Catatan ini ditulis sejak tiga tahun yang lalu.
Ditulis 27 April 2011
“Gejolak
Dua Mimpi”
Aku
adalah seorang santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah. Sebuah Pondok
Pesantren modern di kaki gunung ciremai. Dan aku membuat blog ini soalnya emang
sejak kecil senang sekali menggeluti dunia tulis menulis. Emang sih masih
terbilang pemula, tapi aku tidak menunggu menjadi professional baru
membuat blog. Aku justru membuat blog ini sebagai jejak-jejak aku menuju
penulis professional yang sejati nanti. Amiin...
Santri Akhwat di HK
(Gambar dipinjam dari husnulkhotimah.com)
Awal
aku mulai menulis adalah saat kelas 3 SD. Waktu itu aku membuat cerita
berbentuk komik yang mengisahkan tentang anak perempuan yang menderita. Tipikal
cerita Cinderella judulnya "Gadis Malang dan Tiga Peri Kecil". Waktu itu aku
belum mempublikasikan cerita itu. Cerita pertama yang aku publikasikan judulnya "Ngotak-Ngatik Temen". Alhamdulillah teman-teman aku banyak yang suka ceritanya,
dan mulai saat itu aku jadi pede nulis cerita buat dipublikasikan.
Walau
di tengah jalan aku banyak mempublikasikan karya buat teman-teman, tapi aku
masih merasa kalau menjadi penulis bukanlah cita-cita. Paradigma yang tertanam
bahwa cita-cita adalah sesuatu yang benar-benar aku kejar dengan sekuat tenaga.
Tapi menulis... aku tidak merasakan banyak keluar energi untuk itu. Aku
melakukannya untuk bermain dan bersenang-senang saja. Sehingga aku tidak merasakan
perjuangan berat itu yang katanya “jalan menuju sukses”. (Read: Sinopsis Novel-Novelan Buatanku Part 1)
Gambar novel-novelan buatanku
(Doc. Pribadi)
(Doc. Pribadi)
Saat
kelas 3 MTs, di pelajaran TIK ada materi HTML dan (bukan maksud sombong)
diantara semua teman sekelas, aku benar-benar cepat mengerti kode-kode itu. Aku senang sekali mengotak-ngatik kodenya, sehingga sebelum diberi
materi selanjutnya, aku sudah melangkah lebih dahulu. Karena dicap sebagai yang
paling jago TIK, aku jadi semakin percaya diri. Aku ingin lebih maju dan maju
lagi. Aku pun membeli buku-buku tentang HTML dan PHP.
Waktu
berjalan, aku sudah kelas 1 Aliyah. Rasanya, aku ingin ikut Olimpiade Sains
Nasional bidang Informatika. Akhirnya aku pun belajar Pemrogramman Pascal
habis-habisan. Setiap hari menghabiskan berjam-jam di depan komputer dan
mengambil semua tutorial dari internet. Pak Asep, ustaz Pascal yang mengajar
study club TIK bahkan bisa memercayakan kepadaku setiap teman yang bertanya di
kelas. Walhasil aku ibarat jadi guru kedua setelahnya.
Aku
pun jadi percaya bahwa inilah bakat dan inilah cita-citaku. Tapi satu yang
jelek yang akhirnya membuat aku berhenti belajar. Bahwa tidak memahami kalau
jalan menuju sukses itu penuh kerikil. Ustaz Pascal keluar dari Pesantren
karena menjadi PNS. Berbulan-bulan study club tidak jalan, sampai akhirnya
digantikan oleh ustazah. Tapi tidak lama dia mengajar, dia juga keterima
menjadi PNS. Bolak-balik aku mengadu ke Tata Usaha agar ada guru baru. Tapi di
pesantren ini tidak ada lagi guru yang bisa pascal.
Aku
pun menjadi penakut. Aku selalu resah memikirkan masa depan. Aku takut aku gak
bisa masuk OSN. Sehingga belajar pun menjadi sesuatu yang menekan dan menyiksa.
Rasanya seperti dikejar oleh waktu dan aku dituntut paham materinya. Tapi aku
tidak punya seseorang untuk bertanya. Dan ketakutan itu membuatku terhambat.
Persis seperti yang dialami oleh Raju Rastogi di film 3 Idiots.
