVqDgJlVtJVGD7fQ1sE-v3_OceyLMTJz2SL6e51WefqU42sIIl4qs7tt5wHoOoJcim07RapMV3oPL55QFYjXfned8viZNR4nLDJF5BleKOtvDBndKSnrDzw05k90o/w399-h400/0139f9cfa37bbce4404f2dbf692cf8b5.jpg" width="399" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i><br /></i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i>#30DWC</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i>#30DWCJilid31</i></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><i>#Day23</i></div><br /><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p><p><br /></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-65130707699301728852021-08-07T23:09:00.006+07:002021-08-07T23:32:53.602+07:00Han Solo, Princess Leia, dan Romansa Antar Galaksi<p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU91FYbeUu2QsaerZJv020Lg0174ffhQbPGeNMk7DPAmPQCNi3nTSPZO2W9m5rNQvHK7wTpZGGvSYA40m2DMWkOM2u0qCphta0WPmm1_4DuucBB-ktrQRBN18iwdJlX93O28MaiWCRLco/s950/tumblr_mafmq5yvi51rey8wlo1_1280.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="481" data-original-width="950" height="162" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjU91FYbeUu2QsaerZJv020Lg0174ffhQbPGeNMk7DPAmPQCNi3nTSPZO2W9m5rNQvHK7wTpZGGvSYA40m2DMWkOM2u0qCphta0WPmm1_4DuucBB-ktrQRBN18iwdJlX93O28MaiWCRLco/s320/tumblr_mafmq5yvi51rey8wlo1_1280.jpg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span style="text-align: justify;">Saat ini, saya sedang menulis
novel bertema fiksi ilmiah. Ketika saya mencari inspirasi dalam menuliskan
ceritanya, saya menyempatkan waktu untuk menonton film fiksi ilmiah paling
legendaris sepanjang masa: Star Wars. Saya sebenarnya sudah pernah menonton
film ini saat saya masih SD, namun saya lupa ceritanya. Seingat saya, saya
sangat menyukai tokoh Luke Skywalker. Well, nama “Walker” di belakangnya adalah
inspirasi saya dalam memberi nama tokoh Danny Walker dalam novel fiksi ilmiah
saya tersebut, haha. Ketika saya menonton ulang film Star Wars IV-VI, saya yang
sekarang justru jatuh cinta dengan karakter Han Solo dan saya penggemar kisah
cintanya dengan Princess Leia.</span><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Han Solo dan Princess Leia adalah
pasangan yang saling bertolak belakang. Princess Leia, seperti namanya, adalah
seorang putri kerajaan yang terhormat. Sementara itu, Han Solo adalah seorang
penyelundup, kriminal, dan seorang yang egois. Mereka sama-sama berkepribadian
keras dan seringkali bertengkar satu sama lain. Akan tetapi, ketika kalian
menaruh mereka berdua dalam petualangan antar galaksi dan bertarung dengan
pesawat kerajaaan, mereka pada akhirnya saling jatuh cinta dan saling
mengonfirmasi perasaan satu sama lain.<o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikdFPuErp7L63M-eRVi9pIXAGux0sHDvAndt9Nr1EAMNePilv32ljGYyqDwsni0pe8aUwM4-o_18kbT5WMyLVSik4Tg_TW9DXc-YyfcttZdVmPX69nkojVIyGQO_qYH9yRQLG8aCwxvmk/s2000/8-489_star_wars_millennium_falcon_ma_1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1380" data-original-width="2000" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikdFPuErp7L63M-eRVi9pIXAGux0sHDvAndt9Nr1EAMNePilv32ljGYyqDwsni0pe8aUwM4-o_18kbT5WMyLVSik4Tg_TW9DXc-YyfcttZdVmPX69nkojVIyGQO_qYH9yRQLG8aCwxvmk/s320/8-489_star_wars_millennium_falcon_ma_1.jpg" width="320" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dari kisah cinta merekalah saya
mulai agak terobsesi dengan perjalanan antar bintang bahkan antar galaksi.
Kisah cinta yang tercipta dari tempat yang begitu luas di luar angkasa sana.
Sebuah tempat dengan triliunan objek-objek indah yang dapat dinikmati mata,
membuat takut sekaligus takjub dengan semesta ciptaan Tuhan. Semenjak itu, saya
sering menghabiskan waktu menonton video-video di YouTube tentang planet-planet
dan galaksi. Saya juga membaca sebuah buku berbahasa Inggris, Michio Kaku,
berjudul “The Future of Humanity,” dimana manusia mulai menjajakan dirinya di
Mars atau melakukan perjalanan antar planet dengan pesawat berkecepatan cahaya.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saya secara khusus tertarik dengan system tata surya kita sendiri, dimana ada matahari, bumi, bulan, dan planet-planet yang mengorbit matahari lainnya seperti Jupiter dan Saturnus. Masih banyak misteri yang belum terungkap bahkan di salah satu planet terdekat bumi, Jupiter. Saya mulai sering bertanya-tanya, apa yang terjadi jika manusia memasuki Jupiter hingga tiba di intinya? ( Mungkin memakai baju super canggih hingga ia tidak akan terbakar oleh suhu Jupiter yang sangat panas) Seperti apa inti Jupiter? Apakah intinya adalah metal yang padat ataukah cairan kental super panas? Bahkan NASA saja belum mengetahuinya! Bukankah itu hebat? Bahkan planet terdekat bumi masih menyimpan begitu banyak misteri bagi organisasi terhebat yang meneliti luar angkas.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Jupiter adalah planet favorit saya, karena planet ini bisa dilihat dengan mata telanjang, sangat besar, dan memiliki pola-pola yang sangat cantik. Cukup lihat bintang paling terang di langit, yang berada di rasi bintang Aquarius, itulah planet Jupiter. Bahkan seperti pola garis-garisnya yang indah secara kasar dapat dilihat dengan kamera iphone. Saya juga hampir dapat menyaksikan bagaimana planet ini berputar pada porosnya begitu cepat, layaknya apion yang berputar pada titik keseimbangannya. Perputaran jupiter dikatakan sangat cepat karena besar planet ini adalah 1300 kali bumi, namun hanya butuh 9 jam untuk berotasi. </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Ini adalah planet Jupiter yang
saya foto dengan kamera iPhone saya sendiri: <o:p></o:p></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJffSGgnXAgEDr6f8FZlYTbGTu1d3F1PNoSQJHTaZCDvfVkoXqcMgl7CHoLWrGdYg8w20l0iwV6IBgOr6qpDZ3RRpCUlPPxi6rlYD1QZ_-GULqYpeKZyKfMEDS0g2aItl4ZisLMUjKXFc/s828/IMG_3992.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="486" data-original-width="828" height="188" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJffSGgnXAgEDr6f8FZlYTbGTu1d3F1PNoSQJHTaZCDvfVkoXqcMgl7CHoLWrGdYg8w20l0iwV6IBgOr6qpDZ3RRpCUlPPxi6rlYD1QZ_-GULqYpeKZyKfMEDS0g2aItl4ZisLMUjKXFc/s320/IMG_3992.png" width="320" /></a></div>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Selain system tata surya, saya
juga mulai membayangkan bagaimana jika manusia akhirnya mampu menciptakan sebuah
kendaraan yang melebihi kecepatan cahaya dan melakukan perjalanan ke planet di system
tata surya yang lain, seperti Proxima Centauri hingga planet-planet mirip bumi di
Teegarden Star. Dengan teknologi saat ini, manusia mungkin membutuhkan waktu 19,000
tahun untuk mencapai Proxima Centauri. Sebuah jarak yang sangat jauh padahal
itu adalah system tata surya terdekat dengan system tata surya kita sendiri. Dengan
kecepatan cahaya, mungkin butuh empat tahun untuk menjangkau Proxima Centauri. Padahal ada ratusan miliar system tata surya di galaksi
bima sakti, dan ada ratusan miliar galaksi di observable universe. </p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Belakangan, saya sering membayangkan jika saja diri saya adalah seorang astronot NASA dan melakukan perjalanan ke luar angkasa. Pasti bumi terlihat begitu cantik dari luar sana. Saya juga sering membayangkan jika saya hidup cukup lama hingga menyaksikan manusia membangun koloni di Mars atau hingga kehadiran alien terkonfirmasi. Pernah dengar dialog dalam drama Mr. Sunshine, ketika si tokoh utama perempuan berkata, "romansa saya ada di ujung senapan Jerman"? Kalau saya, mungkin, dialognya menjadi seperti ini "romansa saya berada di antara galaksi-galaksi." Ya, karena keindahan mereka mampu menyatukan dua orang dari latar belakang yang berbeda, Princess Leia dan Han Solo. Saya sendiri mendapati diri saya begitu larut setiap kali kepala saya mendongak ke langit. Ratusan bintang berkelap-kelip, layaknya mata Illahi. Membuat saya takjub, kagum, takut, dan juga tidak henti-hentinya berdzikir.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">#30DWC</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">#30DWCJilid31</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">#Day22</p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal"><o:p> </o:p></p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-8412565393581440192021-08-05T23:32:00.005+07:002021-08-05T23:36:01.951+07:00 “Indonesia Terakhir” Lima Tahun Terakhir<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIHeyfwGVdQpk6ojqY2M_vZuQivZi7QXLYSQIk1wmgHR0GrHddmw6iUV4IjqHOc_CMV2fLs4wViS5F-_HEqOKieI_NRRI4OjAIUVLRFQVGRG-GvXRzuTzYc7EpDAjxPuA1kqVFlQdbVOQ/s1920/Screenshot+%2528608%2529.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1080" data-original-width="1920" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIHeyfwGVdQpk6ojqY2M_vZuQivZi7QXLYSQIk1wmgHR0GrHddmw6iUV4IjqHOc_CMV2fLs4wViS5F-_HEqOKieI_NRRI4OjAIUVLRFQVGRG-GvXRzuTzYc7EpDAjxPuA1kqVFlQdbVOQ/w400-h225/Screenshot+%2528608%2529.png" width="400" /></a></div><p><br /></p><p>Tahun 2010-2011, aku menulis sebuah cerbung yang dipublikasi
di majalah sekolah GENQ. Cerbung tersebut berjudul, “Indonesia Terakhir.” Cerbungnya juga aku posting di blog ini: <a href="http://maryam-qonita.blogspot.com/2012/06/indonesia-terakhir-part-i.html">http://maryam-qonita.blogspot.com/2012/06/indonesia-terakhir-part-i.html</a></p><p> Mengisahkan tentang seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang merupakan anak
angkat bagi satu-satunya presiden di negara yang tersisa di dunia pada abad 23.
Nama anak laki-laki tersebut adalah Danny dan ia memiliki nama asli Lintang. Dunia
yang saat itu ia tinggali sekarang adalah sebuah dystopia setelah perang dunia
III pecah. Cerbung ini disambut baik dan cukup banyak teman-temanku yang mereka
mengharapkan agar kisahnya dipublikasikan sebagai sebuah novel.</p><p class="MsoNormal"><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Akan tetapi, aku mulai overthinking dengan novel yang perlu
aku buat tersebut. Banyak sekali kekurangan dalam cerita aslinya, seperti kurangnya
sebab akibat antara satu kejadian dengan yang lain, kurangnya penokohan, dan
mungkin ide cerita utamanya sendiri yang terlalu mengekslusifkan beberapa
kelompok. Bukan xenophobic, tapi aku rasa aku bisa menemukan ide yang lebih
universal. Apalagi karena aku beranjak dewasa, aku rasa lebih bijak jika aku
tidak mengambil jalur yang sama.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Selama beberapa tahun, aku mencoba menulis Indonesia
Terakhir versi novel. Dimulai dari tahun 2017, aku memiliki ide agar cerita ini
bertema fisika kuantum. Namun, aku belum juga menulisnya karena aku menemukan
tema ini sangatlah sulit. Aku menghabiskan waktu membaca berbagai artikel di internet
yang berkaitan dengan Fisika Kuantum, namun diriku semakin overthinking. Ya,
karena menulis dengan tema Fisika Kuantum is wonderfully annoying!<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Usahaku yang kedua dalam menulis novel ini adalah tahun 2018,
namun aku benar-benar mengubah karakter Danny menjadi seorang antihero dan
menulis cerita dari sudut pandang ketiga. Namun ide ini tidak kulanjutkan
karena Danny seperti kehilangan karakter aslinya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Selanjutnya, tahun 2019, aku berhasil menulis cerita ini
lebih dari 50 halaman dan menulis hingga chapter tujuh. Tapi aku benar-benar
menulis secara asal-asalan dan semua adegannya tidak ada yang aku edit. Aku juga
tidak pernah mempublikasikannya. Dari sini, lahir beberapa tokoh, seperti tokoh
Fukuyama Chiba, Hannah Awartani (sekarang Yara), Zhen, dan lain sebagainya. Masih
dengan tema yang sama dari tahun 2017, tema novel Indonesia Terakhir ini adalah
Fisika Kuantum dan juga ditulis dari sudut pandang orang ketiga. Akan tetapi, ide
ceritaku mentok di chapter tujuh karena aku benar-benar tidak tahu kemana cerita
ini mengarah. Aku nulis chapter ini dengan sepenuhnya ngasal, yang penting
banyak aja halamannya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Tahun 2020, aku bergabung dalam sebuah kelompok menulis, dan
aku mulai agak serius dalam menyusun outline-nya. Akhirnya jadilah sebuah outline
cerita yang utuh, synopsis utuh dan sebuah cerita yang sampai 20 halaman. Tapi
karena kurangnya keseriusan saat aku bergabung dalam komunitas menulis ini,
akhirnya aku pun tidak melanjutkan 20 halaman tersebut. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Sekarang tahun 2021, akhirnya aku menulis “Indonesia
Terakhir” secara serius. Namun aku banyak mengembalikan elemen asli cerbungnya,
seperti sudut pandang orang pertama, Danny yang seorang anak manusia naif dan
masih menginjak awal remaja. Aku sudah menulis outline hingga akhir cerita dan aku
mengadaptasi beberapa adegan yang kutulis dari tahun 2019. Dan ini pertama kalinya
aku menulis hingga chapter tujuh dengan cukup rapi di Wattpad: <a href="https://www.wattpad.com/story/277646828-indonesia-terakhir">https://www.wattpad.com/story/277646828-indonesia-terakhir</a><o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Meskipun banyak sekali elemen yang mirip dengan cerbung
aslinya, ada beberapa perubahan yang berarti. Seperti sebelum memulai petualangan
Danny yang sesungguhnya, aku memperlihatkan backstory Danny (yang nama aslinya
adalah Lintang), akan mengungkapkan siapa kedua orang tua aslinya, dan juga dia
bukan ras asli orang Indonesia (sehingga kesannya tidak eksklusif). Karena aku
rasa, menjadi seorang Indonesia adalah tentang hati kita, bukan ras kita. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Saat ini, aku menulis novel ini pun lebih untuk diri
sendiri, seperti sedang menonton sebuah film dan aku juga menantikan apa yang
akan terjadi pada tokoh ini dan tokoh-tokoh lainnya. Meskipun aku sudah tahu,
tapi menyaksikannya langsung melalui tulisan akan sangat berbeda dibandingkan
mengimajinasikannya saja dari outline atau synopsis. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal">Aku berharap, dapat menyelesaikan novel ini setidaknya
sebelum 31 Desember 2021, aamiin. <o:p></o:p></p><p class="MsoNormal"><br /></p><p class="MsoNormal">#30DWC</p><p class="MsoNormal">#30DWCJilid31</p><p class="MsoNormal">#Day20</p>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-52175059417984178852021-07-20T21:19:00.006+07:002021-07-20T21:28:29.806+07:00Dua Bulan Setelah Lulus Dari NYU<p> </p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5xnTKLluTyz4PtsJpW9L1Q1xCj8ngQwUelC7E8Vy7RP6NAbLumok3v5UBSsarVGqa8mHyP7gVV4_kQvon_o5rN11kOLJqtSti_5bIl74bHusDhaFniCir6-Q_3hnWaWfeR8CdTb2w2sw/s960/174486809_10218444672978660_5544030756117379478_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="960" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5xnTKLluTyz4PtsJpW9L1Q1xCj8ngQwUelC7E8Vy7RP6NAbLumok3v5UBSsarVGqa8mHyP7gVV4_kQvon_o5rN11kOLJqtSti_5bIl74bHusDhaFniCir6-Q_3hnWaWfeR8CdTb2w2sw/w400-h300/174486809_10218444672978660_5544030756117379478_n.jpg" width="400" /></a></div><br /><div><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sekarang adalah tanggal 20 Juli 2021,
dua bulan setelah kelulusanku dari NYU (19 Mei 2021). Aku banyak merenungkan
tentang biaya adaptasi yang besar selama studiku di Negeri Paman Sam. Yang
berakibat pada IPK yang kurang dari 3.5 pada dua semester pertama. Meski
akhirnya aku berhasil lulus dengan predikat Magna Cum Laude, tetap saja, aku
terpikir bahwa biaya adaptasiku cukup besar untuk bisa sepenuhnya mengikuti
pelajaran di kelas. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Memasuki semester 3 dan 4, aku secara
serius memperdalam kemampuan bahasa Inggrisku. Mencari berbagai sumber yang
memungkinkan bagiku untuk belajar, mulai dari aplikasi belajar di ponsel,
membaca materi kelas jauh-jauh hari, kursus bahasa Inggris, berinteraksi dengan
teman-teman internasional sepanjang hari, memaksakan diriku untuk lebih percaya
diri dalam bertanya & berdiskusi di kelas, dan lain sebagainya. Pada
akhirnya, aku berhasil memperoleh nilai A di semua pelajaran pada dua semester
terakhir. Bagi orang lain mungkin nilai A tidak seberapa, tapi ini menjadikanku
berterimakasih kepada diriku yang mau memaksakan diri untuk maju dan lebih baik
dari sebelumnya.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tepat sebelum aku berangkat studi S2,
sekolah di Amerika menjadi sesuatu yang tidak terbayangkan di benakku. Jika pun
sempat terbayangkan, mungkin itu sesuatu yang besar, gelap dan menyeramkan. Saat
pertama kali memasuki kelas, aku merasa kemampuanku jauh dibawah rata-rata para
mahasiswa yang lain. Aku merasa tidak mampu dan akan gagal. Setelah beberapa
lama melaluinya, aku merasa sekolah di Amerika adalah sesuatu yang sederhana dan
within my ability. Selama aku berdisiplin dan memiliki tekad yang kuat untuk
belajar, aku akan selalu mampu bertahan. Ya, seringkali ketakutan hanya
dilahirkan oleh pikiran-pikiran yang rumit.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Dua bulan telah berlalu dan aku sudah
berada di Indonesia sejak tanggal 5 Mei 2021. Kali ini, aku perlu kembali
memaksakan diri untuk maju dan lebih baik. Banyak hal yang harus dilakukan,
bukan ditunda-tunda. Banyak orang yang minta tolong, sudah seharusnya ditolong.
