Saturday, August 14, 2021

Empat Tahun Memperjuangkan Akses Terbuka

*ditulis dalam keadaan terburu-buru*

Pertengahan tahun 2017, saya mendapatkan sebuah email dari salah seorang pejuang akses terbuka dari  Nepal. Belaiau  mengajak saya untuk menjadi pembicara di salah satu konferensi regional bertemakan Open Access: Bridiging Information Divide. Saya pun menyanggupi kehadiran saya di konferensi di Nepal tersebut dan akhirnya saya berangkat ke puncak dunia itu pada akhir tahun 2017, beberapa bulan setelah lulus dari UNJ.

Sebelum sesi saya berbicara dimulai, saya mengobrol dengan founder Open Access Bangladesh, Kanok Monirul Islam. Saya berkata bahwa di Indonesia belum ada organisasi bernama “Open Access Indonesia.” Kemudian beliau berkata, “Kalau begitu kaulah yang harus membuatnya.” Saya pun terkejut dengan tawaran tersebut. Saya masihlah anak ingusan yang baru lulus dari program S1, saya bahkan belum banyak mengenal Open Access. Meskipun begitu, saya menyanggupinya.


Setelah itu, saya pun melakukan open recruitment Open Access Indonesia. Bersama para pegiat dan pejuang keterbukaan yang lain, seperti Wikimedia, Open Science Indonesia, dan kawan-kawan saya lainnya, saya kerap menyelenggarakan kegiatan yang bertemakan sains dan akses terbuka. Setiap setahun sekali kami mengadakan konferensi bernama OpenCon di Jakarta. Saya juga menghadiri flagship meeting OpenCon di Kanada sebagai salah satu panitianya.

Ini tahun 2021 dan semenjak pandemi, kegiatan kami sudah mulai berkurang. Saya pernah mengadakan dua kali webinar, tapi sebenarnya saya merasa kami bisa melakukannya sebulan sekali sejak tahun 2020 kemarin. Selain itu, sosial media OA Indonesia juga sangat jarang di-update dan saya merasa, saya sendiri perlu meng-upgrade diri untuk bisa membina Open Access Indonesia agar kembali aktif dan kembali hidup.

Khususnya semenjak kemarin saya menghadiri Komunitas Garuda LPDP, yaitu Lembaga LPDP yang menaungi para mahasiswa yang mendirikan organisasi. Banyak para founder yang dapat mempertahankan kesinambungan dari organisasi selama lebih dari sepuluh tahun. Saya kembali bercermin, mungkin inilah saatnya bagi Open Access Indonesia juga untuk kembali memberikan kebermanfaatan. Mungkin bukan harus mengadakan event-event besar seperti yang sudah-sudah, cukup lakukan yang sederhana selama kebermanfaatan itu tetap dirasakan. 

#30DWC
#30DWCJilid31
#Day29

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.

Related Posts Plugin by ScratchTheWeb