Study
Club TIK dihapus karena tidak ada guru pembimbing. Itu artinya, sekolah tidak
akan mengutus muridnya OSN. Belum lagi aku sudah terhambat, dan tidak belajar
lagi berbulan-bulan karena rasa takut yang kekanak-kanakan. Mungkin sedih dan
kecewa, tapi aku paham sesuatu bahwa seharusnya OSN bukanlah yang kukejar waktu
itu. Harusnya aku mengejar proses belajarnya. Tetapi, masih panjang jalan di
depan Insya Allah, dan aku ingin melaluinya dengan lebih memerhatikan langkahku
saat ini agar tidak jatuh, agar hari dapat berlalu dengan baik tanpa resah pada
masa depan.
Aku
ingin merdeka dalam bekerja, makanya aku putuskan ingin menjadi penulis.
Menulis berbeda dengan programming. Saat menulis rasanya seperti bermain di
taman imajinasi yang begitu indah sehingga aku merasa tidak tertekan oleh
apapun. Walaupun sampai saat ini aku ingin menjadi programmer dan aku ingin lulus
teknik Informatika ITB, tapi aku tetap akan menomorsatukan menulis karena
dengan itu aku merasa bahagia.
Ditulis 7 Juli 2012
“Kegagalan
Tidak Mendefinisikan Dirimu”
Sebenarnya tidak pernah terpikir olehku bahwa aku akan
tidak lulus SNMPTN. Yang kupikirkan setidaknya pilihan 2 udah pasti lulus dan
pilihan 1 mendekati lulus. Ternyata oh ternyata tulisan di http://ujian.snmptn.ac.id adalah……… Maaf,
peserta atas nama Maryam Qonita dinyatakan tidak lulus SNMPTN 2012 jalur ujian
tertulis. Jangan putus asa dan tetap semangat! Semua orang di rumah gak
percaya, aku cengo cukup lama dan gak berpindah tempat, mengulangi loading lagi
dan lagi tapi tulisan itu tetap gak berubah. Alhamdulillah, setidaknya tulisan
di situ meminta maaf dan bukan cacian apalagi makian.
Mungkin
buat teman-temanku yang ditakdirkan Allah melewati ujian sepertiku pasti
merasakan hal yang sama. Betapa dalamnya rasa kecewa, rasa sedih, rasa malu,
rasa marah, gak percaya campur aduk. Pada akhirnya mengurung diri di dalam
kamar sambil berandai-andai…. “kalau saja aku…”, “Kalau saja waktu itu… ” dan
bla bla bla.
Aku
pun kecewa dan merasa pasti ada yang salah. Setelah masih terus berjuang
mengambil kesempatan di SNMPTN tertulis, belajar siang malam, merangkak dari
nilai nasional 500 ke 800 sembari memohon pada-Nya lewat sholat tahajud dan
dhuha, lewat shaum sunnah, tiap tetes air mata, tiap huruf demi huruf alquran
dan tiap bisik dzikir… Allah mengungkapkan semuanya malam itu yang rasanya
seperti makanan pahit harus bulat-bulat ditelan. Seketika juga anganku melayang
dan berada di titik terendah.
Kondisi kamar Menjelang SNPMTN 2012
(Doc. Pribadi)
(Doc. Pribadi)
Satu
pintu tertutup. Cahaya itu meremang. Aku bangun tidur dan kejadian semalam
bukan mimpi. Aku langsung menangis dan gak mau beranjak dari kasur. Yang
kuharapkan kemenangan membuatku histeris, ternyata kegagalan menghampiriku
dengan sadis!
Waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi, aku harus sholat subuh. Langkah kaki rasanya begitu berat, tapi aku tetap harus sholat subuh. Setelah sholat subuh, entah kenapa terpikir untukku menulis cerita ini. Dalam benakku: “Allah pasti ingin aku belajar ikhlas”
Waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi, aku harus sholat subuh. Langkah kaki rasanya begitu berat, tapi aku tetap harus sholat subuh. Setelah sholat subuh, entah kenapa terpikir untukku menulis cerita ini. Dalam benakku: “Allah pasti ingin aku belajar ikhlas”
SNMPTN
memang momen besar. Tapi Allah jauh lebih besar lagi. Aku pikir aku akan sedih
selama 7 hari 7 malam, ternyata Allah memapahku dan aku masih dapat berjalan.