Dan aku tahu apa yang perlu aku lakukan untuk mencapai mimpi-mimpiku, disiplin dan lakukan saja. Namun aku masih
stagnan dan menunggu kesempurnaan. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku tidak tahu kesempurnaan apa yang
masih kutunggu. Sampai kapan aku harus menyalahkan keadaan yang membuat
segalanya tidak dapat kulakukan dengan sempurna?? Mulai dari suasana rumah yang
berantakan, banyak tamu, waktu yang sempit, isi pikiranku yang rumit (seperti
pita kaset yang kusut), lalu teralihkan oleh ponakan yang lucu, dan buku-buku
yang ingin kubaca sebelum menulis sebuah novel yang seharusnya sudah kutulis 10
tahun lalu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Belum lagi pikiran bahwa aku belum
stabil secara finansial. Aku seperti merasa dikejar oleh sesuatu yang tidak
terlihat. <i>Seharusnya di usiaku segini, aku sudah begini dan begitu</i>. Jadi
aku tidak tahu apa yang harus kumulai terlebih dahulu. Apakah aku harus fokus mencari
pekerjaan terlebih dahulu? Apakah aku harus menulis novel? Apakah aku harus
menulis artikel di koran sebagai pekerjaan sampinganku?
Apakah aku harus memosting konten di Instagram?<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku memiliki banyak keinginan yang
begitu jauh di pandangan. Aku ingin memulai bisnis property, aku ingin membuat courses
online dengan harga terjangkau, aku ingin menjadi penulis dan menerbitkan novel, aku ingin memiliki
pengalaman bekerja, aku ingin melanjutkan kuliah S3, dan aku ingin kaya raya. Padahal
aku sadar, perjalananan 1000 mil dimulai dari satu langkah. Tapi seringkali,
aku banyak ragu dan mempertanyakan setiap satu langkahku. Membuatku seringkali hampir
tidak melangkah sama sekali.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Aku bisa posting satu konten
sederhana, aku bisa menulis 1-2 paragraf novel, dan lain sebagainya. Dan aku beruntung, karena Ummi berkata bahwa,
tidak apa-apa aku tidak punya pekerjaan dulu. Yang penting, otakku selalu
dipakai. </span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika aku pikirkan, semua keadaan telah mendukungku untuk terus
melangkah. Aku selalu punya pilihan, tidak ada yang memarahiku jika aku tidur panjang setelah hanya menulis satu paragraph hancur dan amburadul. Lalu kenapa pikiranku rumit? <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Mungkin aku terlalu memikirkan apa
kata orang? Apa kata orang jika aku belum juga mendapat pekerjaan yang stabil?
Apa kata orang jika aku gagal? Apa kata orang jika tulisanku jelek? Apa kata
orang jika aku hanya menulis sedikit hari ini? Padahal kata Deddy Corbuzier,
itu adalah kalimat yang paling akan membuat gagal, WHAT OTHER PEOPLE WILL SAY. Padahal
aku cukup yakini apa yang aku yakini, yang akan membuatku bahagia, dan aku
melakukannya untuk diriku sendiri. Terserah apa kata orang.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> #30DWC</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">#30DWCJilid31</span></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">#Day4</span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> </span></p></div>Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-3046191531271200852020-03-18T20:03:00.000+07:002020-03-18T20:03:54.046+07:00Seven-Dollar Pants [UTS Psikologi Branding]<div style="text-align: justify;">
Berikut adalah tugas Midterm Exam untuk mata kuliah Psychology of Branding. Tugas dari mata kuliah ini adalah menjawab pertanyaan, jika kalian adalah sebuah produk, maka kalian adalah brand apa? Dan bagaimana brand kalian bernilai di pasaran?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat dosenku melakukan briefing kepada para mahasiswanya di kelas. Ada yang menjawab Starbucks karena menyenangi kopi dan kesantaian. Sementara itu, ada juga yang menjawab Apple karena menyukai teknologi dan layanan yang ditawarkannya. Sementara ini jawabanku, jika aku sebuah produk, maka aku adalah celana seharga tujuh dolar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Alhamdulillah Midterm Exam aku ini mendapatkan nilai A dan dosenku berkata bahwa ini adalah excellent paper. Btw, kalau kalian merasa paper ini biasa saja, mungkin perlu diketahui bahwa dosenku itu memang baik banget kalau kasih nilai :D Firasatku malah, semua orang di kelas mendapatkan nilai A. Hehehe. Karena banyak yang minta ingin tahu bagaimana midterm paper ini, jadi aku posting saja sekalian di blog:</div>
<div>
<br /></div>
<div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;">Midterm Psychology of Branding -
Maryam Qonita<o:p></o:p></span></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 115%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div align="center" class="MsoTitle" style="line-height: 115%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "times new roman" , serif;"><span style="font-size: x-large;">Seven-dollar pants<o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">One
day, I was sitting in the subway after returning from campus. I was together
with one of my friends. After waiting for a while, my friend didn't get a seat.
I then stood up to approach her. And I gave my seat to a woman in front of me.
I said to the woman, "please, have a sit." But the woman did not sit.
Not long after, an Asian man finally sat down. We briefly faced each other
because of the awkward situation for a moment.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">I
approached my friend. I had never noticed this issue before until my friend said
that the man who took the seat wore branded and expensive clothes—starting from
Prada shoes, to Louis Vuitton brand scarves for 1300 USD.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>My friend was confused, why do people with
clothes like that ride public transportation, not riding a luxury car instead.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hearing
my friend was admiring branded goods, I was amazed to listen to her. I also
remembered the journal article "<i>Symbols for Sale</i>" by Sydney J.
Levy. Many people understand things like that, and they value symbols more. But
there are still people like me who don't understand and don't care. On the
other hand, I feel grateful because I don't need to feel urged by the social
pressure that exists. I tend to buy an item more likely because of its
practical values. In fact, my entire collection of pants now are seven-dollar
pants I purchased at Costco. Those pants are warm during winter and durable.
For me, that’s enough.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2YJL7RZSYsnw7m6kgSrea7_4GH6oOyfyoSMaIkXXj1u_HJG5Nrxtmyact2tSjGWO-lU2etLf2_4RiKEn7M-QQbPc0r92sKkkqZkPbpRiApfIZYo8bT49FEelrBlKFm4yldX7malMhPeU/s1600/hmgoepprod.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh2YJL7RZSYsnw7m6kgSrea7_4GH6oOyfyoSMaIkXXj1u_HJG5Nrxtmyact2tSjGWO-lU2etLf2_4RiKEn7M-QQbPc0r92sKkkqZkPbpRiApfIZYo8bT49FEelrBlKFm4yldX7malMhPeU/s320/hmgoepprod.jpg" width="213" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">I
am a person who values differences of thought. I appreciate the views of
others who believe that branded products are more valuable than non-branded
products—if you really think they are. But some people think that I take cover
below a robe "<i>do not understand or do not want to understand</i>."
Yup, I shared the story above on social media. Then I got a reprimand from
several people. For example, they said I don't consider the salary of workers
who might not get enough income because the company sells the pants only for
seven dollars.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">I
am studying the Psychology of Branding. So, I explained to the people on my
social media that the value of a branded item or art value was obtained purely
from the user's subjectivity. If indeed the person considers a branded item to
be more valuable, then it is. If one considers the value of a symbol of branded
products does not exist (except for its practical values), then so it is. And I
often find myself the second type of person, and these people can’t force their
value to emerge in my intrinsic self.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">As
for the argument that said I don’t consider the salary of factory workers, I
told them that it is almost impossible for consumers to always consider these things every time we buy a product. Moreover, today's world makes people
tired of making decisions. They want to get a good quality product quickly and
instantly.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Like
Professor Paul, I'm not a person who understands the art of painting. One day I
visited a museum on a group tour. I wandered around for fifteen minutes for
curiosity. Next, I sat in one corner of the museum for two or three hours to
study in preparation for my final exam. Although there is a feeling of guilt
because other people must think I am a person who cannot appreciate art. But
the fact is, objectively, my action cannot be judged either it was right or
wrong. My action at the museum was decided by me, whether I enjoyed the
artworks or not.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">I
asked five of my best friends for this essay. Two of them are my best friends
for more than two decades, and we have met since we were babies. They have one
opinion in common about me. I am a person who likes to explore new insights.
