Assalamu’alaikum... Jadi rada nganeh gini karena ingin memperkenalkan diri. Ehem! Tapi gak ada salahnya, kan? Seperti kata pepatah, tak kenal maka ta’aruf. Gak kenal maka kenalan. Hehe...
Well, namaku Maryam Qonita, tapi orang-orang manggilku Deta. Soalnya sejak kecil dipanggilnya De Qonita, De N’ta, lama-lama jadi Deta. Jadi sebenarnya siapa aja yang memanggilku Deta, secara tidak langsung manggil aku ade walaupun aku lebih tua. Tapi tidak apa-apa, aku tidak masalah dengan itu.
Sekarang aku lagi aktif menjadi seorang santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, sebuah Pondok Pesantren modern di kaki gunung ciremai. Dan aku membuat blog ini soalnya emang sejak kecil senang sekali menggeluti dunia tulis menulis. Emang sih masih terbilang pemula, tapi aku tidak menunggu untuk menjadi professional baru membuat blog. Aku justru membuat blog ini sebagai jejak-jejak aku menuju penulis professional yang sejati nanti. Amiin...
Awal aku mulai menulis adalah saat kelas 3 SD. Waktu itu aku membuat cerita berbentuk komik yang mengisahkan tentang anak perempuan yang menderita. Tipikal cerita Cinderella judulnya Gadis Malang dan Tiga Peri Kecil. Waktu itu aku belum mempublikasikan cerita itu. Cerita pertama yang aku publikasikan judulnya Ngotak-Ngatik Teman. Alhamdulillah teman-teman aku banyak yang suka ceritanya, dan mulai saat itu aku jadi pede nulis cerita buat dipublikasikan.
Gejolak Dua Mimpi
Walau di tengah jalan aku banyak mempublikasikan karya buat teman-teman, tapi aku masih merasa kalau menjadi penulis bukanlah cita-cita. Paradigma yang tertanam bahwa cita-cita adalah sesuatu yang benar-benar aku kejar dengan sekuat tenaga. Tapi menulis... aku tidak merasakan banyak keluar energi untuk itu. Aku melakukannya untuk bermain dan bersenang-senang saja. Sehingga aku tidak merasakan perjuangan berat itu yang katanya jalan menuju sukses.
Saat kelas 3 MTs, di pelajaran TIK ada materi HTML dan (bukan maksud sombong) diantara semua teman sekelas, aku benar-benar cepat mengerti kode-kode itu. Dan aku sangat senang sekali mengotak-ngatik kodenya. Sehingga sebelum diberi materi selanjutnya, aku sudah melangkah lebih dahulu. Karena dicap sebagai yang paling jago TIK, aku jadi semakin percaya diri. Aku ingin lebih maju dan maju lagi. Aku pun membeli buku-buku tentang HTML dan PHP.
Waktu berjalan, aku sudah kelas 1 Aly. Rasanya aku ingin ikut Olimpiade Sains Nasional bidang Informatika. Akhirnya aku pun belajar Pemrogramman Pascal habis-habisan. Setiap hari menghabiskan berjam-jam di depan komputer dan mengambil semua tutorial dari internet. Pak Asep, ustaz Pascal yang mengajar study club TIK bahkan bisa memercayakan kepadaku setiap teman yang bertanya di kelas. Walhasil aku ibarat jadi guru kedua setelahnya.
Aku pun jadi percaya bahwa inilah bakat dan inilah cita-citaku. Tapi satu yang jelek yang akhirnya membuat aku berhenti belajar. Bahwa tidak memahami kalau jalan menuju sukses itu penuh kerikil. Ustaz Pascal keluar dari Pesantren karena menjadi PNS. Berbulan-bulan study club tidak jalan, sampai akhirnya digantikan oleh ustazah. Tapi tidak lama dia mengajar, dia juga keterima menjadi PNS. Bolak-balik aku mengadu ke Tata Usaha agar ada guru baru. Tapi di pesantren ini tidak ada lagi guru yang bisa pascal.
Aku pun menjadi penakut. Aku selalu resah memikirkan masa depan. Aku takut aku gak bisa masuk OSN. Sehingga belajar pun menjadi sesuatu yang menekan dan menyiksa. Rasanya seperti dikejar oleh waktu dan aku dituntut paham materinya. Tapi aku tidak punya seseorang untuk bertanya. Dan ketakutan itu membuatku terhambat. Persis seperti yang dialami oleh Raju Rastogi di film 3 Idiots.