Setelah semua perjuangan itu… aku yakin suatu saat nanti Allah takkan membuat
kita kosong dan kecewa. Ingat sebuah kata-kata bijak, “Kesuksesan
itu seperti bola bekel. Sekeras apa kita menghantam dasar, setinggi itu pula
kita akan memantul. Semakin keras menghantam maka semakin tinggi memantul.”
Ditulis 13 Agustus 2012
“Menggapai
Mimpi, Walau Lelah asal Lillah”
Keinginan
yang menggebu, ambisi yang mendewa, langkah kaki yang terburu-buru. Akhirnya
tiba saat aku terima semua kegagalan, entah apa yang ada dalam pikiran dan apa
yang ada di hati, apakah keinginan dan takdir bisa berjalan bersama?
Masih
terpatri dalam benak saat aku berkata INGIN BISA PROGRAMMING. Yang seperti apa
?? (Kata trainer harus RINCI). Eh..... bisa nge-hack? Yang bisa bikin kecerdasan
buatan buat robot? Yang bisa bikin situs? Atau software? Aku hanya suka
ngotak-ngatik kode, makanya aku suka programming. Tidak tahu kenapa. Tidak tahu ingin
seperti apa. Hanya suka. Tidak peduli pada akhirnya bisa jadi programmer atau
tidak, aku hanya ingin bisa programming.
Masih
terpatri dalam benak saat aku bilang... INGIN JADI PENULIS. Kenapa??? Karena
aku suka menulis! Membiarkan imajinasi mengembara dengan bebas, menulis hal-hal
yang kadang tak masuk logika!! Mewujudkan duniaku sendiri dengan imajinasi dan
jari-jari tanganku yang menari di atas keyboard atau di atas kertas. Aku punya kebebasanku sendiri. Bahkan walau saat mentok, istirahat dan bisa lebih
banyak mencari inspirasi. Rasanya seperti bermain-main.
JADI
PENULIS ATAU PROGRAMMER??? Rasanya seperti selingkuh. Hehehe... Jadi kuputuskan
ingin jadi penulis yang jago programming! ^_^
Langkah
awalku ingin jadi penulis>>> 3 SD dan terus hingga sekarang. Masih
inget banget waktu itu pulpen selalu habis dalam dua hari. Jadi terpaksa
bongkar celengan gara-gara bokek buat beli pulpen. Beberapa perlombaan
kumenangi, forum kepenulisan juga dipegang, organisasi majalah, bahkan tawaran
bikin skenario film sama paman yang seorang sutradara (Sayangnya waktu itu pengennya
fokus OSN Komputer. Soie banget deh waktu itu :) ).
Langkah
awalku ingin jago programming>>> 3 SMP dan terus hingga sekarang.
Masih inget banget waktu itu... pas warnet masih jarang dan jaraknya lumayan
jauh (4 KM dari rumah). Belum punya motor pastinya. Hehe. Bolak-balik jalan jauh gak peduli panas
maupun hujan. Jalan lewat hutan bambu dan tempat pembuangan sampah. Pernah aku
di warnet (yg waktu itu masih jauh) sampai kesorean dan dimarahin umi di
tempat. Dikirain naksir sama tukang warnetnya :D
Itu
demi ngambilin kode-kode gak jelas dari internet.... BUAT DILIHATIN. Awalnya
sekadar dilihatin walaupun gak ngerti. Ih.... keren ya??? Koq bisa jadi game
keren? Situs keren? Robot keren??? Rasanya seneng melambuung tinggi kubuat
program pertamaku dengan PASCAL. Lupa sih... tapi kayaknya semacam
tebak-tebakan angka gitu ada kakulatornya juga.
Belajar
sepuluh jam sehari. Rela jagain toko sembako gara-gara disitu ada kompinya
walau kayaknya sih pentium 2 atau pentium 3 ya? Bahkan sampai kompi yang pojok
di labkom sekolah meledak pas kupake. Beneran keluar asep gitu... Hihihi.
Akhirnya
bisa bikin game-game yang sedikit lebih kreatif. Kadang gantiin guru ngajar di
STUDY CLUB Komputer. Pokoknya masa-masa aku gila banget sama PASCAL sampai
menggebu-gebu! Dan sudah didaftarin OSN tapi sayang gak jadi karena guru
pembimbingku keluar. Waktu itu kertas mimpiku kurobek-robek. Dan saat itulah
titik aku bersumpah: CUKUP SAMPAI DISINI AKU GAGAL!