From the idea that I gained, I am not worried about expressing my opinion even though
it was different from common people.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">I
also tend not to care about other people's opinions about myself: how I think
differently, how I look (I don't use makeup to class, and I don't use branded
clothes). And I don't care how people end up disagreeing with me. Even though
in the end, that kind of self-brand projected an arrogant part of me.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">To
a certain extent, I understand that my arrogant side will not work in the
Market place. So, in some situations, I pulled myself back and improved my
brand as a person. I also receive input from others, listen more, and keep my
mind open.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">On
the other hand, as a person who prioritizes practical values. I think I bring
more positive advantages to the world rather than disadvantages. Because I am a
person who contributed to the achievement of the 2030 Sustainable Development
Goals launched by the United Nations, specifically how open education and
research will contribute to the development of all aspects of the world, such
as health-care and climate action. I will explain more about this.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">The
TEDx video "<i>The Rise of the Collaborative Consumption</i>" was
fascinating to me. In terms of economy, the world has become more open, and
symbols will only become a commodity. People don't care anymore when riding an
Uber. Either they ride a Toyota or a BMW. What they care about is the practical
values of the car, whether it will take them from point A to point B or not.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">I
am the president of an organization called Open Access Indonesia. I spoke to
people in educational conferences that open science, open access, and open
research are the future of science. So not only in terms of economy, all over
the world have become more open. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">In
terms of research and education, researchers who brag of the big names of
journals and indexation of Scopus for rank and prestige, eventually they will
be left far behind. They paid for publication in these journals, and people
don’t read their published articles. Because even if students want to access
the scientific article, they need to pay expensively for it. There is no use
except for their prestige itself. Therefore, I advise researchers and academics
to publish their works in open access journals, although not prestigious,
people can access the articles for free.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Especially
with the current health crisis, people, health care providers, and the
government no longer care where a scientific article is published. What they
care about is the practical values of the knowledge conveyed in the article,
whether that knowledge is useful for preventing diseases and overcoming other
health problems and whether the article can be accessed easily as a basis for
policymaking. People don’t care anymore whether the article was published in
the prominent journal Elsevier or merely a campus repository. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">I know it doesn’t
describe directly about my brand, but I think your brand can be determined from
what you have been thinking and strive for. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">At
this stage, I hope, if only long ago, science was not an expensive and
prestigious item. Then a journal article about Coronavirus by Cheng et al. 2007
would not be ignored. And now the world would not face a major crisis like
today.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Yes,
I am someone who doesn’t care about prestigious symbols. I even inspired by
Professor Paul when he advised his students on making brands only as
commodities in the future. The seven-dollar pants might be my brand, as a
symbol for me to put forward practical values rather than prestige in various
fields of life (lifestyle, economy, education, etc.). And I believe my brand,
in general, will bring more benefits to the world rather than the negative
downside.<o:p></o:p></span></div>
</div>
Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-16350680959683708062020-03-13T23:49:00.001+07:002020-03-14T00:41:42.726+07:00Beradaptasi Kuliah S2 di New York University<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7e2vUgddEmWenzHw0vF9ch4wZcPQQzPwE5ozevkIUK2XD-8H7qDI5dAuckyN-CUlm3l5tr1J7g_HpBh4I13ri7eqhI5KpxabPr3ZOzdlWBpSC-jn8V4eW2v3NQHRgt82WUeS4AQIgzpg/s1600/NYU3.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="717" data-original-width="595" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7e2vUgddEmWenzHw0vF9ch4wZcPQQzPwE5ozevkIUK2XD-8H7qDI5dAuckyN-CUlm3l5tr1J7g_HpBh4I13ri7eqhI5KpxabPr3ZOzdlWBpSC-jn8V4eW2v3NQHRgt82WUeS4AQIgzpg/s320/NYU3.png" width="265" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya, ada sebagian dari diriku masih gak percaya kalau aku lagi kuliah pascasarjana S2. Rasanya kayak baru kemarin aku lulus pesantren (setingkat SMA) dan rasanya baru kemarin aku bulak-balik naik KRL jaman kuliah S1. Sementara dalam ingatanku, orang-orang yang bergelar S2 adalah guru-guruku dan dosen-dosenku. Orang-orang pintar, bijak, berwibawa, dan berpendidikan tinggi. Dan aku ngerasa beruntung banget punya <i>privilege</i> yang sama dengan mereka, untuk menempuh pendidikan tinggi juga.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kenapa sebagian diriku ini masih gak percaya? Soalnya dalam ingatan masa kecilku itu, kuliah pascasarjana itu artinya aku sudah jauh lebih dewasa, lebih cerdas, lebih anggun, dan lebih bijak. Sangat produktif dan tidak lagi sibuk memikirkan hal-hal percuma. Entah aku berkutat di laboratorium, jago ngomong Inggris kesana kemari, selalu berpakaian super modis dengan sepatu bot hak tinggi, atau hadir di berbagai konferensi internasional sebagai pembicara keren.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nyatanya? Beda jauh.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQK4gdBOijgzcqzXGpIN6osB-zQJtcFAboo3lguFBPba3nt5TLIFhN6DgrVUELhyphenhyphenu-69Bn3NufsD4gDjVir_530oftpxTqiQhym-hSw7UzDt1v_kJVDz6EL7kpu8KZ3TDSuDUmi6mGtns/s1600/78599277_1556200801200719_5762147464551333888_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="247" data-original-width="599" height="131" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQK4gdBOijgzcqzXGpIN6osB-zQJtcFAboo3lguFBPba3nt5TLIFhN6DgrVUELhyphenhyphenu-69Bn3NufsD4gDjVir_530oftpxTqiQhym-hSw7UzDt1v_kJVDz6EL7kpu8KZ3TDSuDUmi6mGtns/s320/78599277_1556200801200719_5762147464551333888_n.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Saat bicara di PBB ketawa-ketawa padahal gugup :D</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Ya, aku masih suka nonton drama Korea, suka nyari video lucu di Youtube, menghabiskan waktu di media sosial, rebahan di kasur sambil merenungkan nasib hidup, kesulitan menemukan laboratorium, masih kagok ngomong bahasa Inggris (hanya modal berani aja terkadang), juga menjadi pembicara konferensi pun masih terbata-bata dan gugup. Tampil anggun? Bahkan setelah mikir sepuluh kali untuk beli baju baru tetap tidak aku beli demi hemat. Padahal, <i>I can afford the clothes</i> namun tetap saja, selalu banyak prioritas lain yang lebih penting. Penampilanku pun sama dengan sepuluh tahun lalu, Maryam yang terkadang pakai jilbab miring di tempat umum.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Well ada satu sih yang beda. Sekarang mandi setiap hari dan cuma pakai baju yang udah dicuci :D</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>But generally, this is me, still the same Maryam.</i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maryam Qonita yang sama namun menghadapi tantangan yang berbeda. Di sini aku mau <i>breakdown</i> beberapa tipe adaptasi yang aku lalui selama masa-masa aku kuliah S2 di New York University. Aku berharap mungkin pengalamanku ini bisa bermanfaat untuk teman-teman semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Adaptasi Pertama: Bahasa.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b><br /></b></span>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7thFj9eWzR5yhw0gIesLBCApoOkUKw4URTdf88SnnnBrwEaw5lxKaWc6eZ4-8ZLUJ8ep_3Pyj1Dtv78Sd2X95Xm0Kw2q_n2ITH2q8l-la8ZlWdDAWRiJPI4hKh5jijOeT84cfrWtHavg/s1600/NYU6.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="538" data-original-width="598" height="287" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7thFj9eWzR5yhw0gIesLBCApoOkUKw4URTdf88SnnnBrwEaw5lxKaWc6eZ4-8ZLUJ8ep_3Pyj1Dtv78Sd2X95Xm0Kw2q_n2ITH2q8l-la8ZlWdDAWRiJPI4hKh5jijOeT84cfrWtHavg/s320/NYU6.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tantangan utamanya adalah kendala bahasa sih. Soalnya ini pertama kalinya bagiku untuk kuliah di luar negeri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Misalnya saat di semester pertama, aku seringkali kesulitan untuk menangkap maksud dosenku jika beliau bicara hal-hal yang spesifik dengan tempo yang cepat. Begitu pula ketika temanku dengan logat yang berbeda-beda, ada bahkan yang suaranya pelan, <i>pronounciation</i>-nya tidak jelas, dan cara bicaranya cepat. Ya, aku sering lost kalau beberapa orang udah ngomong. Terus cuma angguk-angguk atau ketawa pura-pura ngerti.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Atau misalnya saat aku ingin menyampaikan pendapatku. <i>But I keep translating in my head. </i>Jadi sebelum aku ingin menyampaikan pendapatku, aku susun dulu kata-katanya, kutranslasi ke bahasa Inggris, lalu aku tanyakan. Dan ketika akhirnya dosenku mulai melakukan tanya jawab dan diskusi denganku (mengelaborasi maksudku atau bertanya kenapa aku berpikir seperti itu). Jadi, aku translasi maksud beliau ke bahasa Indonesia, aku jawab dulu dalam pikiranku ke bahasa Indonesia, aku susun kata-katanya dalam bahasa Inggris dan baru aku sampaikan. <i>That’s a big deal you know.</i> Karena gak ada yang mau terjebak dalam situasi canggung dan ditonton seluruh kelas kayak gitu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pernah sih sekali dua kali ngerasa canggung karena terjebak dalam situasi seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir, sebenarnya lebih banyak suasana tidak canggungnya. Dan lebih banyak kondisi dimana aku berhasil menyampaikan pemikiranku dengan baik atau teman-temanku pernah memujiku atas pemahaman materi yang mendalam (setelah dua hari begadang baca sembilan penelitian). Jadi aku <i>positive thinking </i>aja. Bahwa dibalik keberanian ada kecerdasan dan keajaiban yang bersembunyi di dalamnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku juga ingat nasihat dosenku, kalau ada yang ingin ditanyakan, jangan ragu untuk tanyakan. Jika ingin berbagi opini, diskusikan. Karena nasihat itu, pada akhirnya aku memposisikan diriku sebagai orang bermodalkan keberanian dan keinginan untuk lebih baik aja dalam memahami materi. Karena hanya orang-orang berani dan bertekad untuk meningkatkan skill mereka, pada akhirnya yang akan menjadi tampil lebih baik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau kalian melihat orang-orang yang tumbuh besar di Indonesia tapi jago ngomong bahasa Inggris di konferensi-konferensi internasional, percayalah, mereka gak nunggu diam saja atau cuma mengeluh sampai akhirnya fasih berbahasa Inggris. Mereka memang praktik bahasa Inggris setiap hari.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>Adaptasi Kedua: Teknis, Resources dan Bahan Bacaan.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1be1EeR68j59ESt1OkQqP2vkJIRnxH0JVh9Pm72DoQIEcL8-pGz_Dpjt8KNF3CNfQmABjnr3OMzUnrluWaHYKUmEKY5lElAMK7r-0o5D5-kcYLXMYEDL6jg0p9MUUktxGYDV0wnp-aB8/s1600/NYU5.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="625" data-original-width="749" height="267" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1be1EeR68j59ESt1OkQqP2vkJIRnxH0JVh9Pm72DoQIEcL8-pGz_Dpjt8KNF3CNfQmABjnr3OMzUnrluWaHYKUmEKY5lElAMK7r-0o5D5-kcYLXMYEDL6jg0p9MUUktxGYDV0wnp-aB8/s320/NYU5.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada awal aku masuk kuliah, aku mungkin menganggap remeh silabus dan beberapa bahan bacaan artikel jurnal yang dibagikan oleh dosenku. Aku cuma baca sekilas-sekilas dan melewatkan beberapa bagian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ternyata, karena aku tidak membaca silabus Psikologi Kognitif dengan baik, aku melewatkan tugas yang harus diberikan setiap pekan. Aku juga sering <i>lost</i> ketika kelas melakukan diskusi artikel jurnal, karena diskusi kelas juga berdasarkan tugas yang tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salah satu seniorku, Luke, dari Vietnam menasihatiku, kalau mau bertahan di NYU sebenarnya mudah. Tinggal baca silabus, ikuti semua instruksi di website NYU Classes, dan baca readings dengan baik (artikel jurnal yang akan menjadi bahan diskusi kelas). Jika kamu mengikuti instruksi tersebut, bisa dengan cepat beradaptasi dan bertahan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>By the way</i>. saat mendapat nasihat itu dari senior, aku aja belum tahu cara mengakses website NYU classes. Padahal readings dan silabus ada di sana semua. Pokoknya parah banget, udah kayak baby step. Kalau anak NYU dengar bahwa aku sempat tidak tahu bagaimana mengakses website pusat pembelajaran itu, mereka juga mungkin kaget. Karena setiap aktivitas di kelas bergantung ke sana. Atau kita tidak bisa mengikuti kelas sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya, aku ikuti nasihat seniorku tersebut. Karena meminta nasihat senior juga merupakan salah satu cara beradaptasi kan? Alhamdulillah ada kemajuan pada beberapa pekan selanjutnya. Dan pertama kalinya aku berhasil mengakses website tersebut, rasanya langsung seperti jalan terbuka lebar dan di ujungnya adalah cahaya terang benderang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi kalau kalian kuliah di negara yang berbeda sistemnya dengan system Pendidikan di Indonesia, pastikan diri kalian selalu up-to-date dengan informasi-informasi dasar atau permasalah teknis yang diperlukan sebagai mahasiswa. Juga jangan malu meminta nasihat dari senior atau teman kalian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">Adaptasi Ketiga: Penelitian dan Tesis.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;"><br /></span></b>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_pwJppUdmYQYiuHa9dieSyRJm9ppf7boZ_qGl6EuN4JmM-KUfyBL9TlBnC3DR1ZlDWIUdL4VZxvz9v5Gx1vVz_ovLGUzxqF9ctwdr4lWYN4FtLrezBif-7sKKNAkMswk46rZz1Px9Fn8/s1600/unnamed+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1129" data-original-width="1600" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_pwJppUdmYQYiuHa9dieSyRJm9ppf7boZ_qGl6EuN4JmM-KUfyBL9TlBnC3DR1ZlDWIUdL4VZxvz9v5Gx1vVz_ovLGUzxqF9ctwdr4lWYN4FtLrezBif-7sKKNAkMswk46rZz1Px9Fn8/s320/unnamed+%25281%2529.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nah ini adalah bentuk tantangan terbaru yang aku hadapi saat memasuki semester kedua. Lalu aku sesalkan, karena seharusnya aku menyiapkannya semenjak aku semester satu. Karena banyak sekali persyaratan kampus agar seorang mahasiswanya boleh mengikuti tesis. Sementara pendafataran tesis dimulai dari semester dua. Bagaimana jika di semester satu tidak siap?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau di NYU, persyaratan untuk pengajuan tesis adalah: Keaktifan di laboratorium, IPK tidak kurang dari 3.5 dan juga nilai mata kuliah statistika minimal B+. Sementara saat semester satu, aku belum mengambil mata kuliah statistika, aku tidak aktif di laboratorium, dan nilai IPK-ku tidak sampai 3.5. Intinya semuanya tidak terpenuhi dan aku kejar-kejaran agar itu terpenuhi pada semester dua ketika pendaftaran tesis sudah dimulai. Aku mencari laboratorium dan belajar sungguh-sungguh agar seluruh mata kuliahku mendapat nilai A atau A- biar aku bisa mendapat minimal IPK 3.5. Jadi rasanya setiap hari seperti berada di ujung jurang.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Belum lagi, aku perlu menempuh <i>training</i> khusus agar mendapat sertifikat yang membolehkanku untuk mengambil data dari human subject. Selain itu, terdapat proses birokrarsi dan administrasi yang cukup panjang sebelum akhirnya aku bisa boleh mengambil tesis.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk saat ini, <i>I’m still doing my best</i> untuk bisa mengambil tesis. Meskipun penentunya di akhir sih, apakah aku terkualifikasi atau tidak. Jika pada akhirnya tidak terkualifikasi sebenarnya tidak masalah. Karena mahasiswa tetap bisa lulus dengan mengambil <i>comprehensive exam</i>. Dan memang aku tidak urgen untuk mengambil tesis karena aku belum berencana untuk mengambil S3 dalam waktu dekat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Nasihatku buat kalian yang mau memanfaatkan kuliah di luar negeri sebagai sarana untuk meningkatkan skill akademik, aku sarankan siapkan dengan baik semua rencana kalian hingga lulus dari semester pertama. Pilih mata kuliah yang benar-benar kalian minati dan dapatkan nilai terbaik untuk itu. Cari kegiatan akademik lain, seperti keaktifan di laboratorium jauh-jauh hari, gali semua informasi yang diperlukan untuk kualifikasi tesi, dan jalin kedekatan dengan dosen pembimbing maupun senior.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin itu sekian dariku, jika ada yang ingin ditanyakan, silakan hubungi Instagram @maryam.qonita.</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