Study Club TIK dihapus karena tidak ada guru pembimbing. Itu artinya sekolah tidak akan mengutus muridnya OSN. Belum lagi aku sudah terhambat, dan tidak belajar lagi berbulan-bulan karena rasa takut yang kekanak-kanakan. Mungkin sedih dan kecewa, tapi aku paham sesuatu bahwa seharusnya OSN bukanlah yang kukejar waktu itu. Harusnya aku mengejar proses belajarnya. Tetapi, masih panjang jalan di depan Insya Allah, dan aku ingin melaluinya dengan lebih memerhatikan langkahku saat ini agar tidak jatuh, agar hari dapat berlalu dengan baik tanpa resah pada masa depan.
Aku ingin merdeka dalam bekerja, makanya aku putuskan ingin menjadi penulis. Menulis berbeda dengan programming. Saat menulis rasanya seperti bermain di taman imajinasi yang begitu indah sehingga aku merasa tidak tertekan oleh apapun. Walaupun sampai saat ini aku ingin menjadi programmer, tapi aku akan menomorsatukan menulis karena dengan itu aku merasa bahagia. Bukankah bahagia merupakan kunci kesuksesan?
Mulai saat itulah, aku membuat blog ini dimana aku berharap bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya pada orang lain.
Tulisan Selanjutnya:
2012: Mengenal Maryam Qonita Part 2
2018: Mengenal Maryam Qonita Part 3
Well, namaku Maryam Qonita, tapi orang-orang manggilku Deta. Soalnya sejak kecil dipanggilnya De Qonita, De N’ta, lama-lama jadi Deta. Jadi sebenarnya siapa aja yang memanggilku Deta, secara tidak langsung manggil aku ade walaupun aku lebih tua. Tapi tidak apa-apa, aku tidak masalah dengan itu.
Sekarang aku lagi aktif menjadi seorang santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah, sebuah Pondok Pesantren modern di kaki gunung ciremai. Dan aku membuat blog ini soalnya emang sejak kecil senang sekali menggeluti dunia tulis menulis. Emang sih masih terbilang pemula, tapi aku tidak menunggu untuk menjadi professional baru membuat blog. Aku justru membuat blog ini sebagai jejak-jejak aku menuju penulis professional yang sejati nanti. Amiin...
Awal aku mulai menulis adalah saat kelas 3 SD. Waktu itu aku membuat cerita berbentuk komik yang mengisahkan tentang anak perempuan yang menderita. Tipikal cerita Cinderella judulnya Gadis Malang dan Tiga Peri Kecil. Waktu itu aku belum mempublikasikan cerita itu. Cerita pertama yang aku publikasikan judulnya Ngotak-Ngatik Teman. Alhamdulillah teman-teman aku banyak yang suka ceritanya, dan mulai saat itu aku jadi pede nulis cerita buat dipublikasikan.
Gejolak Dua Mimpi
Walau di tengah jalan aku banyak mempublikasikan karya buat teman-teman, tapi aku masih merasa kalau menjadi penulis bukanlah cita-cita. Paradigma yang tertanam bahwa cita-cita adalah sesuatu yang benar-benar aku kejar dengan sekuat tenaga. Tapi menulis... aku tidak merasakan banyak keluar energi untuk itu. Aku melakukannya untuk bermain dan bersenang-senang saja. Sehingga aku tidak merasakan perjuangan berat itu yang katanya jalan menuju sukses.
Saat kelas 3 MTs, di pelajaran TIK ada materi HTML dan (bukan maksud sombong) diantara semua teman sekelas, aku benar-benar cepat mengerti kode-kode itu. Dan aku sangat senang sekali mengotak-ngatik kodenya. Sehingga sebelum diberi materi selanjutnya, aku sudah melangkah lebih dahulu. Karena dicap sebagai yang paling jago TIK, aku jadi semakin percaya diri. Aku ingin lebih maju dan maju lagi. Aku pun membeli buku-buku tentang HTML dan PHP.
Waktu berjalan, aku sudah kelas 1 Aly. Rasanya aku ingin ikut Olimpiade Sains Nasional bidang Informatika. Akhirnya aku pun belajar Pemrogramman Pascal habis-habisan. Setiap hari menghabiskan berjam-jam di depan komputer dan mengambil semua tutorial dari internet. Pak Asep, ustaz Pascal yang mengajar study club TIK bahkan bisa memercayakan kepadaku setiap teman yang bertanya di kelas. Walhasil aku ibarat jadi guru kedua setelahnya.
Aku pun jadi percaya bahwa inilah bakat dan inilah cita-citaku. Tapi satu yang jelek yang akhirnya membuat aku berhenti belajar. Bahwa tidak memahami kalau jalan menuju sukses itu penuh kerikil. Ustaz Pascal keluar dari Pesantren karena menjadi PNS. Berbulan-bulan study club tidak jalan, sampai akhirnya digantikan oleh ustazah. Tapi tidak lama dia mengajar, dia juga keterima menjadi PNS. Bolak-balik aku mengadu ke Tata Usaha agar ada guru baru. Tapi di pesantren ini tidak ada lagi guru yang bisa pascal.
