Sejujurnya,
aku tidak mengerti, kenapa seseorang yang masih hidup berandai-andai? Seakan jika
dia bisa mengembalikan masa lalu dan membuat keputusan yang berbeda, dia yakin bahwa
kehidupan akan lebih baik. Bahkan jika itu sesuatu yang sebenar-benarnya
menunjukkan sebuah kerugian atau kehilangan.
Sebagai
contoh, jika saja dia melewatkan sebuah investasi besar pada startup yang
nantinya akan menjadikan dia triliuner, misal Facebook. Kemudian dia begitu
menyesal dan berandai-andai jika saja dia berinvestasi di sana. Padahal, dalam
skenario yang berbeda, misal dia menjadi investor Facebook dan akhirnya dia diundang
menjadi pembicara ke sana ke mari, misal Jepang. Bisa saja saat dia naik
pesawat ke Jepang tersebut, pesawat itu jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya.
Atau
jika seorang pria memilih satu di antara dua perempuan untuk dia nikahi, kemudian
di masa depan dia sering bertengkar dengan istrinya, dia pun menyesal dan
berpikir, “Andai aku memilih perempuan yang lain.” Padahal dia juga tidak tahu,
bisa jadi, ketika dia menikahi perempuan yang lain, perempuan tersebut terkena
penyakit kronis untuk jangka panjang yang membuatnya hidup larut dalam
depresi dan penderitaan.
Suatu
hari, aku ditanya pada seminar yang diadakan Indonesia Mengglobal, “Kak Maryam,
kenapa tahu bahwa saat itu adalah masa yang tepat untuk melanjutkan S2?” Jujur,
aku melanjutkan S2 tanpa pengalaman bekerja dan aku mengambil jurusan psikologi
yang pendekatannya integrative, alias fokusnya tidak terlalu sempit. Tidak
seperti sebagian besar orang yang tujuan studinya lebih spesifik.
Kemudian
aku menjawab, “Aku hanya mengikuti kata hatiku untuk menggali lebih banyak
ilmu. Aku juga tidak tahu apakah itu waktu yang tepat atau tidak, tapi tidak
ada mesin waktu dan kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengetahui mana
keputusan yang tepat dan salah. Aku hanya merasa gak puas dengan ilmuku selama
S1. Pun, ketika aku sudah lulus, aku sadar bahwa lowongan pekerjaan yang bisa
aku daftar itu jadi lebih sempit. Akan tetapi, aku percaya bahwa aku bisa menciptakan jalan dan peluang-peluang itu sendiri. Aku mengambil keputusan dengan cepat, menuruti
apa kata hatiku.”
Inilah
kenapa aku sangat menyukai Garyvee. Dia mengikuti kata hatinya dan mengambil
keputusan dengan cepat. Dia tidak menyesali apapun.
Tadi
pagi aku jogging sambil mendengarkan podcast TED. Dalam podcast tersebut
disebutkan salah satu rahasia orang resilien adalah dia melakukan selective
attention. Dia memfokuskan pikirannya kepada hal-hal positif dibandingkan
hal-hal negative. Sang pembicara sendiri merupakan pakar resiliensi dan dia
trauma survivor. Dia kehilangan anak perempuannya yang berusia 10 tahun dalam
sebuah kecelakaan maut. Awalnya dia berandai-andai jika saja terdapat berbagai
skenario berbeda yang mencegah anaknya agar tidak meninggal. Namun akhirnya dia
mulai berpikir, “Dalam psikologi ini disebut benefit finding. Cari hal-hal yang
membuat bersyukur. Setidaknya anakku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang cepat, bukan kesakitan dan sekarat bertahun-tahun karena penyakit kronis. Terlebih lagi, aku masih punya dua anak
laki-laki yang aku cintai. Jangan kehilangan apa yang kita miliki untuk apa
yang sudah hilang.”
Berandai-andai
hanya akan membahayakan kita. Itu membahayakan kesehatan mental kita, membuat
kita miskin bersyukur, dan akhirnya membuat kita terhambat dalam meraih tujuan
yang ingin kita raih atau tugas yang harus dilaksanakan.
Aku sendiri tidak suka berandai-andai, dan jika aku mendapatkan otakku melakukan hal tersebut, aku langsung sadar bahwa itu mengarahkan pada jalan yang sesat. Alhamdulillah, hingga saat ini nalarku lebih kuat untuk menghalaunya karena aku tahu itu hal bodoh yang membahayakan.
Sejujurnya,
saat aku membaca bahwa ini adalah tema dari 30-DWC, aku langsung bingung menyusun
ide karena tidak ada satu pun hal di dunia ini yang aku andai-andaikan terjadi
berbeda. Menurutku, satu-satunya
tempat untuk berandai-andai adalah ketika kita sudah mati. Jika kita tidak
cukup bertakwa kepada-Nya, tidak punya banyak bekal dan tidak sempat bertobat
dari dosa-dosa.
#30DWCJilid3
#Day24
#Andai
No comments:
Post a Comment
Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.