Sunday, May 16, 2010

UNTUK APA MENULIS KALAU BUKAN UNTUK DIBACA?


(Postingan ini aku sunting dari jurnal pribadiku)

Beberapa hari yang lalu, aku mengikuti seminar Thematic dan Mas Tere-Liye (ngaku siapa yang mengira Mas Tere-Liye itu cewe? Kalau gitu kalian pasti aneh aku manggilnya ‘mas’) bilang, siapa yang membuat diary akan SANGAAAT mudah menulis novel. Dan pasti bisa menjadi penulis yang baik…

TAPI MENULIS DIARY ITU BUKAN TIPE AKU BANGET……!!!!!!!!!!!

Sekarang, aku lebih suka memendam segala hal yang terjadi dalam hidup ini dalam benakku sendiri dan perlahan melupakannya. Lalu menyambut hari yang baru seakan kemarin tak terjadi…

Pengalamanku yang sangat membuatku shock berat ketika 1 SMP, seisi kamar (aku sekolah di sebuah sekolah berasrama, dengan 1 kamar berisi sekitar 30 orang) MEMBACA DIARYKU!!! Dimana Diary itu isinya sangat vulgar tentang perasaanku, semua tangisanku, semua suka dukaku, semua kejadian yang kualami setiap harinya, orang yang aku sukai, orang yang aku benci, semuanya tertuang jadi satu dan setiap tulisan kuawali dengan tulisan, Dear Diary...

JADI JANGAN HARAP AKU MENULIS DEAR DIARY LAGI …

Aku akan menganggap ini sebuah jurnal, bukan diary. Aku sudah mual. Lalu kenapa aku menulisnya? Karena aku ingin memutar ulang hal2 unik yang pernah terjadi dalam hidupku suatu saat nanti, mungkin ketika aku sudah sudah sibuk kuliah, sibuk bekerja, sibuk mengurus anak, bahkan sampai sibuk mengurus cucu. Tulisan ini akan menjadi anak2 puzzle bertebaran yang akan aku temukan lagi dengan membacanya…

Sebelum kutulis paragraph selanjutnya, aku ingin tekankan kalau aku SANGAT SUKA MENULIS sejak kelas 6 SD. Entah itu novel, cerpen, atau artikel. Walau dominan aku lebih suka menulis novel yang aku publikasikan untuk kalangan sendiri. Biasanya sich, aku menulis tentang (hehe) fantasi remaja dan segala hal yang berbau kriminalitas.

Aku mulai dengan menulis novel 2 buku SIDU 58 lembar yang berjudul ‘Ngotak-Ngatik Temen’ Dan itu dipuji oleh sepupuku A Yusuf… Yang Sampai sekarang berkatnya aku jadi sangat pede menulis. Makaciih ya A….

Sebenarnya sich aku sudah menulis ketika kelas 3 SD, cerita itu berjudul ‘Gadis Malang dan Tiga Bidadari Kecil.’ Yang kubuat dalam bentuk komik bersama kakakku, Teh Dini. Waktu itu aku sangat tidak pede menulis novel dan selalu menyembunyikannya dari Umi dan Abi (Ibu & Ayah). Jadi aku anggap, aku mulai menulis ketika kelas 6 SD aja…

Hujan turun membasahi bumi. Aku gak ngerti, deh. Soalnya, kata orang Mei ini seharusnya bakal kemarau, tapi kenyataannya? Setiap sore selalu turun hujan dan di asrama, penampungan air raksasa di mahsyar selalu kepenuhan dan menumpahkan ribuan liter per harinya. Sayang banget karena di sisi lain dunia ini banyak orang yang kehausan dan kekurangan air.