#30DWC #30DWCJilid22 #Squad1 #Day27</div>
</div>
Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-28119950556074422502020-03-12T11:21:00.002+07:002020-03-12T11:21:57.075+07:00Tips Meningkatkan Motivasi Membaca dan Mengikat Makna<div style="text-align: justify;">
<b>Tips Meningkatkan Motivasi Membaca dan Mengikat Makna</b> - Di tulisan ini saya ingin share bagaimana cara saya produktif membaca, mengikat makna, sebelum akhirnya merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">A.<span style="white-space: pre;"> </span>MEMBACA</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oke, saya ingin bicara tentang membaca dulu. Membaca bagi saya seperti membuka cakrawala yang sempit. Membuat saya lebih open minded dan menyadari; bahwa saya adalah ikan kecil di dunia yang sangat besar ini dengan segala berbagai macam pikiran manusia. Kalau kata Asma Nadia, “Ingin menjadi penulis tapi gak suka membaca, saya gak ngerti tuh. Karena membaca adalah kuliahnya para penulis.” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pesan itu begitu bermakna bagi saya yang ingin menjadi seorang menulis. Dan pada tahun 2020, saya memiliki resolusi untuk membaca 100 buku dalam setahun. Dan hingga saat ini, saya sudah menamatkan 21 buku sejak Januari 2020. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Berikut adalah tips dari saya untuk bisa membaca banyak buku (yang kita sukai) tanpa harus boros mengeluarkan banyak uang:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1.<span style="white-space: pre;"> </span>Saya berlangganan aplikasi yang bernama Gramedia Digital. </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie0tlW0V4i2VPPCBNROpJmFb8C1BhkJuUL51jmUMs97CoHMaBNP9zsnr9dpAFuBQe6LfCfuxgW7XwyfebjiIAga-wM1IjERR5-KOXDQGsP69iPaf7nVVAdlTNc6X7vW39eZrmfuUiV3-s/s1600/Gambar1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="691" data-original-width="481" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEie0tlW0V4i2VPPCBNROpJmFb8C1BhkJuUL51jmUMs97CoHMaBNP9zsnr9dpAFuBQe6LfCfuxgW7XwyfebjiIAga-wM1IjERR5-KOXDQGsP69iPaf7nVVAdlTNc6X7vW39eZrmfuUiV3-s/s320/Gambar1.jpg" width="222" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebulan berlangganan adalah 89.000 untuk full premium package (fiksi, nonfiksi, buku anak). 45.000 untuk fiksi saja dan 45.000 untuk buku anak. Saya langganan yang premium.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah berlangganan, hampir semua (tidak semua) buku terbitan Gramedia dapat ditemukan di aplikasi ini. Entah terbitan lama maupun baru. Jadi, daripada saya membeli satu buku seharga 90.000 rupiah atau lebih, lebih baik saya langganan 89.000 untuk akses bacaan yang tidak terbatas selama satu bulan. Karena biasanya dalam satu bulan, saya menyelesaikan bacaan sepuluh buku. Kalau saya beli perbukunya, satu buku 80.000 kali sepuluh. Itu artinya saya perlu menghabiskan uang 800.000 untuk memenuhi minat baca saya. Alhamdulillah ada Gramedia Digital, akses bacaan tak terbatas dengan hanya 89.000 perbulan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.<span style="white-space: pre;"> </span>Saya memanfaatkan aplikasi Google Playbooks</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg81LJFe3U6sX781vJ9OqZDIEGr6WooBeW20v_DHLxL8HgFzvHQ0PiuH4FTNv3figkgR6h24ZL5rADOoXWfRteHLwtB9hyDvKAzoMPqQ0oJ3hNwthX4mI2QIMQIu-2vhZ9IKBf4mse3ge4/s1600/Gambar2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="339" data-original-width="240" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg81LJFe3U6sX781vJ9OqZDIEGr6WooBeW20v_DHLxL8HgFzvHQ0PiuH4FTNv3figkgR6h24ZL5rADOoXWfRteHLwtB9hyDvKAzoMPqQ0oJ3hNwthX4mI2QIMQIu-2vhZ9IKBf4mse3ge4/s320/Gambar2.png" width="226" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika tidak menemukan buku yang saya cari di Gramedia Digital, saya akan mencari di Google Playbooks. Meskipun di aplikasi yang satu ini, kita tetap harus membayar untuk setiap buku yang ingin kita baca, tapi harganya tetap jauh lebih murah daripada buku fisik. Misalnya Ebook Bumi Manusia seharga Rp 60.000 sementara buku fisik di pasaran Rp 85.000. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">Tips saya jika membaca di gadget: nyalakan bluelight filter dan juga sesuaikan cahayanya yang sesuai dengan kemampuan mata.</span></blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3.<span style="white-space: pre;"> </span>Membeli buku fisik saat diskon (Islamic Book Fair), membeli langsung dari penulisnya, atau meminjam dari teman.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmEW23-GX4wRX1Vg77YdFREPjvSS9XCeLo-xmKQeCZ2-wYo20Q_fMUiW17z0nIzJSXoak7tiQn83fEq5KGx7Btai-k7W40BqoR4vFhFipi08Ph4V46opemaaGtPlZ7YEzbTwCU3dKglUo/s1600/Gambar3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="620" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmEW23-GX4wRX1Vg77YdFREPjvSS9XCeLo-xmKQeCZ2-wYo20Q_fMUiW17z0nIzJSXoak7tiQn83fEq5KGx7Btai-k7W40BqoR4vFhFipi08Ph4V46opemaaGtPlZ7YEzbTwCU3dKglUo/s320/Gambar3.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya sebenarnya penggemar buku fisik (paperbook), tapi karena saya sekarang tinggal di Amerika, saya pun terpaksa lebih sering membeli ebook digital. Meski begitu, andai saja saya ada di Indonesia, saya akan membeli buku fisik dengan penawaran harga terbaik. Seperti di IBF.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya juga sempat membeli 11 buku fisik karya Bunda Asma Nadia langsung dari penulisnya (karena sebagian besar karangan Bunda tidak akan teman-teman temukan secara digital, ada digital namun tidak legal). Jadi untuk menghargai penulisnya, saya membeli yang asli (dari stok penulisnya) dan bertanda tangan. Harganya pun jauh lebih murah daripada toko buku. Teman-teman bisa kunjungi Instagram @asmanadiapreloved untuk info lebih lanjut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4.<span style="white-space: pre;"> </span>Beberapa aplikasi yang saya sarankan juga: </b>untuk buku bahasa Indonesia ada iPusnas dan untuk bahasa Inggris ada Kindle dan Scribd. Saya langganan Scribd 9 USD perbulan untuk novel-novel berbahasa Inggris. Ini jatuhnya jauh lebih murah daripada saya beli paperbook di Amerika yang satu bukunya sekitar 15-20 USD.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfd5J2M0Niwue_uwH7HOYoybcwwbk_JXGMb58h-8x5q3kg6kpbZZpQRzc1QeRAKHPVlAf5cSt2TBmNdIejpVDlhRHLIWY0LiPIXg321jLjvS3XIXrw0Ilp6ncuag5KIC7wb68NtThdoG4/s1600/Gambar4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="250" data-original-width="512" height="156" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjfd5J2M0Niwue_uwH7HOYoybcwwbk_JXGMb58h-8x5q3kg6kpbZZpQRzc1QeRAKHPVlAf5cSt2TBmNdIejpVDlhRHLIWY0LiPIXg321jLjvS3XIXrw0Ilp6ncuag5KIC7wb68NtThdoG4/s320/Gambar4.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Aplikasi iPusnas</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img border="0" data-original-height="384" data-original-width="690" height="178" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUTgnzeJaMfNhOdb17FcBPsaKBMIoQQf9er1gCu-TDYb758c9qG3LyZ4ZlPKe3GdDzc8l51DZ743YgNmjURwjwJKqAiObqtuCRA8prTh1Myqb3HrzNPWQZSjmQDBiWWTPsewuG7z0cPB0/s320/Gambar5.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Aplikasi Scribd</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUTgnzeJaMfNhOdb17FcBPsaKBMIoQQf9er1gCu-TDYb758c9qG3LyZ4ZlPKe3GdDzc8l51DZ743YgNmjURwjwJKqAiObqtuCRA8prTh1Myqb3HrzNPWQZSjmQDBiWWTPsewuG7z0cPB0/s1600/Gambar5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a><br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUTgnzeJaMfNhOdb17FcBPsaKBMIoQQf9er1gCu-TDYb758c9qG3LyZ4ZlPKe3GdDzc8l51DZ743YgNmjURwjwJKqAiObqtuCRA8prTh1Myqb3HrzNPWQZSjmQDBiWWTPsewuG7z0cPB0/s1600/Gambar5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">Menjaga Motivasi Membaca.</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa orang bertanya apa yang membuat saya konsisten dalam kegemaran saya membaca buku. Sebenarnya saya juga bingung menjawabnya. It just simply your hobby. Awalnya karena saya ingin menjadi penulis yang baik, jadi saya rajin membaca. Namun sekarang, saya ketagihan. Setiap kali membaca buku, cakrawala pemikiran kita semakin terbuka dan saya dapat ilmu baru. Dan setiap kali gak membaca, rasanya kayak ‘haus’. Saya tidak tahu definisi lain selain itu. Juga mungkin, beberapa hal ini membantu saya keep on the track dengan target saya 100 buku dalam satu tahun:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1.<span style="white-space: pre;"> </span>Bergabung dengan Komunitas Pencinta Baca di Goodreads.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgai6dGWMrRTaw4ZmDhJoNKwSlfP4Z8mECCS7BErB2rApWoLQqDp1qGd0BbsQBO6jiAPYxChBwEKCqjXBZ18QNvHBL_VWNw-q7QJQWwo8_WmQ-JNwvBx3KiNJJcfBTCx66XOSLqPptK1PE/s1600/Gambar6.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="489" data-original-width="1022" height="153" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgai6dGWMrRTaw4ZmDhJoNKwSlfP4Z8mECCS7BErB2rApWoLQqDp1qGd0BbsQBO6jiAPYxChBwEKCqjXBZ18QNvHBL_VWNw-q7QJQWwo8_WmQ-JNwvBx3KiNJJcfBTCx66XOSLqPptK1PE/s320/Gambar6.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan seperti Gramedia Digital maupun google playbooks (tempat baca buku), berikut definisi Goodreads melalui Wikipedia:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
GoodReads merupakan situs jaringan sosial yang mengkhususkan pada katalogisasi buku. Sama seperti situs jaringan sosial lain, GoodReads mempunyai konten friend, group, maupun discussion. Bedanya, GoodReads memungkinkan anggota untuk menampilkan daftar buku sudah dibaca (read), buku yang sedang dibaca (currently reading), dan akan dibaca (to read). Dalam situs ini, pengguna dapat saling berbagi rekomendasi buku bacaan dengan memberikan review maupun komentar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jujur, saya paling senang membangun pertemanan di sini daripada platform sosial media yang lain. Karena kami saling memantau jumlah bacaan satu sama lain dan saling memberi saran bacaan yang mungkin menarik. Disini beberapa teman saya bahkan ada yang sudah membaca 37 hingga 41 buku sepanjang tahun 2020. Jadi karena melihat orang lain lebih termotivasi, itu juga memotivasi saya untuk terus membaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGmdqLZ1o4L7HTd1sFXA29RjU4ZFYMC_2mlyhQw7LPziE4RHoCOV3alJIG548YiAeUqOjnNzvkR-YlqfRZTvEoTpDKrqcdMWs61vZoVLDDusdnOpaggHEIoL7E4HaUtjV2cLNgLEl6Nnc/s1600/Gambar7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1351" data-original-width="624" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGmdqLZ1o4L7HTd1sFXA29RjU4ZFYMC_2mlyhQw7LPziE4RHoCOV3alJIG548YiAeUqOjnNzvkR-YlqfRZTvEoTpDKrqcdMWs61vZoVLDDusdnOpaggHEIoL7E4HaUtjV2cLNgLEl6Nnc/s320/Gambar7.jpg" width="147" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2.<span style="white-space: pre;"> </span>Belajar membaca cepat, cerdas, bermakna, dan efektif. </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5X1GY_R4qSHEngcpBhK3efLuUlKDFExOB0jF2dsx7AVmLzEpqQmGXoEhaU1Wvjalj9IWECrI0SHd-lKbUoMJoGbWf6pIT-KPu8Ze8IYfrSr6FMZvSii1oK2pF3iclh14tN_UeoOCd61c/s1600/Gambar+8.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="974" data-original-width="974" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5X1GY_R4qSHEngcpBhK3efLuUlKDFExOB0jF2dsx7AVmLzEpqQmGXoEhaU1Wvjalj9IWECrI0SHd-lKbUoMJoGbWf6pIT-KPu8Ze8IYfrSr6FMZvSii1oK2pF3iclh14tN_UeoOCd61c/s320/Gambar+8.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Speed Reading for Beginners oleh Muhammad Noer</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZyUdcPerldLaccBLGsup8AiWMPlw5CCuMkQMJUYVwu69fonYdgYQ5DgmPsZlJyEAPqN1EG453YFNWy_Ow5ZBxPt56DMPD0-J-f6xWly9HPUflUsJ5ZUDkjE8X3lWHo8dLpgO2lF7unnE/s1600/Gambar9.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1298" data-original-width="974" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZyUdcPerldLaccBLGsup8AiWMPlw5CCuMkQMJUYVwu69fonYdgYQ5DgmPsZlJyEAPqN1EG453YFNWy_Ow5ZBxPt56DMPD0-J-f6xWly9HPUflUsJ5ZUDkjE8X3lWHo8dLpgO2lF7unnE/s320/Gambar9.jpg" width="240" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Quantum Reader oleh Bobbi DePorter</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />Berikut dua buku yang membantuku membaca lebih cepat, efektif, lebih bermakna dan pemahaman yang lebih baik. Jadi saya tidak mudah lelah dalam membaca sebuah buku karena saya mempelajari teknik yang membuat cara saya menerima informasi lebih efektif.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">B.<span style="white-space: pre;"> </span>MENGIKAT MAKNA</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Baiklah, sekian tentang membaca. Sekarang tentang mengikat makna.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saya ingat pada saat saya kecil, saya membaca sebuah buku dan tulisannya: banyak orang membaca buku, namun sedikit sekali dari mereka yang mengikat makna dari tulisan-tulisan tersebut. Maksudnya, banyak dari orang-orang yang membaca, tapi mereka tidak menangkap ide-ide, mutiara hikmah, atau kosakata baru yang mereka baca. Sehingga mereka kesulitan dalam memperkaya tulisan mereka sendiri dari bacaan tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Imam Ali pernah berkata “ikatlah ilmu (dengan menulisnya)” dan beliau mengatakan itu hingga dua kali. Juga terdapat pernyataan dari Stephen R. Covey yang berkata:</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
“Sebagian besar dari perkembangan mental kita dan disiplin studi kita berasal dari Pendidikan formal. Akan tetapi, segera sesudah kita meninggalkan disiplin eksternal sekolah, banyak dari kita membiarkan otak kita terhenti pertumbuhannya. Kita tidak lagi membaca secara serius, kita tidak menjajaki subjek baru secara mendalam di luar bidang tindakan kita kita tidak berpikir secara analitis, kita tidak menulis—setidaknya tidak kritis atau tidak dengan cara yang menguji kemampuan kita mengekspresikan diri di dalam bahasa yang baik, jelas, dan ringkas. Sebaliknya, kita malah menghabiskan waktu kita untuk menonton televisi.”</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Ada dua hal yang menarik yang bisa ditangkap dari pernyataan Covey di atas:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1)<span style="white-space: pre;"> </span>Membaca secara serius</div>
