Sunday, April 3, 2016

Kesan Pertama Ikut Bikin Buku Club


Di sudut ibu kota, mentari terlihat menyapa ramah dan sinarnya mengintai dari balik awan yang bergemalayut manja. Sepasang kakiku melangkah keluar dari sebuah rumah krem di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Ini hari Minggu, hari libur yang biasanya kuhabiskan waktu dengan tertidur seharian di rumah sebagai balas dendam satu minggu yang sibuk. Tapi tidak untuk hari ini, dimana aku teringat bahwa aku mengambil kelas Bikin Buku Club di Hostel Prasdana.

Setelah memesan gojek dan dibawa muter-muter oleh Tukang Gojek yang tidak tahu ke mana arah SMK 57, pada akhirnya aku tiba juga di depan bangunan SMK 57. Aku pun memasuki gerbang berwarna hijau tersebut dan berjalan menyusuri arah panah menujuh Hostel Prasdana. Di dalamnya, terlihat seorang pria tertidur pulas di bagian pelayanan. Terlihat butir peluh di dahinya, hingga aku tak ingin mengganggunya. Namun pria itu terbangun ketika aku membuka pintu aula pertemuan.

“Mau kemana, dek?”

“Inspirator Academy dimana ya, Pak?”

Pria itu menunjuk ke luar bangunan menuju tempat diadakannya kondangan, membuatku mengernyitkan dahi. “Di luar de, di tempat yang kecil.”

“Oh, oke, terimakasih pak,” jawabku dengan wajah masih kebingungan. Lalu aku pun berjalan keluar, memastikan apa yang dimaksud oleh pria tersebut sebagai ‘tempat yang kecil’, singkat cerita, di tengah kebingunganku, aku pun menelpon Mas Rendi, Kepala Sekolah Bikin Buku Club. Kudengar suara yang menyahut adalah seorang perempuan, yang memintaku segera berbalik badan. Aku pun berbalik badan, dan akhirnya ketemu! Ternyata bangunannya adalah bangunan tepat di samping Hostel Prasdana, ruangan yang dimaksud bukanlah aula, melainkan seperti ruang meeting.

Kakiku berjalan memasuki ruangan ber-AC tersebut dan aku langsung disodori berbagai modul, buku novel dan nonfiksi, kertas, pulpen dan lain sebagainya. Ternyata fasilitas yang diberikan lengkap, sepadan dengan harga yang diberikan untuk bisa masuk klub ini. Hehehe. Mengingat bahwa aku harus menyisihkan pemasukan bulananku demi ini, tapi sepertinya memang harus bermodalkan nekad biar seseorang dapat berhasil. Bukan hanya dalam menulis buku.



Sudah terdapat empat orang peserta di dalam ruangan tersebut. Namun sepertinya aku yang termuda, karena rata-rata dari mereka sudah kerja sementara aku masih mahasiswi. Dan sepertinya para peserta lain telah cukup memakan asam-garam kehidupan dan telah sukses dengan usaha dan pekerjaan masing-masing. Terdiam sesaat. Aku melihat disana ada Mas Brili dan Mas Idho juga, yang akan menjadi pembimbing selama 3 bulan ke depan. Terdiam lagi sesaat. Berada dikelilingi orang yang memiliki lebih banyak pengalaman selalu membuatku bangga akan diriku sendiri. Membuatku tahu bahwa aku juga keren dan seksi. Hehehe…

Selalu menjadi kesenanganku adalah bertemu keluarga baru dan teman-teman baru. Aku sangat senang berada di sekeliling orang yang jauh lebih berpengalaman dariku, dan aku selalu fanatik akan hal tersebut. Membuatku menyadari, bahwa aku juga akan memiliki keterlibatan lebih jauh di masa depan. Setidaknya, untuk dapat berkontribusi pada orang lain dan masyarakat.

Sebagai mahasiswi psikologi, sudah kuduga bahwa kelas akan berjalan dengan pendekatan behaviorisme, yaitu “reward” dan “punishment”. Dimana pendekatan behaviorisme tersebut memang paling efektif diterapkan di Indonesia dibandingkan pendekatan yang lain. Bahkan andaikata aku menjadi dosen psikologi pun, aku akan menerapkan pendekatan ini pada seluruh mahasiswaku, dan menjadi dosen paling killer yang mereka kenal.  Dan detik itu juga aku tahu, inilah yang aku cari-cari selama ini!

          Aku tahu dan menganal diriku sendiri dengan sangat baik, seorang sepertiku memang perlu ditendang-tendang dan diseret-seret terlebih dahulu agar bukuku jadi. Benar-benar JADI maksudnya. Kalau tidak begini, mungkin aku akan lebih banyak menghabiskan waktu kosong di malam hari dengan bermain game online ataupun menonton drama Korea, duh!

Oke, gak bahas kesana deh, over all, aku suka banget dengan sistem PR mingguan dan PR harian yang diterapkan oleh Bikin Buku Club. Sistem ini memaksaku untuk mengalirkan lebih banyak ide-ide tak kenal batas ruang dan waktu. Bahkan dalam waktu singkat, kami diminta untuk membuat sebuah puisi ataupun diary, dan juga membuat sebuah tips and trik. 

Karena waktu yang diberikan sangat singkat (10 Menit) untuk menuliskan kedua genre tersebut, aku mengambil puisi yang kubuat sejak tahun 2011 lalu yang kumuat di blog ini berjudul: Puisi Cinta Love Is… sementara untuk tips, aku menuliskan sebuah tips untuk jago bahasa Inggris hanya dalam waktu 10 detik. Sebuah tips yang kurasa ampuh pada diriku sendiri, dan kurasa orang lain juga akan tercengang mengetahuinya.

Dari kedua genre tersebut (Fiksi dan Nonfiksi), setiap peserta diminta untuk menilai karya peserta lainnya. Dan aku mendapatkan nilai yang hampir saja setara antara keduanya. Nilai fiksiku lebih tinggi 0,5. Meski suatu hari aku juga ingin menulis nonfiksi, namun setelah kupikirkan lagi dan mendengarkan suara hati, buku pertamaku haruslah sebuah fiksi. Dimana aku ingin orang melihat dunia dalam diriku sendiri.

Because I spend a lot of time lost in my mind, and I love thinking and imagining something abstract. I would like to share my inner world with other people, and I love hearing people share theirs too.









Comments
2 Comments

2 comments:

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.

Related Posts Plugin by ScratchTheWeb