Pages - Menu

Laman

Thursday, November 18, 2021

Jangan Memusingkan Harga Diri!

 


Beberapa hari yang lalu, saya melihat postingan ini lewat di Instagram Explore. Tulisannya “Don’t feel sad if someone rejects you, people usually reject expensive things and go for the cheap one,” yang berarti “Jangan sedih jika seseorang menolakmu. Orang biasanya menolak hal-hal yang mahal dan memilih yang murah.”

Baiklah, tulisan ini mungkin uneg-uneg karena saya tidak bisa mencerna quote tersebut. Karena tidak tercerna dengan baik, jadi saya merasa benar-benar ingin “mengeluarkannya.”

Saya sungguh tidak mengerti kenapa seseorang harus merendahkan orang lain agar bisa meninggikan dirinya? Mereka yang mengiyakan post ini mungkin memiliki insekuritas yang sangat besar dan berusaha menutupnya dengan meninggikan diri mereka sendiri. Karena merasa bahwa diri mereka tidak “tinggi” mereka pun terpaksa merendahkan orang lain.

Kita sering punya standar ganda. Kita begitu yakin bahwa ucapan orang lain tidak menentukan siapa kita. Tetapi kita merasa ucapan kita menentukan siapa orang lain?

Padahal, ucapanmu tidak mendefinisikan orang lain. Ucapanmu mendefinisikan dirimu sendiri. Psikolog dari NYU, Guy Winch, berkata bahwa kualitas yang kita lihat pada orang lain menyampaikan banyak hal mengenai bagaimana kamu melihat dirimu sendiri!

Mengenai standar ganda. Kita sering meyakini standar tertentu jika itu menguntungkan kita, dan menaruh standar yang berbeda pada orang lain. Dalam Psikologi Kognitif dan Psikologi Perkembangan, orang yang hanya bisa berpikir dari sudut pandangnya sendiri disebut tidak memiliki theory of mind. Mereka juga sering memiliki false belief (kepercayaan palsu). Selama masa perkembangan, ini terjadi pada anak-anak di bawah usia enam tahun.

Jika seseorang menolakmu atau mencampakkanmu, wajar jika kamu merasa sedih. Mereka tidak memperjuangkanmu dan membuatmu menanyakan harga dirimu sendiri. Kamu boleh bersedih, tapi jangan berlarut-larut. Jika perlu, tidak usah lagi lah memikirkan sesuatu yang namanya harga diri!

Saya teringat salah satu nasihat dari Guy Winch.

“Harga diri kita tidak tetap atau stabil. Kita bisa merasa baik tentang diri kita sendiri suatu pagi, dan buruk tentang diri kita sendiri keesokan harinya. Tanpa alasan yang jelas sama sekali.

Harga diri kita bertentangan. Kita bisa merasa benar-benar tidak berharga dan tidak berguna. Namun kita masih percaya bahwa kita adalah berlian di tengah lumpur. Permata yang menunggu untuk ditemukan.

Harga diri kita tergantung pada bagaimana kita menyikapi sesuatu. Ketika seseorang memberi tahu bahwa kita melakukan pekerjaan dengan baik, kita ikut mengartikannya begitu. Atau sebaliknya.

Mengingat begitu sering harga diri berubah-ubah dan kontradiktif, mungkin kita seharusnya tidak terlalu memperhatikan harga diri.

Mungkin hari-hari dengan harga diri rendah sebenarnya hanyalah hari-hari dengan suasana hati atau energi yang rendah. Mungkin kita merasa buruk namun tetap mengakui bahwa kita layak.”

Sebagai seorang Muslim, saya sendiri merasa bahwa kisah Abu Bakar melamar Fatimah sangat inspiratif. Abu Bakar adalah sahabat terdekat Nabi. Beliau memiliki julukan Ash Shiddiq (orang yang terpercaya), tutur katanya lembut, kaya raya di dunia dan akhirat hingga Malaikat Jibril ditugaskan untuk menjaga surganya Abu Bakar yang begitu luas.

Tetapi saat Beliau melamar Fatimah, Allah menetapkan hati Nabi Muhammad untuk menolak tawaran tersebut. Sampai akhirnya Ali datang dan Allah membalikkan hati Nabi Muhammad untuk akhirnya menjodohkan putrinya dengan Ali bin Abi Thalib.

Ali juga seorang sahabat yang mulia. Hanya dua sahabat Nabi yang tidak pernah menyembah Berhala sebelum Islam datang, Abu Bakar dan Ali. Keduanya memiliki kemuliaan dan keutamaan masing-masing. Keduanya juga salah satu dari Khilafah yang memimpin Muslim setelah Nabi wafat. Tetapi Allah menetapkan segala sesuatu sesuai kadarnya masing-masing.

Bukan karena seseorang lebih tinggi atau lebih rendah, lebih kaya atau lebih miskin, yang akhirnya menentukan apakah kita diterima atau ditolak seseorang. Sebuah hubungan yang kandas, terlepas apapun kisah yang melatarbelakanginya, sebenarnya ada satu hal yang bisa dijejak sebagai penyebab: terdapat ketidakcocokan.

Sebagaimana kamu bisa menjadi satu paket utuh tapi terkirim ke alamat yang salah. You can be a whole package but delivered to a wrong address. Bukan karena kamu tidak berharga atau orang lain lebih berharga dan lain sebagainya, tapi simply, terdapat ketidakcocokan. 

No comments:

Post a Comment

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.