<div style="text-align: justify;">
2)<span style="white-space: pre;"> </span>Mengekspresikan diri dalam bahasa yang lebih baik, jelas, dan ringkas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Dalam usaha saya untuk menjalani kedua hal di atas, berikut yang saya lakukan:</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
1.<span style="white-space: pre;"> </span>Meski melakukan speed reading, saya tetap mencoba fokus menangkap ide-ide utama, ide baru dan penting dari setiap paragraf yang saya baca. Justru sebenarnya, lebih mudah bagi saya untuk menangkap ide dengan tempo membaca yang lebih cepat, karena dengan begitu, tidak ada jeda bagi saya untuk melamun saat membaca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
2.<span style="white-space: pre;"> </span>Untuk karya nonfiksi, saya stabilo bagian yang menurut saya penting. Untuk karya fiksi, saya highlight rangkaian kata-kata yang cantik, quotes baru, dan kosakata baru. Dan jika saya tidak bisa melakukannya (misalnya, Gramedia digital tidak menyediakan fitur highlight di aplikasi mereka), jadi saya memiliki buku saya sendiri yang menuliskan rangkaian kata-kata dan kosakata baru tersebut buku tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUTecAIn_1CWzcfMQJn8WFWheH5Ltx00XeXTRiLMmCqskRf4rmhQ6lSkSZJFBTkMmwo40Op-GU2Pyl-AzSKHHngafb612aMi61n_CiyMhUAjEJPPbQBWKaKFU7s6cJXQ5h_UyzXv-Kwo0/s1600/Gambar10.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="975" data-original-width="1301" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUTecAIn_1CWzcfMQJn8WFWheH5Ltx00XeXTRiLMmCqskRf4rmhQ6lSkSZJFBTkMmwo40Op-GU2Pyl-AzSKHHngafb612aMi61n_CiyMhUAjEJPPbQBWKaKFU7s6cJXQ5h_UyzXv-Kwo0/s320/Gambar10.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div style="font-size: medium; text-align: justify;">
Buku: Menapak Jalan Dakwah di Bumi Barat, Biografi Pemikiran Imam Shamsi Ali.</div>
<div>
<br /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_nMdWOnZ6TPCMRk1sn_1OHBYMDk41pPfM2fDxbkSRitJNHrBhjhWhLmRFq6uTdrge_tMQfh6uWdRz6JwgVNnh0qtUo-wPOdtD7D2F6c56ykCi_ytK9HgLrsIFN4Bj5qVHM-R8ZgcbThs/s1600/Gambar11.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="1301" data-original-width="975" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_nMdWOnZ6TPCMRk1sn_1OHBYMDk41pPfM2fDxbkSRitJNHrBhjhWhLmRFq6uTdrge_tMQfh6uWdRz6JwgVNnh0qtUo-wPOdtD7D2F6c56ykCi_ytK9HgLrsIFN4Bj5qVHM-R8ZgcbThs/s320/Gambar11.png" width="239" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div style="font-size: medium; text-align: justify;">
Ebook: Bumi Manusia – Pramoedya Ananta Toer (Google Playbooks)</div>
<div>
<br /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjDyjE0VJoouXBhKQ8KhhbnAXfyiEHMZCgUPa1MW04kyzErS8D-_4R0y_e1SVFRteqQNBhyaNLrIfEVd-qezmRpEruGqyZOeHDoTqKT0nhQQDx4XZRi_bqYwnMrwsK_Y6PkydtyMXGuYw/s1600/Gambar12.png" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="975" data-original-width="1301" height="239" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjDyjE0VJoouXBhKQ8KhhbnAXfyiEHMZCgUPa1MW04kyzErS8D-_4R0y_e1SVFRteqQNBhyaNLrIfEVd-qezmRpEruGqyZOeHDoTqKT0nhQQDx4XZRi_bqYwnMrwsK_Y6PkydtyMXGuYw/s320/Gambar12.png" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><div style="text-align: justify;">
Kumpulan rangkaian diksi dan kalimatnya Mbak Rosi L Simamora dari buku Negeri Para Roh. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br style="font-size: medium;" /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br />Ebook Negeri Para Roh saya temukan di Gramedia digital—yang tidak memiliki fitur highlight. Jadi saya catat di buku terpisah. Tips ini saya dapatkan dari Pinterest beberapa tahun lalu, platform infografis yang bermanfaat buat penulis. Dan saya aplikasikan sampai sekarang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: justify;">
Saya rekomendasikan untuk teman-teman semua mencoba aplikasi Pinterest. Lalu mencari kata kunci apapun tentang ide tulisan teman-teman di aplikasi tersebut. Misalnya plot twist ideas, how to start a novel, writing tips, science fiction ideas, Harry Potter character patterns dsb.</blockquote>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Oh ya, dengan menuliskan rangkaian kata-kata dari novel lain, saya tidak bermaksud plagiasi ya. Saya belajar untuk menulis dalam bahasa yang lebih baik, belajar mengadaptasi gaya, dan memilih diksi yang lebih efektif. Sekian. Semoga Bermanfaat.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-25408028367009960092020-03-11T22:02:00.003+07:002020-03-11T22:03:29.054+07:00Symbols for Sale and The Rise of Collaborative Consumption<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWueoysWdABgWbfKIImvJAzSodotmZdY5IFrS6SqQo_O0CjQYv6vgmtkNSK9LMRVSa_nLZL64QnrcCMfmb4PEqYzow7hJVOiKakxKsSN7g5TaobcTjSV2cdZILzob3ZtH8bq84yFpSf30/s1600/New-folder-1024x576.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="576" data-original-width="1024" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWueoysWdABgWbfKIImvJAzSodotmZdY5IFrS6SqQo_O0CjQYv6vgmtkNSK9LMRVSa_nLZL64QnrcCMfmb4PEqYzow7hJVOiKakxKsSN7g5TaobcTjSV2cdZILzob3ZtH8bq84yFpSf30/s320/New-folder-1024x576.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Pada suatu hari, aku baru saja pulang dari kampus dan aku hendak menyerahkan tempat dudukku di subway pada seorang perempuan. Waktu itu, aku ingin menghampiri temanku yang berdiri tidak jauh. Namun perempuan itu tidak kunjung duduk, lalu yang duduk malah seorang laki-laki asia di sampingnya. Pria itu terlihat tidak enakan, tapi karena dia tetap duduk jadi aku cuekin. Lalu aku membicarakan pria tersebut kepada temanku.<br />
<br />
Aku tidak memahami masalah ini sampai temanku tersebut mengatakan bahwa pakaian laki-laki tersebut branded semua. Mulai dari sepatu prada hingga syal louis vitton. Aku periksa harga syalnya di Internet, sekitar 1300 USD. Entah berapa harga semua barang yang melekat di tubuhnya, mungkin bisa ratusan juta? Temanku heran kenapa ada orang seperti itu naik subway, bukannya naik mobil mewah pribadi.<br />
<br />
Mungkin banyak orang yang paham beginian, tapi ada orang kayak aku yang gak ngerti. Dan bersyukur sih, jadi aku gak ngerasa gengsi dan tertekan dengan tekanan sosial yang tinggi. Aku jujur terkejut dengan bagaimana temanku tersebut memberitahuku merek-merek terkenal itu. Kalau aku sendiri ya, aku mencari calan tujuh dolar, hangat dan awet ya sudah cukup. Begitu pula dosenku yang merupakan pakar branding simbol, bahkan meski dia profesornya, semua barang yang dia beli selalu berdasarkan practical values-nya. Bukan simbolnya.<br />
<br />
Aku menulis ini di Instastory. Lalu seorang teman berkata bahwa barang branded itu memang lebih bernilai daripada barang bukan branded. Sementara aku berlindung di balik jubah “tidak mengerti.”<br />
Aku mengapresiasi pemikiran dia, karena jika dia beranggapan barang bermerek memang lebih bernilai, maka itu sedemikian adanya. Nilai suatu barang bermerek atau art value itu diperoleh MURNI dari subjektifitas pengguna atau penikmatnya. Meskipun bukan berarti nilai itu ada secara nyata. Satu hal yang pasti menurut profesorku, itu adalah illusi. Karena nilai itu adalah mutlak subjektif. Kalau seseorang menganggapnya ada, ya ada. Kalau gak ada nilainya, ya gak ada nilainya juga.<br />
<br />
Jika kalian yang membaca ini adalah orang yang memberi penghargaan lebih sama barang bermerek, ya tidak masalah. Tapi jangan sampai menekan orang lain secara sosial mana yang lebih bernilai dan mana yang tidak.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifTAoiHRCTLnSUYv5OfI0SdhvU-3Egy_jO0lvrzMyvjbPi_ERpwXNj7C_pYwOcE1C3pX6zYPITGuz_2R4H-_7oHsVYMWBQIJ77kCjS_JTDzFO3rtvLbO8Faz5YSSe4VCbCd4yELeVBg3k/s1600/Interior-National-Gallery-of-Art-Washington-DC.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifTAoiHRCTLnSUYv5OfI0SdhvU-3Egy_jO0lvrzMyvjbPi_ERpwXNj7C_pYwOcE1C3pX6zYPITGuz_2R4H-_7oHsVYMWBQIJ77kCjS_JTDzFO3rtvLbO8Faz5YSSe4VCbCd4yELeVBg3k/s320/Interior-National-Gallery-of-Art-Washington-DC.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
Dosenku bercerita, suatu hari dipaksa untuk memasuki museum untuk bisa lebih mengapresiasi sebuah seni lukisan. Tapi beliau kesana kemari, gak mengerti. Karena yang beliau pelajari adalah teknisnya, bagaimana menciptakan ilusi dan menjadikan suatu barang (khususnya barang yang diproduksi perusahaan) bernilai lebih di mata orang lain. Tapi bukan berarti seseorang yang S3 di Branding, lalu otomatis menjadikan dia menaruh nilai yang tinggi juga pada simbol-simbol dan art. Karena itu sifatnya intrinsic. Dalam hati manusia. Bukan sesuatu yang dipaksakan dari luar lalu akhirnya ada.<br />
<br />
Aku sendiri pernah memasuki museum, keliling sebentar selama 15 menit untuk menghilangkan rasa penasaran. Terus selanjutnya duduk di museum tersebut selama 2-3 jam untuk belajar persiapan UAS.<br />
Faktanya, gak ada peraturan tertulis perbuatanku ini salah atau benar. Tapi jujur, ya ada perasaan bersalah dalam diriku karena orang lain pasti menganggap aku gak bisa menghargai seni. Tapi secara objektfi, tindakanku itu gak bisa dinilai benar atau salah. Tindakanku di museum dinilai dari diriku sendiri. Apakah aku menikmati karyanya atau tidak.<br />
<br />
Ada dua buah lukisan, lukisan pertama adalah lukisan asli yang dibuat oleh pelukis legendari A yang sudah meninggal. Harganya jutaan dolar. Satu lagi, lukisan palsu yang dibuat oleh pemalsu lukisan B yang gambarnya persis sama (kualitas cat dan kertas pun sama) dengan lukisan yang asli. Lalu saat semua orang tahui tu palus, lukisan tersebut menjadi sama sekali tidak ada harganya. Nilai jualnya pun turun drastis. Ini mungkin bukti bahwa manusia merupakan makhluk esensialisme, dimana manusia peduli dengan asal muasal suatu benda dan kisah sejarah dibaliknya.<br />
<br />
Sedikit mereka tahu misalnya, bahwa lukisan asli yang pertama tersebut berkisah tentang seorang pemalsu lukisan yang melukis sebuah lukisan yang juga gambarnya sama indahnya. Yaitu diam-diam si pemalsu lukisan B.<br />
<br />
Siapa yang bisa menilai secara objektfi mana lukisan yang lebih berharga dan bernilai? Lukisan asli atau lukisan palsu? Bagaimana kalian membuktikan bahwa pendapat kalian itu benar? Tidak bisa kan? Ya, itu murni bagaimana kita menginterpretasikannya saja.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiruMrTUqHfbPph9BRzEo-lKINw7jRDlRgzrlerGYHxI-ODOe5-yUI4_ER-7ripS-iJy4Y3-mfRo9Q_nyOh1ppQjUJfR1b2nUs0FoDZV4BO4G8mGkZ12bIdAt3tfoGNAY0QH0b2hPECv_U/s1600/Collaborative-Consumption-Overview.001-e1293325865525.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="600" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiruMrTUqHfbPph9BRzEo-lKINw7jRDlRgzrlerGYHxI-ODOe5-yUI4_ER-7ripS-iJy4Y3-mfRo9Q_nyOh1ppQjUJfR1b2nUs0FoDZV4BO4G8mGkZ12bIdAt3tfoGNAY0QH0b2hPECv_U/s320/Collaborative-Consumption-Overview.001-e1293325865525.png" width="320" /></a></div>
Sebagai aktivis sains terbuka, aku pernah berkata bahwa sains terbuka adalah masa depan ilmu pengetahuan. Dunia semakin terbuka sekarang dan para peneliti yang dulu membanggakan simbol-simbol nama jurnal Elsevier maupun indekasasi Scopus, pada akhirnya mereka akan jauh tertinggal. Sekarang yang paling penting adalah manfaat dari isi artikel jurnal tersebut, untuk mencegah banjir atau mengatasi masalah kesehatan. Bukan apakah artikel tersebut dipublikasi di Elsevier atau sekadar repositori kampus.<br />
<br />
Begitu pula dalam hal konsumsi dan ekonomi. Dunia menuju yang disebut sebagai collaborative consumption. Siapa yang naik gojek mikirin merek sepeda motor abangnya Honda atau Yamaha? Buat kalian, pada akhirnya yang paling penting adalah membawa kalian dari titik A ke titik B.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihsHADnSQ566k1FRIPK0Lx4F6Rl7qDrnCCx6qUJiPx0GMAc8E4JVSvd6jR3K5YF6N_wfiO1qL-H9WP0mvP9fQJ99J6i_zsEDgIh92PE80Gnaw34V4BhaHlbv-tBgr48390DEYKOPMVBhY/s1600/image.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="431" data-original-width="768" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihsHADnSQ566k1FRIPK0Lx4F6Rl7qDrnCCx6qUJiPx0GMAc8E4JVSvd6jR3K5YF6N_wfiO1qL-H9WP0mvP9fQJ99J6i_zsEDgIh92PE80Gnaw34V4BhaHlbv-tBgr48390DEYKOPMVBhY/s320/image.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Stew Leonard's</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmySsZ-MUF1qkVbdjMmjplD121I0BewBsVcNVSgkQkk6qWikvdOui8JY1e0_ZBQL_qs5uMR6tjvCXmxPHywg0CphKnmmt1Yw7BFDKuL4zJulizEKpcBWbeNKbxOXjr63o8c1J42tPAE4c/s1600/83f541275a6ccd8be957404ae4e8f487.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="422" data-original-width="760" height="177" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmySsZ-MUF1qkVbdjMmjplD121I0BewBsVcNVSgkQkk6qWikvdOui8JY1e0_ZBQL_qs5uMR6tjvCXmxPHywg0CphKnmmt1Yw7BFDKuL4zJulizEKpcBWbeNKbxOXjr63o8c1J42tPAE4c/s320/83f541275a6ccd8be957404ae4e8f487.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Costco</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Kalau di Amerika Serikat, terdapat sebuah brand yang bernama Stew Leonards. Sebuah supermarket yang berjualan daging dan bahan-bahan makanan dengan desain supermarket yang disenangi oleh anak-anak. Jalannya pun berkelok-kelok dan penuh taman permainan. Bahkan terdapat sebuah moto besar di dinding supermarket tersebut bahwa: Customers always right.<br />
<br />
Landasan dari penciptaan desain supermarket seperti ini adalah agar anak-anak yang dibawa oleh orang tuanya kemari bisa memiliki kenangan indah terhadap Stew Leonards. Jadi mereka akan kemari lagi dengan membawa anak-anak mereka.<br />
<br />
Namun kenyataannya pada hari ini, Stew Leonard sudah tidak begitu banyak pengunjung kembali. Padahal orang-orang senang pergi kesana. Pertanyaannya kenapa? Jawabannya adalah konsumsi waktu yang menjadi permasalahan. Orang-orang mulai lelah membuat keputusan tentang brand dan simbol-simbol. Orang tua juga harus merencanakan pergi ke Stew Leonards setidaknya sejak sepekan sebelumnya, sehingga mereka tahu bahwa mereka akan menghabiskan waktu minimal enam jam untuk bermain dengan anak-anak mereka disana. Pada akhirnya, orang-orang lebih senang mengambil keputusan berdasarkan practical values, mana yang harganya paling murah dan menawarkan kecepatan waktu.<br />
<br />
Kalau di Amerika, terdapat sebuah supermarket besar lain bernama Costco, yang akan selalu menawarkan produk berkualitas tinggi dengan harga murah dan tempatnya ada dimana-mana yang mudah dijangkau. Beberapa kali aku kesana, tempat itu tidak pernah sepi pengunjung. Karena Costco menawarkan harga murah, pengambilan keputusan cepat dan mudah. Meskipun supermarketnya tidak memiliki desain yang luar biasa cantik.<br />
<br />
Kembali lagi, bahwa pada akhirnya manusia akan kembali kepada practical values yang ditawarkan oleh sebuah barang dan jasa. Kemudian, pada dunia masa depan, brand hanya akan menjadi komoditas. Itu artinya murni dinilai berdasarkan practical values-nya. Simbol-simbolnya? Tidak berarti apa-apa.<br />
<div>
<br /></div>
Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-80984538372948432072020-03-04T10:41:00.001+07:002020-03-04T11:16:14.216+07:00How to Host OpenCon Satellite Events in Indonesia<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBnKj6bqSRpaNrlCI__RcsB0INS4Srsh1HdhKrhwULytQdjRjQhBP4k6kGqsNicAD5AAf5GBQ1DPec5WtdFRDw1Tf7_jJSip4QP1Hk82eM6IkwKc5wHe6V9qhdWB4zEbWuC_Q2AxuMfpQ/s1600/OpenCon2.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="486" data-original-width="676" height="230" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBnKj6bqSRpaNrlCI__RcsB0INS4Srsh1HdhKrhwULytQdjRjQhBP4k6kGqsNicAD5AAf5GBQ1DPec5WtdFRDw1Tf7_jJSip4QP1Hk82eM6IkwKc5wHe6V9qhdWB4zEbWuC_Q2AxuMfpQ/s320/OpenCon2.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">Since 2015, Open Access
Indonesia has been regularly hosted OpenCon satellite events in Indonesia.