Logo STEI ITB
(Gambar dipinjam dari nurainihesti.blogspot.com)
3
SMA>>> INGIN KULIAH DI STEI ITB. Pokoknya harus STEI ITB. Kalau gak
lulus akan kucoba tahun depan. Belajar mati-matian juga edan-edanan buat SNMPTN
jalur tertulis. Gak mungkin lewat undangan karena prestasiku biasa-biasa saja.
Aku bahkan sujud syukur bisa naik kelas karena nilai tugasku nyaris NOL! (Pas aliyah, aku gak pernah ngerjain tugas dan rangking 29 dari 30 siswa di kelas).
Waktu itu yang kupikirkan aku cuma mau ikut OSN... tapi juga mau juara lomba nulis... Kuliah?? Berharap bisa lewat sertifikat-sertifikat lomba. (Walau akhirnya gak sempat ikut OSN).
Waktu itu yang kupikirkan aku cuma mau ikut OSN... tapi juga mau juara lomba nulis... Kuliah?? Berharap bisa lewat sertifikat-sertifikat lomba. (Walau akhirnya gak sempat ikut OSN).
Akhirnya
terpaksa lewat SNMPTN tulis. Karena selama ada kemauan dan ada kesempatan
sekecil apapun itu yang penting dicoba. Keinginanku lulus begitu MENDEWA. Demi
SNMPTN aku mengabaian TO UN. Toh hanya TO dan toh hanya UN. Wajar banget
terpaksa aku merasakan nilai TO UN Terburuk se-angkatan (Walaupun harusnya gak
seburuk itu sih tapi gak enak juga jadi bahan omongan).
Aku
minta doa ortu pas umroh biar lulus STEI ITB. Belajar berdarah-darah (Lebay
mode on) di 2 bulan terakhir. Aku sangat semangat!! Kata teman-teman, aku
adalah orang paling semangat yang pernah mereka temui! Waktu itu aku jarang
makan (Maunya belajar), sering begadang, kamar mirip gubuk kertas kotretan,
sampai ratusan soal sehari aku baru bisa tidur. Meskipun begitu, kenyataan yang
harus kuterima aku tidak lulus. Walaupun sangat mengharap sebenarnya karena
nilai SNMPTN mendekati lulus.
Kamar mirip gubuk kertas
(Doc. Pribadi)
Inilah
pertama kalinya seorang MARYAM QONITA takut bermimpi!!
Mungkin
semua ini teguran Allah karena niatku bukan karena Allah. Sehebat apapun amal,
kalau niatnya keruh bobrok juga. Aku menyimpan ambisi ku dalam hatiku dan
takdir harus seperti keinginanku.
“Dan
orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah),
serta mendustakan pahala yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan
menuju kesukaran” (QS Al Lail 8-10)
Alhamdulillah...
ternyata ortu bukan mendoakanku lulus STEI ITB. Tapi pas umroh mendoakan yang
terbaik untukku. Kesuksesan terbaik dunia dan akhirat. Dan jawabannya adalah
memang gak lulus. Mungkin karena aku masih ada utang hafalan Quran 25 juz.
Bukankah ada kisah penghafal Quran yang jasadnya gak hancur walau sudah dikubur
28 tahun? Juga kisah yang sembuh dari cacat karena menghafal Quran?? Dan
berbagai kemudahan belajar dan mengingat kalau kita menghafal Quran.
Aku
juga masih punya banyak kesempatan ikut tahun depan. Dengan nilai kemarin yg
mendekati, aku PD SNMPTN 2013 bisa lulus. Kalaupun gak lulus juga, masih banyak
pintu lain yg membimbingku menuju mimpi awalku atau bahkan yg jauuuh lebih baik.
Dan yg pastinya... Lillah!
Ditulis 12 Juli 2013
“Psikologi: Que sera.. sera...”
Hmm.. baiklah guys, disini aku mau
cerita sedikit pengalaman SBMPTN 2013. Setelah gagal di SNMPTN 2012,
alhamdulillah berhasil juga di SBMPTN 2013 dan setidaknya di jurusan yang aku
inginkan. Psikologi.
Gagal di SNMPTN 2012...
Alhamdulillah aku bersyukur sebenarnya karena Allah berencana lain. Abis itu
kan aku mengabdi setahun di Pesantren Tahfidz Al-Hikmah, Cirebon. Jadi aku bisa
tahu, aku lebih meminati Psikologi dibandingkan Informatika. Lagipula, aku harus menyembuhkan psikologi diriku sendiri, hehe.