Aku pun menjadi penakut. Aku selalu resah memikirkan masa depan. Aku takut aku gak bisa masuk OSN. Sehingga belajar pun menjadi sesuatu yang menekan dan menyiksa. Rasanya seperti dikejar oleh waktu dan aku dituntut paham materinya. Tapi aku tidak punya seseorang untuk bertanya. Dan ketakutan itu membuatku terhambat. Persis seperti yang dialami oleh Raju Rastogi di film 3 Idiots.
Study Club TIK dihapus karena tidak ada guru pembimbing. Itu artinya sekolah tidak akan mengutus muridnya OSN. Belum lagi aku sudah terhambat, dan tidak belajar lagi berbulan-bulan karena rasa takut yang kekanak-kanakan. Mungkin sedih dan kecewa, tapi aku paham sesuatu bahwa seharusnya OSN bukanlah yang kukejar waktu itu. Harusnya aku mengejar proses belajarnya. Tetapi, masih panjang jalan di depan Insya Allah, dan aku ingin melaluinya dengan lebih memerhatikan langkahku saat ini agar tidak jatuh, agar hari dapat berlalu dengan baik tanpa resah pada masa depan.
Aku ingin merdeka dalam bekerja, makanya aku putuskan ingin menjadi penulis. Menulis berbeda dengan programming. Saat menulis rasanya seperti bermain di taman imajinasi yang begitu indah sehingga aku merasa tidak tertekan oleh apapun. Walaupun sampai saat ini aku ingin menjadi programmer, tapi aku akan menomorsatukan menulis karena dengan itu aku merasa bahagia. Bukankah bahagia merupakan kunci kesuksesan?
Mulai saat itulah, aku membuat blog ini dimana aku berharap bisa memberi manfaat sebanyak-banyaknya pada orang lain.
Tulisan Selanjutnya:
2012: Mengenal Maryam Qonita Part 2
2018: Mengenal Maryam Qonita Part 3
Assalamualaikum Wr.Wb
ReplyDeleteSalam sejahtera dari Kota Santri di Aceh kami beranjak dan nyasar di sini mohon dianterin pulang ya, keep writing terus sahabat
Koneksi Internet semakin murah, kalo bisa akses Internet sebenarnya Deta bisa belajar secara online dengan banyak orang tak terhalangi ruang dan waktu. Belajar Pascal, PHP, dll itu sudah banyak informasinya di Internet, bahkan banyak orang bersedia membagi ilmunya.
ReplyDeleteKalau Deta rajin nge-blog, berarti punya akses Internet dong ya. Nah manfaatkan juga mencari ilmu pengetahuan di Internet. Begitu banyak yang bisa dipelajari, mulai dari yg negatif (bikin bom utk teror) sampai yg positif (mulai dari dapat ilmu sampai berbisnis alias dapat dana). Tentu Deta pilih yg bisa mengantarkan diri masuk surga-Nya, kan ? :)
Hambatan ketiadaan guru sebenarnya bisa diubah menjadi tantangan. Dengan terbukanya akses Internet, sebenarnya telah terbuka akses untuk belajar secara mandiri. Dan filosofi jenjang pendidikan Sarjana Strata 1 sampai 3 itu adalah menuju kemandirian dalam meraih ilmu pengetahuan.
Di luar sana banyak orang baik yg bersedia mengajari bahkan lebih baik lagi yaitu menjadi partner saling berbagi ilmu (seperti petunjuk di surah Al Ashr 103).
Selamat menjelajah lautan ilmu ya!
"Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (18:109)
salut Det...
ReplyDeletekeep on moving:)
Salam alaikum, salam kenal Neng.. wadaw, sampe jago pascal, HTML, dan PHP dong? (PHP ane asli gak paham XD)
ReplyDeletebtw, leluhur ane juga dari kaki Gunung Ciremai loh.. :D
mampir and follow ye..http://www.kangdiyon.blogspot.com/
ReplyDeletehttp://www.kangdiyon.blogspot.com/
Ngintip dari Grup melipir ke blog'nya Deta..
ReplyDeleteWuiiihh..dirimu keren bangeet ya..udah banyak prestasi
Hayuu,,di rampungkan novelnya...biar bisa di publish juga ^_^
detaa, mampirlah ke blog ku.. insyaAllah mulai aktif lagi di blog :)
ReplyDelete