OpenCon satellite events are local activities that combine themes, content, and
ideas from the OpenCon flagship meeting, which is annually held by SPARC </span><span style="font-size: 16px;">(Scholarly Publication Association and Resources Coalition) </span><span style="color: #0e101a;">and
The Right to Research Coalition. You can find more information about OpenCon
here: <a href="https://www.opencon2018.org/">https://www.opencon2018.org/</a></span></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><o:p></o:p></span></div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">Some students asked me how to initiate OpenCon satellite
events in Indonesia. So here, I provide guidelines on how to start OpenCon
satellite events in Indonesia. You can find more comprehensive information from
this website: </span><a href="https://www.opencon2018.org/satellite" target="_blank"><span style="color: #4a6ee0;"><span data-preserver-spaces="true">https://www.opencon2018.org/satellite</span></span></a><span data-preserver-spaces="true">. The information listed here is only information
that is generally related to organizing at the local level in Jakarta, Indonesia</span><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">1. <b>Plan the theme and concept of the event.</b> If you don't
have a clear idea about the event, you can explore the designs by visiting this
guidelines website: </span><a href="https://www.opencon2018.org/designing_a_satellite_event_agenda" target="_blank"><span style="color: #4a6ee0;"><span data-preserver-spaces="true">https://www.opencon2018.org/designing_a_satellite_event_agenda</span></span></a><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">Usually, Open Access Indonesia hosted satellite events in
the form of seminars with three speakers. After three speakers finished their
talk sessions, we divide participants into three groups and discuss Open
Access, Open Data, and Open Education. Since 2018, Creative Commons Indonesia has been the main facilitator of this discussion session.</span><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">2. If you have found an idea of an exciting event concept, <b>submit
the event plan on the following page: </b></span><a href="https://www.opencon2018.org/plan" target="_blank"><span style="color: #4a6ee0;"><span data-preserver-spaces="true"><b>https://www.opencon2018.org/plan</b></span></span></a><span data-preserver-spaces="true">. After that, you need to wait for a few days until
your plan accepted by the main organizer of the flagship meeting: SPARC and The
Right to Research Coalition.</span><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">3. <b>Use existing resources.</b> You can also find tools and resources such as
certificate design, posters, speaker database, planning checklists, etc on the
following page: </span><a href="https://www.opencon2018.org/satellite_resources" target="_blank"><span style="color: #4a6ee0;"><span data-preserver-spaces="true">https://www.opencon2018.org/satellite_resources</span></span></a><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">Precisely, at the local level, here are the steps that
Open Access Indonesia usually takes when hosting satellite events.</span><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">1. <b>Prepare a budget. </b>Open satellite events are
independent events, so most of the funding comes from local organizations. So,
if Open Access Indonesia did not get sponsors for satellite events, we charge most of the costs to the participants.
Usually, IDR 100,000 (USD 7) per person, and often, we had 100 participants per
event.</span><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">2. <b>Collaborate with organizations that have the same
principle</b> of open access, open data, and open education. We have been regularly
invited members of Open Science Indonesia and Creative Commons Indonesia as
speakers and discussion facilitators of the event.</span><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">3. <b>Collaborate with the campus. </b>Working closely with the
university becomes very important in running the event, and they will help you
in logistical and bureaucratic issues such as booking a venue or finding speakers.</span><o:p></o:p></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">4. <b>Promoting</b>. We do promotions through posters posted on
the campus bulletin board and also through social media. Besides, we share the
registration information and advertisement to the Open Access Indonesia
community in WhatsApp groups.</span><o:p></o:p></span></div>
<br />
<div style="text-align: left;">
<span style="color: #0e101a; font-family: Times, "Times New Roman", serif;"><br /></span></div>
<span style="font-family: Times, Times New Roman, serif;">
</span><div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true"><span style="color: #0e101a; font-family: Times, Times New Roman, serif;"><u>Even so, there are no permanent rules for hosting OpenCon satellite events in Indonesia.</u> You can do it with a variety of different formats, agenda items, and creativity. For instance, organizing a satellite event in an open space and/or more focus on the discussion.</span></span></div>
</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 12.0pt;">
<div style="text-align: left;">
<span data-preserver-spaces="true" style="font-family: Times, Times New Roman, serif;"><span style="color: #0e101a;">If you want to host OpenCon Satellite Events in Indonesia
and need help and more information, you can contact me, Maryam Qonita, via WhatsApp
+16462553912.</span><o:p></o:p></span></div>
<span data-preserver-spaces="true"><span style="color: #0e101a;"><br /></span></span>
<br />
<h2>
<span data-preserver-spaces="true"><span style="color: #0e101a;">Bagaimana Cara Menyelenggarakan OpenCon Satellite Events di Indonesia</span></span></h2>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY6yY1zOURN41sOCsDzvCV7Ok8oBYz9tmNCKIHC4s99t9ByY8JwkmZ7GdyVu2tn6CDknFQwdyh7qpirVZoiewdOO2q1CA2vodJFBxrIsZTew26oud1STMP4K9eWggB8bvmUFhqbBybsh4/s1600/OpenCon.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="487" data-original-width="744" height="209" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjY6yY1zOURN41sOCsDzvCV7Ok8oBYz9tmNCKIHC4s99t9ByY8JwkmZ7GdyVu2tn6CDknFQwdyh7qpirVZoiewdOO2q1CA2vodJFBxrIsZTew26oud1STMP4K9eWggB8bvmUFhqbBybsh4/s320/OpenCon.png" width="320" /></a></div>
<div>
<span data-preserver-spaces="true"><span style="color: #0e101a;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Sejak tahun 2016, Open
Access Indonesia secara rutin mengadakan OpenCon satellite events di Indonesia.
OpenCon satellite events adalah aktivitas lokal yang mengombinasikan
tema, konten, dan ide dari OpenCon flagship meeting yang setiap tahunnya
diadakan oleh SPARC (Scholarly Publication Association and Resources Coalition) dan The Right to Research Coalition.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Beberapa mahasiswa
bertanya kepada saya bagaimana mengadakan OpenCon satellite events ini di
Indonesia. Jadi di sini saya akan memaparkan guidelines bagaimana cara mengadakan OpenCon
satellite events di Indonesia tersebut, meskipun sebagian besar teman-teman bisa peroleh
informasinya dari website ini: <a href="https://www.opencon2018.org/satellite">https://www.opencon2018.org/satellite</a>. Informasi yang dicantumkan di sini hanya yang secara umum banyak berkaitan dengan penyelenggaran acara dalam level lokal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">1. <b>Rencanakan tema dan juga konsep acara.</b> Jika belum memiliki
ide yang jelas dengan acara yang akan diselenggarakan, kalian bisa mengunjungi
website berikut: <a href="https://www.opencon2018.org/designing_a_satellite_event_agenda">https://www.opencon2018.org/designing_a_satellite_event_agenda</a><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Biasanya kami mengadakan
dalam bentuk seminar dan mengundang tiga orang pembicara. Lalu setelah tiga orang
pembicara selesai menyajikan materi mereka, kami membagi peserta menjadi tiga kelompok lalu berdiskusi tentang
Open Access, Open Data, dan Open Education. Semenjak tahun 2018, Creative Commons Indonesia merupakan fasilitator utama dari sesi diskusi ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">2. Jika teman-teman sudah menemukan ide konsep acara yang menarik,
<b>daftarkan plan tersebut di halaman berikut:
<a href="https://www.opencon2018.org/plan">https://www.opencon2018.org/plan</a></b>. Setelah saya mendaftarkan OpenCon 2016
Jakarta melalui formulir tersebut, saya menunggu beberapa hari sampai acara
lokal tersebut di terima pengajuannya oleh penyelenggara flagship meeting,
yaitu SPARC dan The Right to Research Coalition.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">3. <b>Manfaatkan resources yang ada.</b> Setelah itu, penyelenggara akan lebih sering mengirim
beberapa resources dan tools yang bisa kita manfaatkan untuk menjalankan acara.