Sebenarnya aku ingin belajar
programmer setelah membuat sebuah novel-novelan tema hacker berjudul “The
Secure Phantom”. Jadi landasannya kenapa pengen programming karena pengen bikin
novel tema hacker. Intinya.. cita-citaku Cuma ingin menjadi
penulis. Karena kutahu banyak penulis besar tidak berbackground sastra, maka
aku pun bebas memilih jurusan apapun tidak harus sastra Indonesia. Lagian tidak
diizinkan orang tua untuk pilih sastra Indonesia.
Di PTQT Al-Hikmah banyak cerita yang
gak bisa kusampaikan. Tapi seneng banget rasanya bisa jadi kepercayaan
santri-santri untuk menyampaikan curhat mereka. Dan saat itu pula aku turut
membantu mereka menghilangkan phobia dan trauma. Kayak takut kecoak, cicak,
laron, belalang, plastik, kucing, nasi, gelap, hantu, trauma sosial, dll.
Bareng adik-adik PTQT Al-Hikmah
(Doc. Pribadi)
(Doc. Pribadi)
Terkadang aku juga main
hipnotis-hipnotisan, seperti menukar kepribadian orang lain. Atau membuat orang
itu merasa dirinya artis terkenal. Waktu itu, aku menghipnotis adikku untuk
berubah menjadi Taylor Swift dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Aku juga
menukar kepribadian dua sepupuku yang berbeda jauh, yang tomboy menjadi centil
begitu pula sebaliknya. Kepribadian mereka tetap tertukar hingga keesokan
paginya. Selama setahun, aku main sugesti-sugestian. Dan selama setahun
akhirnya mantaplah, Psikologi.
Walaupun psikologi masuk dalam
jurusan IPS, dimana aku ber-background IPA dan bimbel SBMPTN pun IPA (Tidak
belajar IPS), tapi setiap try Out IPS aku selalu nyempil masuk kelas IPS. Lagian katanya sih sah-sah aja anak IPA
ikutan TO IPS.
Dari psikologi, aku bisa lebih
menjiwai tokoh buatanku nanti. Mengapa seseorang bisa menjadi gila? Atau
mengapa seseorang bisa menjadi psikopat? Mengapa mereka bisa memiliki
kepribadian ganda? Dan mungkin ide-ide dalam cerita akan lebih “liar”. Aku
sudah mengamati apa saja mata kuliah psikologi di berbagai universitas. Hmm...
sepertinya mengasyikkan meskipun aku belum tahu pasti. Tapi aku bener-bener
ingin belajar dengan giat.
Ditulis 23 Agustus 2014
“Catatan Menjadi Mahasiswa Tingkat 1”
Lebih dari satu tahun gak nyentuh blog ini sama sekali. Akhirnya bertekad lagi ingin nge-post. Kaget juga, meski udah banyak sarang laba-labanya, kunjungan ke blog ini bisa mencapai 800 pageviews sehari. Padahal dulu sehari rata-rata hanya 300-500 pageviews
Entah
kenapa pengen berkicau lagi, terutama setelah setahun merasakan jadi mahasiswa
di kampus hijau, Universitas Negeri Jakarta. Benar-benar butuh adaptasi luar
biasa, 18 tahun tinggal di bawah kaki gunung ciremai harus pindah ke ibu kota
dengan segudang permasalahannya. Mulai dari macet, banjir, panas, juga biaya hidup
yang mahalnya minta ampun. Kamar kosan seluas kamar mandi di rumah aja, harga
sewanya 600 ribu rupiah sebulan, belum sama uang listrik.
Meski
aku gak yakin bisa merangkum semua yang terjadi selama satu tahun, tapi aku
akan melakukannya sebaik mungkin.
Mahasiswa Baru Terbaik dan Ketua
Angkatan Fakultas
Bermula
sewaktu MPA (Masa Pengenalan Akademik) yang lebih dikenal sebagai OSPEK, saking semangatnya jadi maba, aku seneng
banget bikin kesel kakak kelas dengan mengadukan semua pelanggaran yang kubuat.
Aku bilang, “Kak, aku minta hukuman.” Mungkin ini yang membedakan seseorang
yang sudah mendamba kuliah sejak satu tahun yang lalu. Aku ingin sebaik mungkin
memanfaatkan waktu mumpung jadi mahasiswa.
