Ada sebuah film yang tidak dapat
disimpulkan dengan mudah. Dengan nuansa yang tidak nyaman, cerita yang tidak
biasa, atau dapat dikatakan aneh. Bisa dikatakan film itu memiliki ide yang
sangat orisinal dan belum pernah ditonton di film lainnya. Salah satunya adalah
film Donnie Darko, sebuah cult film dengan ending yang sangat mengejutkan
(twist ending). Beberapa penonton harus menonton lebih dari 2 kali untuk
mengerti ending dari film ini. Ya, karena film ini lebih mirip sebuah puzzle
yang amat rumit dan membuat penonton berpikir lebih keras untuk memahami
maksudnya.
Donnie Darko adalah seorang
remaja yang sejak kecil memiliki masalah dalam melakukan komunikasi social.
Donnie digambarkan memiliki pemikiran di luar batas normal sehingga sering kali
dalam setiap lontaran katanya menimbulkan perselisihan dengan orang lain.
Hingga akhirnya ia memiliki masalah dalam menjalin hubungan, dengan
keluarganya, teman-temannya, termasuk guru-gurunya.
Masalah Donnie bertambah saat bertemu
Frank, seekor kelinci raksasa yang sering kali muncul dalam penglihatannya.
Frank memberitahukan bahwa dunia akan kiamat pada 28 hari, 6 jam, 42 menit, dan
12 detik lagi. Namun hanya Donnie saja yang dapat melihat Frank dan mengikuti
setiap intruksi Frank. Hal ini membuat Donnie sering berjalan dalam tidur.
Sehingga suatu hari, Donnie ditemukan tidur di tengah lapangan golf dengan
tulisan di tangannya: 28 hari, 6 jam, 42 menit, 12 detik.
Setibanya di rumah, Donnie
melihat seluruh keluarganya berkumpul di depan rumah. Para polisi melakukan
evakuasi karena ternyata, sebuah bagian mesin pesawat terjatuh tepat di kamar
Donnie. Kamar Donnie hancur, namun Donnie terselamatkan karena semalam dia
berjalan tidur ke lapangan golf. Namun, semenjak kejadian itu perilaku Donnie
menjadi semakin aneh. Ia menjadi semakin sering berjalan dalam tidur dan
melakukan hal-hal buruk yang tidak masuk akal sesuai dengan permintaan teman
ilusinya yaitu Frank.
Donnie menjadi memiliki kekuatan
di luar batas kemampuan manusia pada umumnya. Di bawah instruksi dari Frank,
Donnie menghancurkan pipa air besar di sekolahnya dan membuat sekolahnya
kebanjiran. Dia juga menancapkan kapak pada patung tembaga di sekolahnya yang
amat keras. Donnie juga membakar rumah seorang trainer terkenal. Dan ia juga
bisa melihat gelombang air keluar dari tubuh orang lain, dan menebak perilaku
apa yang akan dilakukan orang lain tersebut. Terkadang ia bicara sendiri,
menusuk-nusukkan pisau ke wajahnya di cermin, mencuri pistol milik ayahnya,
dsb.
Melihat perilaku anaknya, orang
tua Donnie membawanya ke seorang psikiater. Psikiater mengatakan bahwa Donnie
mengidap Skizofrenia Paranoid, sebuah penyakit psikologis dimana dia ketakutan
ditinggalkan oleh temannya Frank hingga melakukan apapun yang Frank minta.
Donnie sendiri tidak memiliki teman lagi di sekolahnya kecuali Gretchen, gadis
yang akhirnya mau menjadi pacarnya.
Sisi normal dari Donnie tidak
ingin mengatakan bahwa dirinya gila (Seperti yang dikatakan oleh Psikiater). Ia
ingin menyimpulkan bahwa yang dialaminya bukanlah ilusi belaka. Akhirnya ia
berbincang-bincang dengan guru fisikanya untuk menafsirkan kejadian yang
dialaminya secara ilmiah. Guru itu pun memberikan Donnie sebuah buku berjudul
“The Philosophy of Time Travel” yang ditulis oleh Roberta Sparrow. Seorang
wanita tua yang pernah hampir ditabraknya dan wanita itu dianggap gila karena
selalu menanti sepucuk surat di depan rumahnya. Namun, tidak pernah ada sepucuk
surat pun dalam kotak surat itu.
Saat Donnie membaca buku
tersebut, ia mendapati bahwa isi buku tersebut sangat persis dengan yang
dirinya alami. Pelan-pelan Donnie pun menerima apa yang dia alami bukanlah
ilusi juga bukan kebetulan saja. Tidak seperti yang dkatakan oleh psikiater.
Pada gurunya, Donnie bicara tentang konsep time travel hingga gurunya tak lagi
ingin bicara pada Donnie. Begitu pula Donnie bicara pada pacarnya Gretchen,
namun pacarnya tidak mengerti apa yang Donnie katakana.
Pertanyaannya, apakah Donnie
benar-benar gila? Lalu apakah yang terjad dengan 28 hari kemudian benar-benar
kiamat? Memang, film ini butuh perjuangan dan tidak mudah untuk dilewati
apalagi mengingat durasinya yang lebih dari dua jam. Namun pada awalnya, saya
mengira bahwa film ini adalah film thriller psychologist, namun konsep
sebenarnya dari film Donnie Darko adalah Parallel Universe. Dimana ada dua
dunia yang muncul dalam penglihatan Donnie, dan Donnie disuruh untuk kembali
menormalkannya.
Ketika dunia parallel tercipta,
sebuah objek aneh muncul. Kembali ke masa lalu, sebuah mesin pesawat yang tiba-tiba
jatuh di depan rumah Donnie adalah sebuah glitch dimana ketika dunia parallel
muncul, tercipta tiga copy. (satu di dunia nyata, satu di dunia parallel, satu
di depan penglihatan Donnie). Kopian ketiga muncul menyebabkan dunia tidak
stabil dan dapat menyebabkan dunia kiamat. Cara untuk menormalisasi dunia
adalah dengan membuang mesin melalui portal ke dunia nyata sehingga hanya dunia
parallel yang hancur.
Meskipun tidak mudah untuk
mendapatkan arti yang sesungguhnya dari film ini, mengingat durasinya yang dua
jam, namun tidak ada penyesalan saat menonton film bernuansa aneh ini. Di era
film yang semakin gencar dengan film-film horror dan romantis murahan,
kelebihan Donnie Darko justru menawarkan nuansa baru dengan ending cerita yang
tidak terlupakan. Meskipun setiap penonton memiliki interpretasi masing-masing
dalam menyimpulkan film ini, namun untungnya Richard Kelly terbuka menjelaskan
sosok Donny Darko tersebut dan tidak sok misterius seperti David Lynch.
Kekurangannya, mungkin bagi
beberapa penonton film ini dianggap hanyalah film membosankan yang berjalan
dengan lambat. Terkadang akan bertanya, “Film apa ini?” atau “Ini beneran? Koq
aneh banget…” sehingga tidak jarang sebelum menonton pertengahan film, mereka
akan mengganti menonton film lain yang lebih jelas maksudnya dan lebih
menegangkan dibandingkan menonton film yang membutuhkan pikiran dalam mencerna
setiap adegan seperti potongan puzzle berserakan.