Teman-teman juga bisa menemui resources seperti sertifikat, poster, speaker
database, planning checklist di website berikut:
<b>https://www.opencon2018.org/satellite_resources</b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;"><b>Dalam tingkat lokal,
berikut adalah langkah-langkah yang Open Access Indonesia lakukan sebelum
mengadakan satellite events.<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">1. <b>Menyusun anggaran dana. </b>Open satellite events acara berjalan
dengan mandiri, maka pendanaan sebagian besar berasal dari
organisasi lokal (Open Access Indonesia sendiri). Jadi jika kami tidak memperoleh sponsor, kami secara umum lebih sering membebankan
sebagian besar biaya acara kepada para peserta. Biasanya Rp 100.000 per orang. Sementara jumlah peserta secara umum sering mencapai 100 orang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">2. <b>Bekerjasama dengan organisasi yang mengusung keterbukaan</b>. Biasanya kami mengundang Open Science Indonesia dan
Creative Commons Indonesia sebagai pembicara maupun fasilitator diskusi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">3. <b>Bekerjasama dengan pihak kampus. </b>Bekerja sama dengan pihak
kampus menjadi sangat penting, hal itu akan sangat membantu dalam masalah-masalah logistik dan birokrasi yang lain seperti
penyewaan ruangan maupun mencari pembicara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">4. <b>Melakukan promosi. </b>Kami melakukan promosi melalui poster
yang ditempel di mading kampus dan juga melalui media sosial. Selain itu kami
menyebarkan informasi seminar ke grup-grup WhatsApp komunitas Open Access
Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
Meskipun begitu, tidak ada aturan baku untuk mengadakan OpenCon satellite events di Indonesia. Anda bisa mengadakannya dengan berbagai format dan kreativitas yang berbeda. Seperti mengadakannya di ruang terbuka atau lebih memperbanyak diskusi.</div>
<span data-preserver-spaces="true"><span style="color: #0e101a;">
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-top: 12.0pt;">
<span style="font-family: "times new roman" , serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%;">Jika Anda ingin
mengadakan OpenCon Satellite Events di Indonesia dan membutuhkan informasi
lebih banyak, bisa menghubungi saya, Maryam Qonita melalui WhatsApp
+16462553912.<o:p></o:p></span></div>
</div>
<br />Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-70875914471153456562019-11-12T23:51:00.001+07:002019-11-12T23:52:25.571+07:00[Ebook] Serba-Serbi Beasiswa LPDP<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtwz-pyuSqEPJpKFzH2DAk-ZklBGD8Khm0hezVRiPbQE_P91jW44q3FD7rLLTpwU0GRA8jS0pvGUhE-EBvAcakdhNsvqSZfKtwbrWbbTEX-X_OFQTTtr7JKt3Ascs7HNUgV3jmYSQ8bOo/s1600/foto-pembukaan-pendaftaran-lpdp-2018-.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="438" data-original-width="780" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtwz-pyuSqEPJpKFzH2DAk-ZklBGD8Khm0hezVRiPbQE_P91jW44q3FD7rLLTpwU0GRA8jS0pvGUhE-EBvAcakdhNsvqSZfKtwbrWbbTEX-X_OFQTTtr7JKt3Ascs7HNUgV3jmYSQ8bOo/s320/foto-pembukaan-pendaftaran-lpdp-2018-.jpeg" width="320" /></a></div>
<br />
Selamat pagi waktu New York teman-teman semua, mohon maaf belum sempat update blog lagi huhu. Padahal ada yang sempat bilang kalau dia bahkan bikin thumbnail khusus di desktop ponselnya untuk langsung menuju link blog ini. Insyaa Allah ke depannya mudah-mudahan bisa aktif menulis lagi. Aamiin.<br />
<br />
Oke, sebagai artikel untuk hari ini, aku mau memberikan link ebook yang mungkin akan sangat berguna, rangkuman dan juga berbagai tambahan dari seluruh kelas beasiswa yang aku adakan di whatsapp grup.<br />
<br />
Berikut adalah link ebook serba-serbi beasiswa LPDP: <a href="http://bit.ly/serbaserbiLPDP">bit.ly/serbaserbiLPDP</a><br />
<br />
Ebook tersebut kujadikan lisensinya domain milik publik. Teman-teman boleh menyimpan dan membagikan kepada siapa saja ebook tersebut. Semoga bermanfaat.Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-9017259469478051375.post-37333230988177810202019-06-02T08:40:00.000+07:002019-06-03T18:39:18.864+07:00Pengalaman dan Tips SBK LPDP<div style="text-align: justify;">
<b>Pengalaman SBK LPDP | Tips SBK LPDP | Seleksis Berbasis Komputer LPDP 2018 | Tes Potensi Akademik | Soft Competency | Esai On The Spot LPDP</b><br />
<br />
Pada kesempatan kali ini saya ingin berbagi pengalaman saya mengikuti <b>seleksi berbasis komputer (SBK) LPDP</b> pada tahun 2018 kemarin. Juga sekaligus berbagi tips dan trik yang saya harap dapat membantu teman-teman dalam melewati fase seleksi <b>SBK </b>alias <b>seleksi berbasis komputer</b>. Karena banyak sekali teman-teman yang bertanya pada saya mengenai <b>pengalaman </b>saya ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebelumnya, pengertian tes SBK itu sendiri adalah Seleksi Berbasis Komputer untuk mengukur kemampuan akademik peserta LPDP menggunakan standar CAT (Computer Assisted Test) CPNS dan diselenggarakan oleh Badan Kepegawaian Negara (BKN) bekerja sama dengan LPDP. Tes ini tergolong baru dan baru diterapkan di LPDP 2018 kemarin. Setelah kita dinyatakan lulus seleksi administrasi, selanjutnya kita akan diminta untuk memilih lokasi tes SBK. Setelah kita memilih, kita tidak boleh mengganti tempat lagi karena alasan apapun. Lalu saya mendapatkan lokasi di Jakarta dan memilih tempat tes SBK di Kanreg V Ciracas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesuai dengan waktunya, akan diberikan surat edaran melalui email dan SMS mengenai dresscode baju dan juga barang-barang yang harus dibawa, seperti KTP dan kartu registrasi peserta. Tahun 2018 kemarin, kami diwajibkan untuk menggunakan kemeja warna putih dan rok atau celana hitam. Sementara untuk yang berjilbab, menggunakan jilbab warna hitam penitian. Sepatu bebas selama tidak pakai sendal. Kita juga diminta untuk hadir 60 menit sebelum tes dilaksanakan untuk registrasi.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">SEBULAN SEBELUM SBK</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOySz_pEurVL4Bc_pTrqqQjMhCiC0H3G_-6Uc89z-ThJPUTInzvNX5CkWyhyFhC-x-dhEA31VTPTZAE4mY7A3Lv7i0z7SNP6l1T8GdIEqNvGcGAJ2ZRsZj75w-XDEGuTOU6i6NpQgFb7E/s1600/Buku+TPA+saya.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="601" data-original-width="595" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOySz_pEurVL4Bc_pTrqqQjMhCiC0H3G_-6Uc89z-ThJPUTInzvNX5CkWyhyFhC-x-dhEA31VTPTZAE4mY7A3Lv7i0z7SNP6l1T8GdIEqNvGcGAJ2ZRsZj75w-XDEGuTOU6i6NpQgFb7E/s320/Buku+TPA+saya.png" width="316" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk tes SBK, saya mempersiapkan kurang lebih dalam waktu satu bulan. Karena sebelum saya dinyatakan lulus administrasi, saya merasa tidak percaya diri akan lolos administrasi. Juga, saya disibukkan dengan persiapan untuk menghadiri konferensi ke Kanada dan Rwanda. Dan sehari sebelum SBK dilaksanakan, saya mengadakan sebuah acara sebagai ketua pelaksana. Jadi super padat dan hampir sangat sulit belajar TPA saat itu. Padahal jauh-jauh hari saya sudah beli buku TPA-nya, namun sebelum pengumuman kelulusan administrasi, saya tidak buka sama sekali karena saya takut tidak lulus. Namun, alhamdulillah, saya dinyatakan lulus seleksi administrasi LPDP dan hari itu juga saya baru berani membuka buku TPA yang sudah saya beli.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dalam Tes Potensi akademik, terdapat tiga tipe soal. Soal verbal, soal numerik, dan soal penalaran. Kebetulan 70% waktu saya, saya gunakan untuk belajar tipe soal numerik karena saya merasa tidak percaya diri dengan tipe soal ini. Saya orang dengan latar belakang sosial, dan saya pikir, nilai saya akan sangat kecil jika saya tidak mempelajarinya. Sisanya saya gunakan untuk belajar verbal. Dan sangat sedikit sekali saya sisihkan untuk belajar penalaran, atau mungkin, bisa dibilang saya tidak belajar tipe soal penalaran sama sekali. Kemudian saya menyadari, tidak belajar penalaran sama sekali adalah sebuah kesalahan besar.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">HARI-H SEBELUM TES DILAKSANAKAN</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS4rRB3D1brnlYIJy6vDc_Wy046P7rQ7LesXsWOAfsqXmTHZWHEhP_McQithIVL14dB6B8Smvace2tRezCtHY0fG9bhApf5s8-4-ZSQ6eo6jeEu-ednJimGuZhf6tkUO7tCx1_nYQmG4M/s1600/IMG20181017062656.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1083" data-original-width="1600" height="216" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgS4rRB3D1brnlYIJy6vDc_Wy046P7rQ7LesXsWOAfsqXmTHZWHEhP_McQithIVL14dB6B8Smvace2tRezCtHY0fG9bhApf5s8-4-ZSQ6eo6jeEu-ednJimGuZhf6tkUO7tCx1_nYQmG4M/s320/IMG20181017062656.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7lGipvK6eENbsQsHf6Ho8ad-MsuOMjH18TDgHFR4O3hIuyAEw7Vqk6Ff-Dnbe8r2GNj_zmxq-PYlVS5whPUQ4QdPDUPGLB33cxqFePvBhIL7O7dIXO-659z3IkvtQP1-1GkmpZoT__dg/s1600/IMG20181017063259.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1200" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7lGipvK6eENbsQsHf6Ho8ad-MsuOMjH18TDgHFR4O3hIuyAEw7Vqk6Ff-Dnbe8r2GNj_zmxq-PYlVS5whPUQ4QdPDUPGLB33cxqFePvBhIL7O7dIXO-659z3IkvtQP1-1GkmpZoT__dg/s400/IMG20181017063259.jpg" width="300" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Kebetulan saya mendapatkan jadwal tes paling pagi, jadi saya berangkat subuh-subuh dari rumah saya di Lenteng Agung ke Ciracas menggunakan mobil Grab. Waktu itu saya langsung habis Rp 100.000,-. Tapi tidak apa-apa, saya tidak mau kepala saya terpenuhi dengan banyak asap kendaraan bermotor saat tes berlangsung, risiko terlambat jika naik angkutan umum, atau saya masuk angin jika naik grab motor. Hari itu saya harus memberikan yang terbaik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika tiba di tempat tes, saya melihat sudah ada dua orang laki-laki sedang duduk di gerbang yang masih di tutup. Jadi saya datang sangat pagi saat itu, sekitar jam enam atau setengah tujuh pagi. Lalu beberapa satpam membuka gerbang dan menyuruh kita duduk di ruang tunggu yang disediakan. Lalu saya di sana mengobrol dengan para peserta lain yang hadir. Di antara peserta, saya mengobrol dengan salah satu peserta yang lulus S1 Fisika dari sebuah universitas ternama di Amerika Serikat. Dan sudah mendapat offer dari kampus tujuannya untuk S2. Saya mengobrol dengan peserta yang lain, banyak dari mereka sepertinya memang pintar-pintar dan background mereka cukup kuat. Lalu saya merasa agak minder sendiri sejujurnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah mendekati jam sesuai jadwal, barulah saya dan para peserta lainnya dipanggil satu demi satu sesuai abjad. Lalu kita menuju meja registrasi, mengisi daftar hadir, dan panitia menuliskan password di kartu ujian untuk login tes. Di sini, yang dibawa masuk hanyalah kartu ujian, KTP asli, dan juga kunci loker. Semua barang bawaan saya disimpan di dalam loker (Buku, HP, jaket, jam tangan, pulpen, pensil, kertas, makanan, minuman,dsb) dan HP wajib dimatikan. Setelah selesai registrasi, peserta dipersilahkan masuk ruang tunggu selanjutnya. Sebelum memasuki ruang tunggu tersebut, kita diperiksa dengan metal detector dan lalu diberikan minum air putih gelas jika merasa haus.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika waktunya telah tiba, kita diminta untuk berdiri dan berbaris. Berdiri dan berbarisnya berdasarkan tempat duduk yang tadi kita sedang duduk di ruang tunggu itu. Kita memilih sendiri tempat duduknya kan, jadi bisa dibilang masuknya pun sebenarnya random. Ada gosip bahwa tes TPA yang duduk di belakang katanya soalnya sedikit lebih sulit, jadi untung saja, tempat saya berdiri memungkinkan saya untuk masuk duluan juga. Dan memilih tempat duduk lebih awal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">SAAT SELEKSI DILAKSANAKAN</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSN1n8dx-Qc1lOXj6ZYRXWGGqqh-ilbKQiWEjinfKpQjmortnb7QYyJD8b3d8HCp-z_eB5tw7wx278eMUTMyvxyiUdLu4KoDIkGRVu_2xpvD9ay151mxckoFdBJPTXwgwDWGnFNs5YUrg/s1600/03-810x353.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="353" data-original-width="810" height="173" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSN1n8dx-Qc1lOXj6ZYRXWGGqqh-ilbKQiWEjinfKpQjmortnb7QYyJD8b3d8HCp-z_eB5tw7wx278eMUTMyvxyiUdLu4KoDIkGRVu_2xpvD9ay151mxckoFdBJPTXwgwDWGnFNs5YUrg/s400/03-810x353.jpg" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>Pada SBK LPDP ada tiga macam tes yang diuji: </b></div>
<ol>
<li style="text-align: justify;">Tes Potensi Akademik (TPA), </li>
<li style="text-align: justify;">Soft Competency, </li>
<li style="text-align: justify;">On The Spot Writing Essay. </li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Dari ketiga tes ini, <b>pengambilan keputusan lulus atau tidaknya peserta LPDP dalam seleksi SBK hanyalah berdasarkan Tes Potensi Akademik</b>. Dalam arti kata, meski nilai test Soft Competency kita bagus, kalau nilai tes TPA kita di bawah passing grade, kita tetap tidak lulus. Jadi teman-teman perlu maksimalkan untuk tes TPA. Sementara untuk tes Soft Competency dan On the Spot Writing Essay, meski dinilai, keduanya hanya menjadi rujukan atau referensi tambahan bagi juri LPDP.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>TES POTENSI AKADEMIK</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti saya telah jelaskan sebelumnya, dalam ujian TPA ini terbagi dari berbagai tipe soal dengan waktu pengerjaan keseluruhan adalah 90 menit. </div>
<ol>
<li style="text-align: justify;">Verbal 30 Soal (Sinonim, antonim, analogi, serta soal cerita),</li>
<li style="text-align: justify;">Numerik 15 soal (Deret aritmatika, bangun ruang, diskon, persamaan garis dan lain-lain)</li>
<li style="text-align: justify;">Penalaran 15 Soal (Analitis dan Logis)</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
Total ada 60 soal, dan satu soal nilainya adalah 5 poin. Jika benar semua berarti 300 poin. Tahun 2018, passing grade untuk reguler dalam negeri adalah 180 poin (minimal benar 36 soal dari 60 soal), passing grade untuk reguler tujuan luar negeri adalah 195 poin (minimal benar 39 soal dari 60 soal), dan passing grade untuk program afirmasi tujuan dalam dan luar negeri adalah 160 poin (minimal benar 32 soal dari 60 soal). Passing grade ini tidak dirilis oleh LPDP tahun 2018 kemarin, tapi diperoleh setelah para pelamar LPDP mengumpulkan nilai semua yang masuk dan membagi peserta dengan nilai yang lulus berapa dan tidak lulus berapa. Katanya, untuk berada di posisi aman, minimal nilainya harus 200 poin.<br />
<br />
