5 Tahun sudah kami menikah, sangat tak terasa waktu berjalan, walaupun kami hanya berdua saja.
Karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu - satunya dalam keluarga nya.. jadi aku harus berusaha untuk dapat meneruskan generasi nya...
Alhamdulillah suamiku mendukung ku.... Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan NYA.
Tapi keluarga nya mulai resah,, Dari awal kami menikah ibu & adiknya tidak menyukaiku,, aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka,,tapi aku menutupi dari suami ku.....
Didepan suami ku,,mereka sangat baik pada ku,,tapi dibelakang suami ku,,aku dihina - hina oleh mereka...
Pernah suatu ketika, 1 tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan,, ,mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda.
Ia dirawat dirumah sakit,,pada saat dia belum sadarkan diri,,aku selalu menemaninya siang & malam, kubacakan ayat - ayat suci Al - Qur'an,aku sibuk bolak - balik rumah sakit dan tempat aku melakukan aktivitas sosialku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karean kecelakaan.
Ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami,,aku melihat didalam kamarnya ada ibu, adik - adiknya dan teman - teman suamiku, dan satu lagi aku melilhat seorang wanita yg sangat akrab dengan ibunya. Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar,,tapi aku tak boleh sedih di depannya.
Kubuka pintu yg tertutup rapat itu,sambil mengatakan "Assalammu'alaikum" mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku,,, suamiku menatapku penuh manja,,mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. Tangannya melambai,,mengisyar atkan aku untuk memegang tangannya yg erat. Setelah aku menghampirinya, ku cium tangannya sambil berkata "Assalammu'alaikum" , ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih tapi penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Ibu nya lalu berbicara sama aku ...
"Fis, kenalakan ini Desi teman Fikri"
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi, dan diya sangat akrab dengan keluarga suamiku. Dan akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga.
Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan,,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka - luka di kepala suamiku,,,baru sebentar aku membersihkan mukanya,,tiba - tiba adik ipar ku yg bernama Dian mengajakku keluar,ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata " lebih baik kau pulang saja " Ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "
Aku pun tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat, karena sikologisnya masih labil,, Aku berdebat dengannya mengapa aku tidak boleh pamitan pada suamiku, tapi tiba - tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia mengatakan hal yg sama, ia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak pamitan pada nya, toj suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah suamiku tetap saja membenarkannya, akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata. Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dlm kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain. Pagi itu, pada saat aku membersihakn pekarang rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami, sambil melihat ikan - ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya "Ada apa kamu memanggil ku ?"
Ia berkata "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang"
Aku menjawab "Iya sayang aku tahu, aku sudah mengemasi barang - barang kamu di travel bag dan kamu sudah pegang tiket bukan ?"
"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sdh lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku kan pulang dengan mama ku " Jawab nya tegas
"Mengapa baru bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana ?" tanya ku balik kepada nya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahu rencana kepulangannya itu, padahal aku bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.
"Mama minta aku yang menemani nya saat pulang nanti " jawab nya tegas
"Sekarang aku ingin seharian dengan kamu, karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan ?" lanjut nya lagi sambil memeluk ku dan mencium keningku. Hatiku sedih, dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku, dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya.
Walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarga nya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu pada ku karena suamiku sangat sayang pada ku, aku memutuskan agar ia saja yg pergi, dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya. Jadi seluruh keluarga nya harus komplit, aku pun tak diperdulikan oleh keluarganya harus datang atau tidak, tidak hadir justru membuat mereka sangat senang, aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluannya yang akan dibawa ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku lalu aku peluk erat dirinya, hati ini bergumam seakan terjadi sesuatu,,tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah di tinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama - sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian tidak punya teman, hanya pembantu saja teman ngobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi oleh nya. Sampai keesokan hari nya, aku menangis..menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya pada suamiku. Dia pasti akan selalu menelpon ku.
Berjauhan dengan suamiku, sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadi aku tak terlalu kesepian di tinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami buruk,saat ia di sana aku pun jatuh sakit...rahimku sakit sekali seperti dililit oleh tali,,,tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini,sampai - sampai aku mengalami pendarahan,, aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki - lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.... Aku menangis,,apa yang bisa aku banggakan lagi,,mertuaku akan semakin menghinaku,, ,suami ku yang malang,,yang berharap akan punya keturunan dari rahimku... Aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan aku hanya memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku menunggu ia pulang,,kapan ia pulang, aku tak tahu..
Sementara suamiku disana,,aku tidak tahu mengapa ia selalu marah - marah jika menelponku,, bagaimana aku akan cerita kondisiku jika ia selalu marah - marah terhadapku,,
Lebih baik aku tutupi dulu,,dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita pada nya.
Setiap hari aku menanti suami ku pulang, hari demi hari aku hitung....
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto - f oto kami, ponselku berbunyi, menandakan ada sms yang masuk.
Ku buka di inbox ponselku, ternayta dari suamiku yang sms, ia menulis "aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulang nya satu hari lagi, aku aku kabarin lagi".
Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba,,aku menantinya di rumah. Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir - akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubuka kan pintu untuknya ia pun mengucap salam, sebelum masuk aku pegang tangannya ke depan teras, ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku cuci kedua kakinya, aku tak mw ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami, setelah itu aku pun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksi nya ...
Masya Allah ia tidak mencium keningku, ia langsung naik keatas, ia langsung mandi dan tidur,tanpa bertanya kabarku..
Karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu - satunya dalam keluarga nya.. jadi aku harus berusaha untuk dapat meneruskan generasi nya...
Alhamdulillah suamiku mendukung ku.... Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan NYA.
