Tema menulis hari ini untuk Pejuang 30-Day Writing Challenge adalah “Cinta Pertama.” Tema yang cukup menuntut kreativitas dan membuat heboh squad saya, squad 4. Sebagian besar anggota squad telah memiliki berkeluarga dan membahas isu “cinta pertama” mungkin agak berisiko kalau dibaca suami, haha. Ya, itu hanyalah candaan. Toh, kita bisa menulis cerita fiksi, atau tulisan ilmiah tentang cinta, atau cinta yang sifatnya platonic (seperti cinta pada ayah dan ibu), tanpa terang-terangan memberikan pengumuman siapa cinta pertama kita pada lawan jenis.
Meskipun begitu, dalam tulisan ini, saya akan mengumumkan siapa sebenarnya cinta pertama saya, literally menyebut nama orangnya. Baca sampai akhir haha.
Berbicara tentang cinta pertama itu sendiri, sebenarnya saya sendiri sempat kebingungan. Kalau yang dimaksud adalah ketertarikan dengan lawan jenis, tidak ada orang yang pasti yang muncul dalam benak saya pertama kalinya. Saking bingungnya, saya sempat berpikir, mungkin “cinta pertama” saya ada dua orang? Atau mungkin ada tiga orang? Mungkin ada empat? Tapi gimana bisa disebut "pertama" jika lebih dari satu? Hmm, saya harus menentukan jawabannya nih. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya mulai mencari definisi dari cinta pertama:
Saya pun mulai membuat beberapa list kapan cinta pertama itu muncul:
- Apakah cinta monyet saat masih SD?
- Apakah saat pertama kali jantung berdegup kencang saat melihat seseorang?
- Apakah ketika pertama kalinya gayung bersambut?
- Apakah ketika kita telah dewasa dan pertama kalinya membangun hubungan dengan komitmen dan kesetiaan?
- Atau mungkin kesukaan kita pada aktor atau penyanyi Korea? Ups hehe.
Seperti misalnya, saya pernah melakukan sebuah deklarasi di kelas saat 1 atau 2 MTs (setara SMP) bahwa cinta pertama saya adalah seorang musisi asal Jepang bernama Kitagawa Yujin, wkwk. Jadi apakah Yujin cinta pertama saya? Tentu tidak, karena itu seperti deklarasi konyol yang saya utarakan sebelum saya dewasa dan mungkin hanya bentuk kekaguman sebagai fan untuk pertama kalinya.
(Note: di Instastory, saya bilang deklarasinya saat saya masih SD. Itu ingatan di benak saya, tapi false memory karena lagu Wonderful World Yuzu dirilis tahun 2008)
Kitagawa Yujin |
Selain itu, katanya, cinta pertama itu sulit dilupakan. Tapi pada akhirnya, saya tidak lagi memikirkan beberapa orang tertentu yang pernah saya sukai. Saya juga percaya, sebagian besar orang, jika diminta untuk memilih setia dengan pasangannya yang sekarang atau dengan cinta pertamanya, tentu akan lebih memilih setia dengan pasangannya yang sekarang.
Layaknya tumbuhan, rasa cinta juga perlu dipupuk, disiram dan dirawat. Jika sudah lama ditinggalkan, pada akhirnya kering dan layu dan akhirnya terlupakan. Tidak ada yang spesial dengan siapa pertama kali kita jatuh cinta, akan tetapi dengan siapa cinta itu bertahan lama, tumbuh dengan subur dan berbuah manis kebahagiaan.
Sampai saat ini, saya belum bisa memastikan siapa lawan jenis “cinta pertama” saya (yang kehidupan real ya, bukan ngefans artis wkwk). Lagipula, itu tidak penting, bukan? Selain definisinya sangat kabur dan subjektif, saya berpikir, mungkin “cinta pertama” itu tidak ada? Yang ada adalah beberapa kali jatuh cinta pertama kalinya pada orang yang berbeda dengan cara yang berbeda.
Anyway, daripada memikirkan seseorang yang telah berlalu, lebih baik fokus dengan membangun hubungan yang sekarang dengan komitmen dan kesetiaan. Ya, walaupun saat ini saya single dan belum berencana untuk menikah hihi.
Well, sebenarnya saya punya definisi sendiri apa itu cinta pertama (selain cinta platonik pada keluarga tentunya). Cinta pertama saya adalah… diri saya sendiri, Maryam Qonita, hahaha.
Ini dari pengalaman pribadi juga sih. Saya beberapa kali pernah menyukai lawan jenis, meskipun pernah agak bucin-bucin gitu, pada akhirnya saya selalu mengutamakan diri saya sendiri terlebih dahulu. Saya tidak bahagia, saya mundur. Saya patah hati , saya move on. Saya belum ingin menikah, saya memilih melanjutkan S2 dan berkarir. Tidak peduli jalan hidup orang lain, yang penting saya bahagia dengan jalan hidup saya sendiri, saya bersyukur dan tidak menyesali apapun.