Tulisan ini hanya curhatku yang pengin aku bagi kepada kawan pembaca Santri Menulis. Mungkin salah satu dari kalian juga ada yang merupakan bagian dari kru majalah sekolah. Walaupun mungkin pengalamannya beda-beda, tapi sebenarnya intinya sama aja. Dimana kita dikejar deadline, menerima pujian dan kadang cemoohan dari pembaca. Emang sih rasanya berat menerima cemoohan, tapi ayo kawan, anggap cemoohan mereka adalah batu yang dilempar pada kita (redaksi) dan kita bangun pondasi dari batu-batu itu agar kita makin kuat. Bukan menolaknya dan bukan pula membiarkan batu-batu itu membuat kita jatuh.
Dan pujian, untuk yang satu ini, tersenyum aja kalau kita menerima pujian. Jangan sampai pujian demi pujian malah membuatku kita besar kepala dan merasa hebat karena tulisan-tulisan kita dikagumi banyak orang. Ingat, ketika kita merasa sombong akan kemampuan kita, saat itu pulalah Allah menghilangkan kemampuan kita tersebut.
Sebelumnya aku minta maaf buat kawan pembaca Santri Menulis, karena blog ini sudah lama gak diupdate. Akhirnya untuk mengisi kekosongan aku memuat banyak informasi lomba menulis. Karena kebetulan blog ini punya segmen menulis dan pasti banyak teman-teman di dunia maya mencari info lomba menulis. Walau mungkin pengunjung blog aku jadi banyak, sekitar 100 s/d 250 orang sehari (bagiku ini cukup banyak) karena memuat postingan populer. Tapi sebenarnya aku ngerasain sendiri, temen yang kudapat jadi sedikit. Blog aku emang banyak pengunjungnya, tapi jarang yang bertahan lama dan nempel. Bisa dilihat dari komentar anonym yang melimpah, pengunjung buku tamu tak dikenal, tapi followers gak nambah-nambah.
Maaf karena gak memuat postingan seperti dulu seperti cerpen, cerbung, berbagi pengalaman, dll. Itu karena aku hanya menjadikan blog ini pelarian dari belajar dan organisasi di sekolah. Ketika aku mulai jenuh dan bosan dengan belajar dan organisasi, aku menulis apa aja yang ada di kepala untuk nantinya diposting. Tapi belakangan ini aku mulai mencintai aktivitasku sehari-hari. Jadi udah gak ada lagi istilah blog pelarian saat aku jenuh dengan aktivitas. Dan blog ini pun terabaikan.
Salah satu aktivitas yang paling aku cintai adalah menjadi kru majalah GenQ paper (singkatan GP). Majalah santri putri Pondok Pesantren Husnul Khotimah yang terbit tiap bulan dengan menginduk kepada Majalah Husnul Khotimah. Walaupun aku hanya editor, tapi kadang aku merangkap menjadi layouter (ini bisa dibilang sering), jadi redpel (terima naskah beberapa kali), jadi reporter (nulis fokus utama walau Cuma sekali), bahkan pemred (nulis salam redaksi dua kali). Sebenarnya aku juga kurang suka dengan timpang bangetnya pekerjaan begini. Tapi beginilah keadaannya. Mungkin karena kru yang lain juga terbanjiri dengan organisasi lain, entah kenapa sulit banget buat kumpul. Akhirnya baru terurus 2 sampai 3 hari sebelum deadline. Kalau keadaan udah sehari sebelum deadline, maka hampir semua halamannya diserahkan padaku.
Sudah tiga kali aku gak masuk sekolah demi layout. Buat kalian yang bisa corel, kalian pasti tau kalau software yang satu ini emang rada menyita waktu. Tapi hasilnya emang memuaskan. Pernah satu kali ketika aku bolos gak masuk pelajaran TIK, Teh Yanti (pegawai BPBK) mergokin aku lagi nge-layout di rumah. Udah gak ditanya lagi, diceramahin deh.
Tapi emang sih aku sadar, perhatian aku terlalu besar buat organisasi, khususnya GenQ sampai-sampai pelajaran terabaikan. Makanya, aku mau tobat. Alhamdulillah, belakangan ini gak ada lagi namanya bolos dari sekolah setelah sebelumnya begitu mulu. Edisi Februari kemarin, aku terpaksa ngaret dari deadline sampai 5 hari karena juga sibuk sama pelajaran. Dimana dideadline tanggal 20 baru ngasih tanggal 25. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah GenQ kalau majalah HK terlambat terbit seperti yang dikira oleh majalah yang putra, Akyas. Karena sebenarnya majalah Hknya sendiri yang sering belum selesai merampungkan artikel-artikelnya.
Apa hikmah yang bisa kawan ambil dari curhatan barusan? Entahlah, kalian bisa menilai sendiri. Tapi khusus buatku, aku sekarang udah tobat. Antara organisasi dan pelajaran itu jelas banget perlu seimbang. Ceramah dari Teh Yanti kemarin membangun banget, kalau kita berada dalam sebuah kerugian kalau kita hanya mementingkan organisasi tapi mengabaikan pelajaran. Keduanya harus balance, catat itu kawan!