Saat belajar di New York University, aku mengambil beberapa kelas yang mengajariku Antisocial Personality Disorder atau disingkat ASPD. ASPD adalah gangguan kepribadian dengan beberapa gejala, diantaranya: mengabaikan benar dan salah, berbohong secara konsisten, memanipulasi dan mengeksplotasi orang lain, tidak berperasaan dan lain sebagainya. Gangguan kepribadian ini paling sering didiagnosis pada individu yang memiliki trait psychopathy, seperti pathological lying, respon emosi yang dangkal, dan lain sebagainya.
ASPD kriteria menurut DSM |
Trait Psychopathy |
Banyak orang mengira bahwa keduanya (ASPD dan psikopat) adalah hal yang sama, padahal berbeda. Antisocial personality disorder adalah istilah dalam psikologi, sementara psychopathy adalah istilah dalam dunia forensik. Keduanya sering dikaitkan ketika sebagian besar psikopat didiagnosis memiliki gangguan pribadi antisosial (ASPD). Meskipun begitu, hanya satu persen dari seseorang yang didiagnosis dengan ASPD merupakan psikopat. Ditambah lagi, hanya satu persen dari psikopat yang menjadi serial killer. Sebagian besar dari mereka melakukan pelanggaran hukum berupa pencurian dan penipuan.
Oke, bicara dari sini, aku ingin berbicara beberapa drama Korea yang menarik perhatianku. Di antaranya adalah “Psycho but it’s okay”, “Mouse” dan juga “Flower of Evil.”
Dalam drama “Psycho, But It’s Okay,” seperti dalam judulnya, Go Moon-Young direferensikan sebagai psikopat. Anehnya, dalam deskripsi ceritanya di Asianwiki, Go Moon-Young hanya didiagnosis dengan ASPD. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya, psikopat dan ASPD adalah dua hal yang berbeda. Ini adalah alasan pertama kenapa aku tidak jadi menonton drama ini (padahal sudah nunggu lama, tapi langsung ilfeel). Ya, meskipun banyak orang berkata bahwa drama ini mengajarkan banyak hal seputar Kesehatan mental (dan diagnosis ASPD pada Moon-Young itu tidak tepat), tapi sayangnya aku sudah telanjur tidak tertarik. Lagipula, nonton drama memang gak bisa dipaksakan, kan? Bagiku, judul awal drama ini misleading dan menimbulkan stigma pada orang-orang dengan gangguan kepribadian.
Temanku yang menonton drama ini berkata bahwa Go Moon-Young memiliki gangguan kepribadian karena dia mengalami childhood abuse. Ini juga membuatku sempat bingung. Aku mungkin tidak memiliki cukup banyak ilmu, jadi aku melakukan lebih banyak riset. Yang aku tahu sebelumnya, ASPD dan psychopathy itu lebih disebabkan karena faktor genetik, seperti misalnya bentuk amigdala yang lebih kecil. Amigdala berfungsi mengolah emosi di otak dan sebuah riset menunjukkan bahwa psikopat (yang didiagnosis dengan ASPD) cenderung memiliki amigdala lebih kecil dari orang-orang pada umumnya. Setelah aku membaca lebih banyak jurnal, ternyata sampai saat ini penyebab ASPD belum dapat diketahui secara pasti. Memang bukan karena faktor genetic saja, tapi juga tidak bisa disebutkan bahwa faktor eksternal berkontribusi secara signifikan.
Memang, ada sebuah artikel jurnal yang menyebutkan bahwa faktor eksternal bisa menyebabkan seseorang mengidap ASPD. Akan tetapi, sebagian besar artikel ilmiah begitu pula DSM-V mengemukakan bahwa penyebab pastinya tidak diketahui. Aku ikut dengan yang mayoritas. Jika drama ini suggest bahwa Moon-Young mengidap gangguan kepribadian semata-mata karena childhood abuse, agaknya itu mendahului sains. Terlepas dari itu, aku juga tidak begitu suka kepribadian Moon-Young yang sangat toxic dalam hubungannya dengan Gang-Tae.
Berbeda dengan “Psycho, But It’s Okay,” dalam drama “Mouse” dikisahkan bahwa seorang psikopat dapat dideteksi sejak masih berada dalam janin ibu. Itu artinya, drama ini menyiratkan bahwa penyebab seseorang menjadi seorang psikopat adalah 100% genetik. Aku hanya menonton episode satu drama ini, sama seperti “Psycho, But It’s Okay,” dan aku langsung tidak begitu menyukainya. Apalagi setelah adegan ketika para pembuat kebijakan memutuskan untuk menerapkan peraturan aborsi pada wanita hamil yang janinnya terdeteksi DNA psikopat. Mungkin pada akhirnya kebijakan tersebut direvisi dan lain sebagainya, aku gak nonton, tapi penelitian yang dipresentasikan oleh salah satu tokoh dalam drama ini agaknya terlalu dibuat-buat. “Psycho, But It’s Okay” mungkin lebih baik melihat dari sisi Kesehatan mental secara umum.
Aku mendapati diriku tidak begitu suka dengan drama-drama Korea yang menyorot isu-isu Psikologi dari sisi klinis. Biasanya mereka menyampaikan misinformation, memperbesar stigma, atau terjadi pelanggaran kode etik. Apalagi drama lawas “Kill Me Heal Me” atau “It’s Okay It’s Love.” Misalnya “Kill Me Heal Me” yang mengisahkan hubungan romansa antara dokter dengan pasiennya. For me, it’s a big NO. Sebuah pelanggaran kode etik dan tidak profesional.
Drama korea yang aku suka dan menyorot kehidupan seorang Psikopat mungkin “Flower of Evil.” Daripada mengungkap sisi klinis Baek Hee-Sung, drama ini lebih berfokus kepada sisi plot dan ketegangannya. Selain itu, ada hal kecil yang sangat mengesankan buatku. Dalam Psychology of Violence, aku belajar bahwa active serial offender sangat sering menonton berita. Sementara, dalam drama FOE, Baek Hee-Sung digambarkan sebagai psikopat yang bertobat dan ia tidak menonton berita! Ini mungkin hal-hal kecil, tapi justru karena hal-hal kecil inilah membuatku terkesima.
Pada dasarnya, aku suka drama dan film bertema psychological-thriller. Akan tetapi, ketika drama tersebut terlalu menyorot sisi klinis, aku jadi tidak bisa menikmatinya. Ya, mungkin karena aku lulusan Psikologi dan drama-drama ini membuatku berpikir lebih keras. Mungkin aku sendiri perlu belajar lebih banyak, tapi aku menonton drama hanya untuk enjoy dan istirahat. Bukan untuk belajar Psikologi lagi.
#30DWC
#30DWCJilid31
#Day23