17
Agustus 2013, fakultas mengadakan uji nyali siapa yang berani berpidato di
depan 700 mahasiswa baru lainnya dengan tema dadakan yang nantinya mereka berikan.
Ada banyak yang maju, namun hanya tersisa 6 orang yang bisa memberikan
pidatonya, termasuk diriku. Dan terpilihlah, jengjengjeng… ketua angkatan
Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Pendidkan: Maryam Qonita dari hasil voting 700
maba.
Begitu
pula di jurusan, aku dinobatkan sebagai mahasiswa baru terbaik. Abis itu ngasih
pidato capcipcus gak jelas, selain itu juga di event-event lainnya seperti
kemping-kemping, aku selalu dipilih jadi “Peserta Teladan”. Aku merasa amanah
dipikul ke punggungku, tapi juga senang sekali pemikiran-pemikiranku bisa mudah
tersampaikan.
Didaktika
adalah nama Lembaga Pers Mahasiswa UNJ, dan bisa dibilang Didaktika ini yang
membentuk karakterku selama satu tahun. Karakter sotoy, ingin tahu, suka
menulis, dan suka berdiskusi. Sebelumnya, ummi adalah seorang Aktivis Pers
Mahasiswa 98, mungkin semangat ini yang turun kepadaku. Namun, ummi pernah
dipenjara di zaman Soeharto bahkan di Drop Out dari kampusnya (Universitas Islam Djakarta) gara-gara tulisan ummi menjelekkan rektor UID dimuat di salah satu koran nasional. Makanya, sekarang dia sangat
menentang aku tergabung di Pers Mahasiswa juga.
Tapi
selama setahun penuh aku tetap di organisasi ini. Dari sini aku bertemu dengan
Aliansi Jurnalis Independen (AJI), aku rela pulang kampus tiap jam 11 malam
meski diledekin “cewek gak bener”, rela begadang hingga jam 3 malam tiap
diskusi politik, rela nongkrongin gedung rektorat lima jam demi sebaris dua
baris kalimat narasumber, hingga rela menyelinap masuk ke Kemdikbud demi merekam moment-moment penting. Padahal gak diundang, bahkan sempat diusir satpam. Tapi berhasil nyusup diam-diam di belakang orang penting :)
Menyelinap Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Doc. Pribadi)
(Doc. Pribadi)
Meski
aku sangat menyukai organisasi ini melebihi jurusanku sendiri, namun sayang aku
harus melepasnya. Selain karena aku ingin fokus menulis fiksi daripada nonfiksi,
aku juga gak ingin memberatkan orang tua. Ummi bahkan bicara langsung pada
anak-anak Didaktika yang lain masalah ekonomi keluarga sehingga aku tidak bisa
menghadiri pelantikan pada akhirnya.
Entahlah,
aku sempat mendengar abi mengatakan kalau dia tertipu dan kehilangan uang
kampanye hingga 100 juta rupiah. Sementara saat itu juga aku harus hadir di
acara pelantikan yang akan menghabiskan biaya Rp 700.000. Udah ah, mikirannya
aja bisa bikin aku nangis lagi.
Meski
tetap disibukkan dengan banyak organisasi, Alhamdulillah IPK ku tertinggi
se-angkatan yaitu 3,85. Aku juga menjuarai berbagai perlombaan seperti lomba
debat se-Jurusan, lomba cerpen se-Jakarta, lomba karya tulis ilmiah, dll.
Sebelumnya juga juara I kompetitisi menulis esai bahasa Inggris se-wilayah III Provinsi Jawa Barat (Ciamis, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan)
Kembali Menulis Fiksi
Aku
kembali menulis fiksi pertengahan masa-masa kuliah. Baru dua judul cerpen sih
yang diterbitkan secara nasional sebagai bagian antalogi, tapi aku sudah merasa
sebagai seorang penulis. Pamanku yang seorang sutradara kembali menawarkanku
untuk membuat skenario, aku pun menulis dengan judul “Asmara dalam Asrama”.
Tapi sayangnya, dua kali ditolak Production House karena terlalu relijius dan
tidak memenuhi keinginan pasar. Kecuali …. aku harus menulis dengan gaya FTV.
