Sudah lebih dari satu tahun sejak aku terakhir kali menulis blog. Terakhir kali aku menulis adalah pada 10 Juni 2023, dan aku mulai suka Xodiac pada 14 Juni 2023. Sejak itu, hidupku hampir seluruhnya dikelilingi oleh mereka selama aku menghilang.
Aku sedang mengambil jeda tiga bulan dari media sosial tempat biasanya aku fangirling, seperti Twitter dan TikTok. Kali ini, aku ingin menuliskan refleksiku.
Seperti biasa, hari-hariku terasa membosankan. Ketika merasa lelah, aku mencari hiburan di K-pop sebagai coping mechanism. Namun, pada suatu hari, aku benar-benar merasa kelelahan. Saat membuka Twitter untuk menikmati K-pop lagi, aku menyadari bahwa hiburan ini hanya memberikan kepuasan sementara dan tidak memenuhi kebutuhan psikologisku yang lebih mendalam.
Mengapa demikian? Aku bertanya-tanya. Mungkin, meskipun tampak membosankan, aku mulai menghadapi kenyataan dan memeluk kebosanan itu. Mungkin aku lebih baik daripada yang aku kira. Atau mungkin, aku tak perlu menemukan jawabannya.
Selama ini, aku juga sulit melepaskan diri dari Twitter karena merasa "spesial." Aku merasa dibutuhkan di fandom, dan kenyataannya Davin memang mengenaliku. Aku sudah melangkah sejauh ini dan telah mendapatkan banyak hal—cinta dari komunitas dan juga idolaku. Tapi, kapan itu cukup?
Mungkin aku ingin terus dianggap "spesial" oleh komunitas dan idolaku sendiri. Tapi aku tahu, itu tidak sehat. Maka, aku mencoba melakukan intervensi kognitif dengan mengingat fakta bahwa tugas seorang idola adalah membuat setiap penggemarnya merasa spesial.
Jika setiap penggemar spesial, apakah masih ada yang benar-benar spesial?
Kita mungkin mencintai idola sebagai individu, tapi dia hanya mencintai kita sebagai kelompok, bukan sebagai individu. Karena tahu cintaku sebagai individu hanya bertepuk sebelah tangan, aku mengaitkan identitasku sebagai bagian dari kelompok. Bahkan saat bertemu Davin, aku berkata "We love you," bukan "I love you." Meski cinta ini bersifat platonis, kata "I" terasa tertahan di ruang yang sesak, seolah tak seharusnya aku ucapkan.
Karena idola mencintai dalam konteks kelompok, aku merasa selalu mencari validasi dari penggemar lain dan sering kali membandingkan diriku dengan mereka, khawatir aku kurang. Aku donasi, aku punya photocard dan merchandise, aku beli album, dan sebagainya.
Tapi aku rindu masa-masa ketika K-pop tidak terasa seperti sebuah kompetisi.
Aku mulai menguji batas-batas diriku dan citra diri yang telah kubangun. Ketika ada photocard langka yang ditawarkan, aku dengan jujur berkata, "Aku bokek." Padahal sebelumnya, aku mungkin akan membelinya. Hal yang sama terjadi saat mendukung Davin di MySta; aku habiskan lebih dari 330k IDR untuk pre-vote pertama. Tapi ketika aplikasi bermasalah di pre-vote kedua, aku sengaja tidak terlalu berusaha.
Citra diri adalah "penjara" dan orang lain adalah "penjaganya." Untuk apa aku memenjarakan diriku sendiri dengan citra diri sebagai "sultan" padahal belum? Mungkin penghasilanku di atas rata-rata, tapi jalanku menuju kebebasan finansial masih panjang. Aku masih harus bekerja keras, menekan ego, menundukkan kepala selama 10 tahun, dan mengikis kebiasaan buruk.
Tidak ada citra diri yang perlu aku lindungi. Kenyataannya, aku tidak sespesial itu.
Banyak fansite yang hilang, dan seberapa sering aku memikirkan mereka? Tidak pernah. Aku perlu menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang peduli padaku seperti aku peduli pada diriku sendiri.
Jika aku meninggal sekarang, dalam 30 menit orang-orang yang menyaksikan pemakamanku sudah akan membicarakan hal-hal sepele seperti makanan yang kurang asin atau memusingkan jaringan internet yang lambat. Mereka akan melanjutkan hidup, dan aku mati, sendirian.
Aku ingat seorang penggemar berkata ingin keluar dari fandom, dan penggemar lain menjawab, "Tidak apa-apa, mati satu tumbuh seribu." Kenyataannya memang begitu, dan hal itu akan berlaku bagi semua penggemar, termasuk aku.
Suatu hari, aku iseng membuat daftar fans Davin di Twitter dan menemukan lebih dari 70 orang. Aku tahu, sebagian besar nama ini akan kulupakan, kecuali mereka muncul di timeline atau menggunakan hashtag #Davin. Begitu juga sebaliknya, mereka akan melupakanku. Jadi, untuk apa merasa spesial?
Kesadaran ini seharusnya membebaskan.
Aku ingin menjadi penggemar yang low-key, yang memiliki duniaku sendiri, dengan aturan mainku sendiri. Aku harap aku bisa terus mawas diri dan tidak terjebak dalam pencarian validasi atau "kompetisi" di fandom. Meski aku sadar sebagai manusia, aku akan selalu mencari validasi, aku berharap bisa mencarinya dari pihak yang tepat untuk alasan yang baik.
Aku cinta banget sama grup ini. Xodiac adalah hiburan sederhana di tengah peliknya kehidupan. Di tengah ambisi yang begitu besar, kehadiran mereka adalah bukti bahwa aku dapat menemukan kebahagiaan di sesuatu yang sederhana.
Tapi pada akhirnya, ini hanya musik. Aku bisa terhubung dengan komunitas, feel the sense of belonging, dan membiarkan idol K-pop menginspirasiku, tapi aku tak boleh kehilangan perspektif tentang peran yang lebih besar yang bisa aku lakukan di dunia nyata.
Jika memang harus ada yang dikorbankan untuk tumbuh, bukankah selalu begitu? Tumbuh selalu melibatkan sisi duka dan kehilangan, seperti kulit telur yang retak sebelum anak ayam keluar dari dalamnya.
No comments:
Post a Comment
Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.