Thursday, November 18, 2021

Berandai-Andai, Hal Yang Paling Tidak Aku Mengerti


Sejujurnya, aku tidak mengerti, kenapa seseorang yang masih hidup berandai-andai? Seakan jika dia bisa mengembalikan masa lalu dan membuat keputusan yang berbeda, dia yakin bahwa kehidupan akan lebih baik. Bahkan jika itu sesuatu yang sebenar-benarnya menunjukkan sebuah kerugian atau kehilangan. 

Sebagai contoh, jika saja dia melewatkan sebuah investasi besar pada startup yang nantinya akan menjadikan dia triliuner, misal Facebook. Kemudian dia begitu menyesal dan berandai-andai jika saja dia berinvestasi di sana. Padahal, dalam skenario yang berbeda, misal dia menjadi investor Facebook dan akhirnya dia diundang menjadi pembicara ke sana ke mari, misal Jepang. Bisa saja saat dia naik pesawat ke Jepang tersebut, pesawat itu jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya.

Atau jika seorang pria memilih satu di antara dua perempuan untuk dia nikahi, kemudian di masa depan dia sering bertengkar dengan istrinya, dia pun menyesal dan berpikir, “Andai aku memilih perempuan yang lain.” Padahal dia juga tidak tahu, bisa jadi, ketika dia menikahi perempuan yang lain, perempuan tersebut terkena penyakit kronis untuk jangka panjang yang membuatnya hidup larut dalam depresi dan penderitaan.

Suatu hari, aku ditanya pada seminar yang diadakan Indonesia Mengglobal, “Kak Maryam, kenapa tahu bahwa saat itu adalah masa yang tepat untuk melanjutkan S2?” Jujur, aku melanjutkan S2 tanpa pengalaman bekerja dan aku mengambil jurusan psikologi yang pendekatannya integrative, alias fokusnya tidak terlalu sempit. Tidak seperti sebagian besar orang yang tujuan studinya lebih spesifik.

Kemudian aku menjawab, “Aku hanya mengikuti kata hatiku untuk menggali lebih banyak ilmu. Aku juga tidak tahu apakah itu waktu yang tepat atau tidak, tapi tidak ada mesin waktu dan kita tidak bisa kembali ke masa lalu untuk mengetahui mana keputusan yang tepat dan salah. Aku hanya merasa gak puas dengan ilmuku selama S1. Pun, ketika aku sudah lulus, aku sadar bahwa lowongan pekerjaan yang bisa aku daftar itu jadi lebih sempit. Akan tetapi, aku percaya bahwa aku bisa menciptakan jalan dan peluang-peluang itu sendiri. Aku mengambil keputusan dengan cepat, menuruti apa kata hatiku.”

Inilah kenapa aku sangat menyukai Garyvee. Dia mengikuti kata hatinya dan mengambil keputusan dengan cepat. Dia tidak menyesali apapun.

Tadi pagi aku jogging sambil mendengarkan podcast TED. Dalam podcast tersebut disebutkan salah satu rahasia orang resilien adalah dia melakukan selective attention. Dia memfokuskan pikirannya kepada hal-hal positif dibandingkan hal-hal negative. Sang pembicara sendiri merupakan pakar resiliensi dan dia trauma survivor. Dia kehilangan anak perempuannya yang berusia 10 tahun dalam sebuah kecelakaan maut. Awalnya dia berandai-andai jika saja terdapat berbagai skenario berbeda yang mencegah anaknya agar tidak meninggal. Namun akhirnya dia mulai berpikir, “Dalam psikologi ini disebut benefit finding. Cari hal-hal yang membuat bersyukur. Setidaknya anakku meninggal dalam sebuah kecelakaan yang cepat, bukan kesakitan dan sekarat bertahun-tahun karena penyakit kronis. Terlebih lagi, aku masih punya dua anak laki-laki yang aku cintai. Jangan kehilangan apa yang kita miliki untuk apa yang sudah hilang.”

Berandai-andai hanya akan membahayakan kita. Itu membahayakan kesehatan mental kita, membuat kita miskin bersyukur, dan akhirnya membuat kita terhambat dalam meraih tujuan yang ingin kita raih atau tugas yang harus dilaksanakan.

Aku sendiri tidak suka berandai-andai, dan jika aku mendapatkan otakku melakukan hal tersebut, aku langsung sadar bahwa itu mengarahkan pada jalan yang sesat. Alhamdulillah, hingga saat ini nalarku lebih kuat untuk menghalaunya karena aku tahu itu hal bodoh yang membahayakan.

Sejujurnya, saat aku membaca bahwa ini adalah tema dari 30-DWC, aku langsung bingung menyusun ide karena tidak ada satu pun hal di dunia ini yang aku andai-andaikan terjadi berbeda. Menurutku, satu-satunya tempat untuk berandai-andai adalah ketika kita sudah mati. Jika kita tidak cukup bertakwa kepada-Nya, tidak punya banyak bekal dan tidak sempat bertobat dari dosa-dosa.

#30DWCJilid3

#Day24

#Andai


Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.

Related Posts Plugin by ScratchTheWeb