Tapi keluarga nya mulai resah,, Dari awal kami menikah ibu & adiknya tidak menyukaiku,, aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka,,tapi aku menutupi dari suami ku.....
Didepan suami ku,,mereka sangat baik pada ku,,tapi dibelakang suami ku,,aku dihina - hina oleh mereka...
Pernah suatu ketika, 1 tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan,, ,mobilnya hancur. Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir membuat ku menjadi seorang janda.
Ia dirawat dirumah sakit,,pada saat dia belum sadarkan diri,,aku selalu menemaninya siang & malam, kubacakan ayat - ayat suci Al - Qur'an,aku sibuk bolak - balik rumah sakit dan tempat aku melakukan aktivitas sosialku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karean kecelakaan.
Ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami,,aku melihat didalam kamarnya ada ibu, adik - adiknya dan teman - teman suamiku, dan satu lagi aku melilhat seorang wanita yg sangat akrab dengan ibunya. Mereka tertawa menghibur suamiku.
Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar,,tapi aku tak boleh sedih di depannya.
Kubuka pintu yg tertutup rapat itu,sambil mengatakan "Assalammu'alaikum" mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku,,, suamiku menatapku penuh manja,,mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. Tangannya melambai,,mengisyar atkan aku untuk memegang tangannya yg erat. Setelah aku menghampirinya, ku cium tangannya sambil berkata "Assalammu'alaikum" , ia pun menjawab salam ku dengan suaranya yg lirih tapi penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.
Ibu nya lalu berbicara sama aku ...
"Fis, kenalakan ini Desi teman Fikri"
Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi, dan diya sangat akrab dengan keluarga suamiku. Dan akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga.
Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan,,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka - luka di kepala suamiku,,,baru sebentar aku membersihkan mukanya,,tiba - tiba adik ipar ku yg bernama Dian mengajakku keluar,ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata " lebih baik kau pulang saja " Ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. "
Aku pun tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat, karena sikologisnya masih labil,, Aku berdebat dengannya mengapa aku tidak boleh pamitan pada suamiku, tapi tiba - tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia mengatakan hal yg sama, ia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak pamitan pada nya, toj suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah suamiku tetap saja membenarkannya, akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata. Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dlm kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.
Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain. Pagi itu, pada saat aku membersihakn pekarang rumah kami, suamiku memanggil ku ke taman belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami, sambil melihat ikan - ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya "Ada apa kamu memanggil ku ?"
Ia berkata "Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang"
Aku menjawab "Iya sayang aku tahu, aku sudah mengemasi barang - barang kamu di travel bag dan kamu sudah pegang tiket bukan ?"
"Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sdh lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku kan pulang dengan mama ku " Jawab nya tegas
"Mengapa baru bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana ?" tanya ku balik kepada nya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahu rencana kepulangannya itu, padahal aku bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.
"Mama minta aku yang menemani nya saat pulang nanti " jawab nya tegas
"Sekarang aku ingin seharian dengan kamu, karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan ?" lanjut nya lagi sambil memeluk ku dan mencium keningku. Hatiku sedih, dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku, dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya.
Walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama suamiku, tapi karena keluarga nya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu pada ku karena suamiku sangat sayang pada ku, aku memutuskan agar ia saja yg pergi, dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya. Jadi seluruh keluarga nya harus komplit, aku pun tak diperdulikan oleh keluarganya harus datang atau tidak, tidak hadir justru membuat mereka sangat senang, aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluannya yang akan dibawa ke Sabang, ia menatapku dan menghapus airmata yang jatuh dipipiku lalu aku peluk erat dirinya, hati ini bergumam seakan terjadi sesuatu,,tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah di tinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama - sama kemana pun ia pergi.
Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian tidak punya teman, hanya pembantu saja teman ngobrolku.
Hati ini sedih akan di tinggal pergi oleh nya. Sampai keesokan hari nya, aku menangis..menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya pada suamiku. Dia pasti akan selalu menelpon ku.
Berjauhan dengan suamiku, sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadi aku tak terlalu kesepian di tinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami buruk,saat ia di sana aku pun jatuh sakit...rahimku sakit sekali seperti dililit oleh tali,,,tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini,sampai - sampai aku mengalami pendarahan,, aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki - lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.... Aku menangis,,apa yang bisa aku banggakan lagi,,mertuaku akan semakin menghinaku,, ,suami ku yang malang,,yang berharap akan punya keturunan dari rahimku... Aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan aku hanya memeluk adikku.
Aku kangen pada suamiku, aku menunggu ia pulang,,kapan ia pulang, aku tak tahu..
Sementara suamiku disana,,aku tidak tahu mengapa ia selalu marah - marah jika menelponku,, bagaimana aku akan cerita kondisiku jika ia selalu marah - marah terhadapku,,
Lebih baik aku tutupi dulu,,dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita pada nya.
Setiap hari aku menanti suami ku pulang, hari demi hari aku hitung....
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto - f oto kami, ponselku berbunyi, menandakan ada sms yang masuk.
Ku buka di inbox ponselku, ternayta dari suamiku yang sms, ia menulis "aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulang nya satu hari lagi, aku aku kabarin lagi".
Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba,,aku menantinya di rumah. Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir - akhir ini.
Bel pun berbunyi, kubuka kan pintu untuknya ia pun mengucap salam, sebelum masuk aku pegang tangannya ke depan teras, ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku cuci kedua kakinya, aku tak mw ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami, setelah itu aku pun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksi nya ...
Masya Allah ia tidak mencium keningku, ia langsung naik keatas, ia langsung mandi dan tidur,tanpa bertanya kabarku..
Selanjutnya: