Kebohongan terbesar?
Meskipun memang dari definisinya sendiri, kita tidak akan pernah tahu apa itu
kebohongan terbesar. Tapi kalau menurut definisi penulis , kebohongan-kebohongan yang bisa
dikatakan terbesar adalah karena diterima oleh banyak orang sebagai suatu
kebenaran – padahal tidak.
Waktulah yang pada
akhirnya akan mengungkap mereka, atau momen tertentu yang dianugerahi dalam
hidup. Kita semua hidup di dunia penuh kegelapan dan kita akan mendapat
pemahaman yang lebih baik terkait dusta-dusta yang sudah kita telan
satu-persatu. Dan inilah yang penulis rangkum…
Uang
Tidak Membawa Kebahagiaan
Murni sebuah
kebohongan. Uang adalah akar dari
kebanyakan permasalahan di dunia ini, namun juga merupakan solusi. Selalu
sangat penting, meskipun bukan yang terpenting. Dan akan selalu begitu.
“Terimakasih Anda Telah Tertarik Pada Universitas ______, setelah pertimbangan yang penuh kehatian-hatian, kami menyesal menginformasikan pada Anda bahwa Anda tidak lulus. Kami menerima banyak sekali aplikasi, dan kami tidak bisa menerima semua kandidat yang pantas dan hebat lainnya.”
Errr…. Mereka tidak menyesal sama sekali dan kamu memang tidak pantas dan tidak hebat.
Kerja Keras Adalah Kunci Kesuksesan
Lalu bagaimana dengan para kuli bangunan, para petani, penambang batu, dan para pekerja keras lainnya? Kerja keras bukanlah kunci kesukesan, karena selain itu, kamu harus unik, cerdas, dan punya bakat. Kerja keras hanyalah kunci untuk menjadi biasa-biasa saja!
Hidup
itu Adil, Karena Tidak Adil Untuk Semua Orang.
Kalimat ini tentunya
dikatakan oleh seseorang yang tidak mengerti intisari dari kerasnya dan
serakahnya dunia.
Setiap Orang Itu Spesial
Kecuali kamu seorang nabi
atau anak raja, kamu itu tidak spesial sama sekali. Bahkan kamu tidak memenuhi
syarat untuk menjadi biasa-biasa saja. Seseorang membuat dirinya special
melalui hal-hal yang dilakukannya. Membuat diri sendiri biasa-biasa saja
ataupun berharga, yakni dengan usaha sendiri.
“Aku
tidak tahu mengapa aku hamil, aku tidak pernah seks. Lalu anak ini pastilah
Anak Tuhan”
Bahkan Yesus sendiri tak pernah mengatakan dirinya
anak Tuhan.
Saya
akan belajar besok!
Errr… itu artinya saya harap saya akan belajar besok.
Bersakit-sakit
Dahulu, Bersenang-senang Kemudian
- Saat SMA, orang tua cenderung mengatakan, belajar yang keras 3 tahun ini, kau bisa bersenang-senang saat kuliah nanti!
- Saat kuliah, orang tua cenderung mengatakan, belajar yang keras 4 tahun ini, kau bisa bersenang-senang saat kelulusan nanti!
- Setelah kelulusan, aku akan bekerja keras untuk beberapa tahun, menjadi orang kaya raya, dan menikmati masa pensiun!
- Setelah pensiun, aku seharusnya menikmati hidupku saat masih berenergi, bersemangat, dan sehat!
Saya
Tidak Perlu Mencatat Pelajaran di Kelas, Karena Saya Akan Mengingatnya.
Kebanyakan yang dilakukan
oleh para murid-murid SMA maupun anak kuliahan. Pada akhirnya banyak yang tidak
diingat saat ujian mendekat.
“Bagaimana
kabarmu?”
“Baik,
bagaimana denganmu?”
“Baik
juga. Terimakasih.”
Meski tak selamanya
kalimat ini adalah kebohongan, namun orang cenderung mengatakan bahwa dirinya
baik-baik saja. Dan penanya menanyakan pertanyaan yang jawabannya dia tidak
ingin tahu. Inilah yang disebut dengan “pelumas sosial” dan terkadang pertanyaan
ini sama sekali tidak tulus.
Jika seseorang
menanyakan kabarmu, dan harimu memang sedang sial, maka bagaimana kalau
mengatakannya begini: “Hariku menyebalkan, bagaimana denganmu?”