Tahun 2010-2011, aku menulis sebuah cerbung yang dipublikasi di majalah sekolah GENQ. Cerbung tersebut berjudul, “Indonesia Terakhir.” Cerbungnya juga aku posting di blog ini: http://maryam-qonita.blogspot.com/2012/06/indonesia-terakhir-part-i.html
Mengisahkan tentang seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang merupakan anak angkat bagi satu-satunya presiden di negara yang tersisa di dunia pada abad 23. Nama anak laki-laki tersebut adalah Danny dan ia memiliki nama asli Lintang. Dunia yang saat itu ia tinggali sekarang adalah sebuah dystopia setelah perang dunia III pecah. Cerbung ini disambut baik dan cukup banyak teman-temanku yang mereka mengharapkan agar kisahnya dipublikasikan sebagai sebuah novel.
Akan tetapi, aku mulai overthinking dengan novel yang perlu
aku buat tersebut. Banyak sekali kekurangan dalam cerita aslinya, seperti kurangnya
sebab akibat antara satu kejadian dengan yang lain, kurangnya penokohan, dan
mungkin ide cerita utamanya sendiri yang terlalu mengekslusifkan beberapa
kelompok. Bukan xenophobic, tapi aku rasa aku bisa menemukan ide yang lebih
universal. Apalagi karena aku beranjak dewasa, aku rasa lebih bijak jika aku
tidak mengambil jalur yang sama.
Selama beberapa tahun, aku mencoba menulis Indonesia
Terakhir versi novel. Dimulai dari tahun 2017, aku memiliki ide agar cerita ini
bertema fisika kuantum. Namun, aku belum juga menulisnya karena aku menemukan
tema ini sangatlah sulit. Aku menghabiskan waktu membaca berbagai artikel di internet
yang berkaitan dengan Fisika Kuantum, namun diriku semakin overthinking. Ya,
karena menulis dengan tema Fisika Kuantum is wonderfully annoying!
Usahaku yang kedua dalam menulis novel ini adalah tahun 2018,
namun aku benar-benar mengubah karakter Danny menjadi seorang antihero dan
menulis cerita dari sudut pandang ketiga. Namun ide ini tidak kulanjutkan
karena Danny seperti kehilangan karakter aslinya.
Selanjutnya, tahun 2019, aku berhasil menulis cerita ini
lebih dari 50 halaman dan menulis hingga chapter tujuh. Tapi aku benar-benar
menulis secara asal-asalan dan semua adegannya tidak ada yang aku edit. Aku juga
tidak pernah mempublikasikannya. Dari sini, lahir beberapa tokoh, seperti tokoh
Fukuyama Chiba, Hannah Awartani (sekarang Yara), Zhen, dan lain sebagainya. Masih
dengan tema yang sama dari tahun 2017, tema novel Indonesia Terakhir ini adalah
Fisika Kuantum dan juga ditulis dari sudut pandang orang ketiga. Akan tetapi, ide
ceritaku mentok di chapter tujuh karena aku benar-benar tidak tahu kemana cerita
ini mengarah. Aku nulis chapter ini dengan sepenuhnya ngasal, yang penting
banyak aja halamannya.
Tahun 2020, aku bergabung dalam sebuah kelompok menulis, dan
aku mulai agak serius dalam menyusun outline-nya. Akhirnya jadilah sebuah outline
cerita yang utuh, synopsis utuh dan sebuah cerita yang sampai 20 halaman. Tapi
karena kurangnya keseriusan saat aku bergabung dalam komunitas menulis ini,
akhirnya aku pun tidak melanjutkan 20 halaman tersebut.
Sekarang tahun 2021, akhirnya aku menulis “Indonesia
Terakhir” secara serius. Namun aku banyak mengembalikan elemen asli cerbungnya,
seperti sudut pandang orang pertama, Danny yang seorang anak manusia naif dan
masih menginjak awal remaja. Aku sudah menulis outline hingga akhir cerita dan aku
mengadaptasi beberapa adegan yang kutulis dari tahun 2019. Dan ini pertama kalinya
aku menulis hingga chapter tujuh dengan cukup rapi di Wattpad: https://www.wattpad.com/story/277646828-indonesia-terakhir
Meskipun banyak sekali elemen yang mirip dengan cerbung
aslinya, ada beberapa perubahan yang berarti. Seperti sebelum memulai petualangan
Danny yang sesungguhnya, aku memperlihatkan backstory Danny (yang nama aslinya
adalah Lintang), akan mengungkapkan siapa kedua orang tua aslinya, dan juga dia
bukan ras asli orang Indonesia (sehingga kesannya tidak eksklusif). Karena aku
rasa, menjadi seorang Indonesia adalah tentang hati kita, bukan ras kita.
Saat ini, aku menulis novel ini pun lebih untuk diri
sendiri, seperti sedang menonton sebuah film dan aku juga menantikan apa yang
akan terjadi pada tokoh ini dan tokoh-tokoh lainnya. Meskipun aku sudah tahu,
tapi menyaksikannya langsung melalui tulisan akan sangat berbeda dibandingkan
mengimajinasikannya saja dari outline atau synopsis.
Aku berharap, dapat menyelesaikan novel ini setidaknya
sebelum 31 Desember 2021, aamiin.
#30DWC
#30DWCJilid31
#Day20