Saya duduk di bangku paling depan. Lalu kami diminta untuk mengisi nomor registrasi peserta dan password baru bisa login. Saya telah berkata ini sebelumnya, saya sangat tidak percaya diri dengan kemampuan saya mengerjakan soal numerik, orang bilang soalnya sangatlah sulit, setidaknya satu tingkat lebih sulit dari soal-soal TPA CPNS. Pengerjaaannya juga tidak hanya dikerjakaan satu langkah, mungkin baru selesai dalam 2 hingga 3 langkah. Jadi saya agak gugup saat itu, namun ingin maksimal karena telah belajar khusus untuk numerik. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Segera setelah login, saya langsung memilih soal nomor 16 (numerik), karena peserta dibolehkan memilih soal secara acak dan membenarkan kembali jawabannya di lain waktu yang tersisa. Saya kaget, <i>gils</i>, benar soalnya beneran sulit. Sepertinya dari semua soal yang telah saya pelajari, soal ini masih satu langkah lebih sulit. 50 menit lebih waktu berlalu, tinggal 40 menit lagi, saya tengok sedikit kanan dan kiri, kotak-kotak mereka sudah banyak yang hijau. Artinya mereka sudah mengerjakan mayoritas soal. Sementara saya belum selesai dengan soal numerik. Verbal dan penalaran belum saya lirik! Saya langsung keringat dingin saat itu, gugup dan nervous. Sampai akhirnya saya ingat nasihat teman yang lulus LPDP Dalam Negeri, segugup apapun situasimu, jangan cemas. Tenang, rileks dan ambil napas. Kalau perlu minum, minum. Kalau perlu ke WC, ke WC.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jadi saya langsung berpindah ke soal verbal dan soal penalaran. Menyelesaikan masing-masing dari 45 soal dalam waktu kurang dari satu menit atau bahkan lebih cepat dari itu. Waktu saya tersisa 12 menit lagi, hff. Dalam hati, ternyata saya cepat juga mengerjakan soal verbal dan penalaran setelah melewati krisis. Lalu saya memeriksa ulang semua jawaban keseluruhan mulai dari verbal, numerik, dan penalaran. Saya juga mengerjakan beberapa yang masih kosong. Dan menulis nomor (di kertas corat-coret) soal yang benar-benar sulit atau rumusnya mentok alias lupa sama sekali.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Waktu menunjukkan 5 menit lagi. Dan banyak dari peserta sudah selesai dan memilih mengerjakan tes selanjutnya yaitu soft competency. Waktu itu saya takut kalau sebelum saya submit, gedung ini akan mati lampu atau tiba-tiba komputer saya mengalami kendala teknis. Jadi saya juga ikut tergoda untuk segera men-submit punya saya juga. Lalu saya pencet lah itu kotak tulisan “<b>SELESAIKAN TES INI</b>”. Dan setelah itu muncul kotak dialog bertuliskan <b>“Apakah Anda Yakin Untuk Menyelesaikan Tes ini dan Berlanjut ke Tes Berikutnya?</b>” semacam itu. Dengan perut lemas, lutut lemas, jantung deg-degan, akhirnya saya klik “<b>BATALKAN</b>” saja dulu deh. Hati saya bilang, belum yakin. <b>Saya tidak akan pernah tahu sebelumnya, bahwa bersitan hati sekilas ini akan mengubah hidup saya secara drastis dan fundamental.</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akhirnya saya memeriksa ulang kembali beberapa soal yang saya tandai sangat sulit atau rumusnya mentok, alias lupa sama sekali. Lalu ketemu satu soal barisan dan deret yang akhirnya saya tiba-tiba teringat rumusnya yg sempat ilang di kepala. Tiba-tiba rumusnya muncul gitu aja gak tahu kenapa. Benar-benar seperti ilham. Akhirnya saya ganti jawaban yang saya tahu insyaa Allah pasti benar. Tinggal 2 menit lagi, barulah saya selesaikan ujian.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu setelah itu langsung muncul hasil skor TPA saya: 195. Entah harus senang atau sedih, karena posisi aman adalah 200. Haduh, satu soal lagi dan saya bisa bernapas lega! Jadi saya masih ada di zona bahaya saat itu. Meski saya di atas passing grade reguler dalam negeri 180, tapi passing grade luar negeri tentunya akan sedikit lebih tinggi (Saat ujian, belum diketahui berapa passing grade LN).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>SOFT COMPETENCY.</b></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Soft competency adalah soal tes kepribadian mirip tes kepribadian CPNS. Waktu pengerjaan adalah 30 menit dan jumlah soal adalah 60 soal pilihan ganda yang terdiri dari pilihan A-E. Dilihat dari durasi dan jumlah soal, teman-teman bisa mengerjakan satu soal maksimal 30 detik saja. Meski sangat bisa dikerjakan kurang dari itu. Tes Soft Competency tidak menjadi tolak ukur kelulusan, dan setiap pilihan jawaban ada nilainya dari 1-5. Jadi tidak ada jawaban benar dan salah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Teman-teman mungkin bisa menjawab sesuai dengan kepribadian teman-teman sendiri. Namun, saat saya mengerjakan tes itu, dalam pikiran saya, saya berkomitmen untuk memperbaiki diri saja. Jadi setelah saya mengerjakan semua soal dalam waktu 20 menit. 10 menit saya kerjakan ulang beberapa soal, dengan landasan pemikiran bahwa saya sebagai pengambil kebijakan di pemerintah. Kebetulan saya emang bercita-cita duduk di posisi pemerintahan, jadi mungkin saya akan berpikir seperti itu kalau sudah menjadi pejabat publik.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai tes soft competency, nilai saya langsng keluar 270 dari maksimal 300. Wah, jauh lebih tinggi daripada soal TPA.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">ON THE SPOT WRITING ESSAY</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah men-submit tes soft-competency, langsung dilanjutkan dengan Essay OTS. Waktu pengerjaan adalah 30 menit dengan jumlah kata sebaiknya 250 kata. Dan harus dalam bahasa Inggris untuk tujuan luar negeri, kecuali negara-negara Arab dan Timur Tengah boleh bahasa Indonesia karena komputer BKN belum disupport dengan keyboard bahasa Arab. Untuk tes berlangsung selama 30 menit dan mewajibkan menulis 250 kata, menurut saya pribadi, agak sulit ya, karena IELTS saja 250 kata dalam 40 menit saya masih sering keteteran.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Topiknya beragam, kebetulan waktu itu saya mendapatkan topik mengenai Tuberculosis. Saya dengar yang lain mendapatkan topik: nikah muda, dana desa, BPJS, Student loan, tenaga asing, pembuatan SIM dsb. Agak sedih sih, karena kalau bahasannya nikah muda, nulis 1000 kata pun saya akan sangat mengalir dengan banyak sekali argumen. Tapi topik TBC ini saya sangat awam. Semua argumen saya hanya berlandaskan poster mengenai TBC yang saya lihat di Poli Paru saat tes dahak dan rontgen TBC di rumah sakit (demi memenuhi persyaratan administrasi LPDP).</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu saya kerjain saja seadanya, menulis seadanya dan pengetahuan seadanya. Lalu saya submit esainya dan alhamdulillah menyelesaikan seluruh rangkaian tes SBK hari itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">HARI H PASCA TES </span></b><br />
<b><span style="font-size: large;"><br /></span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSOyyWW1iRl3k-5tm0QWGzwFG0uHjQbLoq2blFAMVojw2w3sw8T1vgdQedwU-pIgs8Wcrkzrd1xpYr33AQdZGXTUTQ5MSuOGnMSlgMcNHVQ-X-4LXPC6DnrMj2Hmv5dxTMG0i9RTwvwX4/s1600/IMG20181017104931.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1583" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSOyyWW1iRl3k-5tm0QWGzwFG0uHjQbLoq2blFAMVojw2w3sw8T1vgdQedwU-pIgs8Wcrkzrd1xpYr33AQdZGXTUTQ5MSuOGnMSlgMcNHVQ-X-4LXPC6DnrMj2Hmv5dxTMG0i9RTwvwX4/s320/IMG20181017104931.jpg" width="316" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinH1vF8fw-Oz75QMAFQjQYwFRWcET4xqdjbb2hlnmgjLmUW8pqUiNiiN3EmHSeTgwiAbGaZM_wzMuT0CQIFkXN-nbWanCuW_N3di3ho0O5EPmZbMddGSn_iAd6f8Je8uD2-246tVJZyhE/s1600/IMG20181017105929.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1375" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEinH1vF8fw-Oz75QMAFQjQYwFRWcET4xqdjbb2hlnmgjLmUW8pqUiNiiN3EmHSeTgwiAbGaZM_wzMuT0CQIFkXN-nbWanCuW_N3di3ho0O5EPmZbMddGSn_iAd6f8Je8uD2-246tVJZyhE/s400/IMG20181017105929.jpg" width="343" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Setelah saya menyelesaikan seleksi tersebut, saya keluar ruangan dengan bernapas lega. Bukan lega karena yakin lulus, melainkan karena telah menyelesaikan seleksi itu. Nilai TPA dan soft competency seluruh peserta langsung dipajang di mading dan di layar projector segera setelah kita keluar ruangan. Untuk TPA, saya berada di rangking 30 dari 81 peserta dengan nilai 195, dan untuk Soft Competency berada di rangking ke-7 dari 81 dengan nilai 270. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Yang unik adalah: Ternyata nilai saya di penalaran dan logika sangatlah kecil, well, saya tidak belajar juga dan menganggap remeh soal ini. Sebuah kesalahan besar. Karena jika saya belajar konsepnya saja, saya bisa memahami yang dimaksud dalam soal. Nilai verbal saya standar, sebagaimana saya belajarnya juga standar dan biasa-biasa saja. Tapi nilai saya numerik adalah 70, alias saya benar 14 soal dari 15 soal. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kurang lebih hanya ada 5 orang dari 81 peserta yang nilai numeriknya sama atau lebih tinggi dari saya. Padahal bisa dibilang, mungkin sekitar setengah peserta di sana adalah anak latar belakang Sains dan IPTEK. Saya juga lihat teman saya yang S1 Fisika di Amerika, dia memperoleh nilai numerik yang sama dengan saya. Meski secara keseluruhan, nilai TPA-nya sangat tinggi, di atas 260. Saya merasa, sepertinya saya ternyata agak berlebihan belajar dan mengerjakan soal numerik ini, untuk bisa mendapat nilai setinggi itu, dan notabene sebagai orang dengan latar belakang sosial. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sempat mengobrol dengan beberapa peserta yang lain, sebelum akhirnya mereka masuk ruang ujian untuk batch selanjutnya. Mereka juga agak kaget dengan nilai numerik saya. Meski sayang sekali, nilai penalaran saya kecil dan bikin saya berada di zona bahaya. Hal yang paling saya sesali sepanjang setelah SBK LPDP.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hari itu saya langsung merasa lapar karena belum sarapan. Dan uang juga habis. Jadi saya menunggu orang tua untuk transfer dulu, dua jam di BKN segera setelahnya saya harus mengambil visa Kanada ke VFS Global. Sembari menunggu, saya merasakan angin sepoi-sepoi, menikmati kesendirian, ketenangan, dan kepasrahan....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="font-size: large;">SEMINGGU SETELAH SBK</span></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwzvEyKk3F2FmOA3sryQt0qXN1H_vBQrJXuS3QWx0sN3YeDvR349mHZdtJQ6_2ndj4c_wWwNg92y8Tahj_w9gxuyWVocbJV_9EKrY3BqoX1vQRzRBjEtdfIfOok1oaKGJl6aMzAXNqBuA/s1600/SBK+LPDP.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="599" data-original-width="599" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwzvEyKk3F2FmOA3sryQt0qXN1H_vBQrJXuS3QWx0sN3YeDvR349mHZdtJQ6_2ndj4c_wWwNg92y8Tahj_w9gxuyWVocbJV_9EKrY3BqoX1vQRzRBjEtdfIfOok1oaKGJl6aMzAXNqBuA/s320/SBK+LPDP.png" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
25 Oktober 2018, akhirnya para peserta mendapatkan pengumuman SBK secara serentak. Dan alhamdulillah saya dinyatakan lulus. Saya langsung loncat kegirangan bukan main di rumah saat itu. Setelah berbagi dengan grup LPDP LN di telegram, ternyata passing grade untuk SBK LPDP reguler tujuan luar negeri adalah 195. Lutut saya langsung lemas dan saya gak jadi girang lagi, jika satu soal saja salah, sudahlah wassalam. Saya jadi teringat, ketika saya sudah meng-klik “<b>SELESAIKAN TES INI</b>” padahal masih ada 5 menit lagi, dan saya memilih “<b>BATALKAN</b>” dan memeriksa kembali semua soalnya sampai nemu satu soal numerik yang rumusnya tiba-tiba terilham di kepala. Andaikan jika saya pilih tombol "YA". Sudahlah wassalam. Tidak lulus LPDP 2018.<br />
<br />
Alhamdulillah juga, lulus seleksi substansi dan tepat beberapa waktu lalu, dinyatakan lulus kampus tujuan New York University dengan semua keterbatasan dan kekurangan yang ada. Terimakasih ya Allah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari pengalaman yang saya jabarkan tersebut, berikut <b>TIPS-TIPS MENGHADAPI SELEKSI SBK</b> yang saya rangkum,</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><b>TIPS- TIPS MENGHADAPI SELEKSI SBK LPDP</b></span></div>
<br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Latihan soal CAT sebanyak-banyaknya dari buku-buku TPA BAPPENAS atau TPA CPNS yang banyak bertebaran di toko-toko buku. Berlatihlah dengan sungguh-sungguh.</li>
<li style="text-align: justify;">Meski belum dipastikan lulus seleksi administrasi, sebaiknya teman-teman mulai belajar saja. Karena saya pribadi merasa, waktu yang ada untuk belajar setelah pengumuman seleksi administrasi ke seleksi SBK sangatlah singkat, jadi hasilnya pun tidak maksimal.</li>
<li style="text-align: justify;">Bergabung dengan grup grup online lalu belajar bersama di grup tersebut. Saya merekomendasikan grup LPDP LN di telegram yang dapat diakses dengan mengunjungi tautan berikut https://t.me/LPDPLN</li>
<li style="text-align: justify;">Ketemuan dengan teman-teman di grup online untuk belajar bersama, khususnya untuk soal TPA dan diskusi bareng.</li>
<li style="text-align: justify;">Untuk ketiga jenis tes SBK (Verbal, numerik, dan penalaran), jangan meremehkan satu pun jenis soal. Seperti saya meremehkan penalaran dan akibatnya sangatlah fatal. Nilai saya sangat kecil di penalaran sampai saya tidak mempercayainya. Menyadari saya tidak tahu konsep sama sekali.</li>
<li style="text-align: justify;">List berbagai kemungkinan topik Essay OTS dan persiapkan masing-masing esainya untuk satu topik dalam sebuah draft khusus. </li>
<li style="text-align: justify;">Perbanyak membaca koran, menonton televisi, membaca berita hangat di Twitter, demi memperkuat dan memperkaya argumen yang dimiliki.</li>
<li style="text-align: justify;">Sebelum masuk ruangan ujian pastikan telah memenuhi hajat ke toilet, untuk buang air kecil maupun buang air besar.</li>
<li style="text-align: justify;">Penuhi sarapan terlebih dahulu meskipun sedikit. Karena ada salah satu teman saya yang maag nya kambuh saat melangsungkan SBK dan dia dipulangkan karena muntah-muntah. Sayang sekali, karena nilai numerik saya begitu tinggi, juga karena belajar dari dia.</li>
<li style="text-align: justify;">Tenanglah dan jangan cemas. Setiap kali cemas atau gugup melanda, tarik napas terlebih dahulu, berpikirlah dengan kepala yang dingin, jika butuh minum, maka minumlah, jika butuh ke WC, maka minta izin untuk ke WC. Sesulit apapun soal yang muncul, yakinkan dalam hati, bahwa dirimu akan baik-baik saja.</li>
<li style="text-align: justify;">Periksa kembali semua jawaban bahkan hingga detik-detik terakhir. Jangan tergoda untuk segera men-submit tes hanya karena yang lain telah menyelesaikannya.</li>
<li style="text-align: justify;">Banyak berdoa dan meminta doa dari orang tua. Karena ikhtiar hanyalah salah satu resep dari kesuksesan.</li>
</ol>
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<div style="-webkit-text-stroke-width: 0px; color: black; font-family: "Times New Roman"; font-size: medium; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin: 0px; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">
<br /></div>
Study Club TIKhttp://www.blogger.com/profile/09397145641512660752noreply@blogger.com8