Aku tadi berkata mahsyar, emang mahsyar itu apa sih? Itu adalah tempat menjemur pakaian para santri (aku seorang santri walau sekarang tidak tinggal di asrama) dan tempat berjejernya puluhan kamar mandi. Dinamakan mahsyar mungkin karena tempat berjemur dan terbilang luas seperti lapangan. Yang juga nama padang tempat berkumpulnya manusia yang sangat panas, manusia akan menerima buku catatan tentang perbuatan mereka di dunia. Jadi, sama2 tempat ngejemur kali ya… (sotoy, nih..)

SIAPA YANG MEMBACA TULISAN INI? Biasanya aku menulis adalah untuk dibaca orang lain, tapi karena aku pampang gede2 tulisan JURNAL PRIBADI, aku gak yakin bakal banyak yang baca. Padahal, baca aja koq, boleh2 aja. Itulah kenapa aku gak suka nulis diary yang terlalu vulgar. Karena prinsipku “MENULIS ADALAH UNTUK DIBACA ORANG LAIN”. Entah berapapun jumlahnya, satu orang, sepuluh orang, seratus orang, seribu orang, atau sejuta! Asal dibaca orang lain…

Ketika aku kelas 1 SMP, aku keberatan meminjamkan cerita buatanku yang berjudul ‘cinta dalam kaleng’ pada teman sekelasku, Imelda Herman. Lalu dia berkata, “Ih, kalau begitu buat apa nulis capek-capek kalau gak ada yang baca???”, setelah Imel mengatakan kalimat itu, otakku berputar (baca : berpikir), Dia benar juga, ya? Aku pun meminjamkannya dan selalu mengingat kalimat itu hingga detik ini.

Catatan , kurang dari dua bulan lagi aku akan menginjak kelas 2 Aly (2 SMU).

Sejak 1 SMP, aku selalu meminjamkan cerita buatanku pada orang lain tidak peduli komentar mereka.

Cerita “Cinta Dalam Kaleng” itu adalah kisah tentang Sheen & Anna. Dimana, mereka adalah pacar masa kecil yang tinggal bersama dalam Panti Asuhan Mentari. Lalu suatu hari, Sheen pun diangkat anak oleh seorang bos mafia dan Anna diangkat anak oleh seorang ibu baik hati, Ibu Arini. Mereka pun berpisah bertahun-tahun tanpa komunikasi. Mereka bertemu lagi ketika sudah besar tapi saling tidak mengenal. Dan ternyata… ayah kandung Anna adalah musuh besar mafia dan sudah dibunuh oleh si bos mafia itu, mereka lalu mencari Anna dan hendak membunuhnya juga. Ketika telah menemukan Anna, si bos mafia menyuruh Sheen membunuh Anna… Lalu apa kelanjutannya? Ya gitu deh… hehe. Aku udah malu membahas cerita yang udah jadul banget nih…

Percaya gak percaya, aku melihatnya dalam bentuk drama 2 hari yang lalu, tanggal 13 Mei 2010. Drama Muhadhoroh yang dimainin sama 2 SMP itu, sedikit banyak mirip dengan cerita “Cinta Dalam Kaleng” buatanku. Persamaannya, sama2 dua orang anak kecil dari panti asuhan dan salah satunya jadi mafia, pertemuan kembali, ada adegan penculikan, dsb. Letak perbedaannya mungkin digeser jadi persahabatan dua orang cewek. Aku tidak menyalahkan penulis skrip, mungkin saja itu cuma tidak sengaja sama cerita buatanku.

Lagian aku bisa asikin kejadian itu karena orang suka dengan cerita itu yang notabene mirip dengan ceritaku.

Pesan untuk 2 Tsa (SMP maksudnya), masa sih sebegitu dekatnya persahabatan? Aku sih lebih suka kalau kalian menjadikan dua tokoh itu kakak-adik kalau tidak sepasang kekasih. Soalnya, kalau begitu kan konflik batin ketika bermusuhan itu jauh lebih terasa. Apalagi kalau disuruh saling membunuh. Terus, lain kali kalau drama , dialog nya sederhana aja dan suaranya harus lebih keras dan jelas. Ya?

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.

Related Posts Plugin by ScratchTheWeb