Untungnya
aku punya banyak kenalan dan tergabung dalam Forum Lingkar Pena se-Jakarta Raya
dan selalu bertemu dengan para penulis-penulis hebat lainnya. Sekarang aku juga sedang menggarap skenario
baru, yang mau tak mau harus bergaya cinta-cintaan ala FTV dulu (Atas saran pembimbing skenario di FLP, Bang Sakti Wibowo). Meski aku tidak tahu
akan lolos lagi apa tidak. Tapi setidaknya aku harus menghabiskan jatah gagalku
dulu, hingga sisanya adalah keberhasilan.
Pengalaman Mengajar di Rumbel TEKO
Setelah setahun menunda kuliah untuk menghafal Qur’an, tentunya aku ingin mengajarkan Al-Qur’an agar tidak sia-sia. Alhamdulillah,
Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ memberiku kesempatan mengajar sukarela di kawasan
slum area di Sunan Giri. Jadi, setiap hari Kamis aku meluangkan waktu bersama
anak-anak membaca IQRO, Quran dan menghafalkannya. Di antara mereka ada yang
ingin jadi dokter, guru, ustadz, bahkan pemain sepak bola.
Foto anak-anak rumbel TEKO
(Doc. Pribadi)
Lolos Pertukaran Pelajar ke Taiwan
Di akhir tahun sebagai mahasiswa
tingkat 1, aku mendaftarkan diri ke AIESEC SU UNJ. Hanya beberapa mahasiswa
yang pada akhirnya berhasil lolos seleksi ke NTPU Taiwan, termasuk aku salah satunya. Namun
tidak ada satupun mahasiswa UNJ lain yang berhasil lolos seleksi wawancara untuk ke
Taiwan. Akhirnya kebanyakan dari mereka mengikuti seleksi wawancara yang ke
China atau negara lainnya.
Logo AIESEC International
(Gambar dipinjam dari wikipedia)
Mungkin orang Taiwan yang
mewawancaraiku itu tertarik ketika ku mengatakan bahwa aku sangat ingin menulis
buku berlatar belakang di Taiwan. Mungkin.. mungkin ya, ini jadi penyebab aku lolos
seleksi.
Dari semua mahasiswa se-Jakarta,
hanya aku dan seorang mahasiswi keturunan chinese dari BINUS yang lolos seleksi
pertukaran ke Taiwan. Segala persiapan sudah kulakukan, bahkan mendadak bikin
paspor. Meski uang pendaftaran 2 juta rupiah sempat kecopetan di busway, dan
bikin nangis seharian bahkan pingsan (sst…). Tapi akhirnya aku tetap signing
contract. Tapi sayangnya, uang naik pesawat tidak bisa ditoleransi. Waktu itu tiket PP ditanggung sendiri, sementara uang sponsor tidak segera
turun. Jadi terpaksa aku membatalkan keberangkatanku setelah signing contract.
Sekarang masih liburan kuliah. Kucoba mengisi waktu dengan mengisi blog dimana seharusnya aku sudah di Taiwan sekarang. Aku
masih belum bisa membayangkan bagaimana teman-teman mencoba menghibur
perasaanku nanti. Aku akan mencoba tersenyum dan mengatakan, “Biasa aja kali…”
atau “Aku gak apa-apa”. Sejujurnya, rasanya ingin teriak karena kecewa.
Aku ingin sekali menulis buku dengan latar belakang di luar negeri… seperti
Andrea Hirata, Ahmad Fuadi, dll. Inilah menjadi salah satu alasan kenapa ke
depannya aku masih akan terus mencoba.
Saat ini aku mengikuti lomba menuliskan mimpi oleh Mimpi Properti. Senang sekali membaca karya-karya tentang mimpi orang lain, bahkan beberapa tulisan membuatku terhenyak membacanya dan terdiam cukup lama. Kuyakin, semua orang pasti memiliki caranya meraih mimpi mereka masing-masing, jadi pastikan kalian juga mengikuti kontes ini ya, baca artikelnya di link di bawah ini... ^_^
http//www.kontesmimpiproperti.com/event-blog-kontes/Jadi inget lagunya Miley Cyrus, The Climb. “Ain’t about how fast I get there, ain’t about what’s waiting on the other side, it’s the climb...”
Berdasarkan tulisan [Dengan pengubahan seperlunya]:
Apapun mimpinya, minumnya teh botol sosro...sukses ya...
ReplyDeletePengalamannya bagus banget kak, jadi termotivasi.
ReplyDelete