Friday, May 28, 2010

[Cerpen Keluarga] Hikmah Dibalik gagalnya Sebuah Perjalanan



Tugas Liburan Bahasa Indonesia - Jalan-jalan? Seru kali ya…? Sudah pasti iya! Dari dulu, aku memang senang sekali sama yang namanya jalan-jalan. Dan itulah yang kurasakan sekarang. Karena rencananya, hari ini aku akan jalan-jalan ke Sukabumi tepatnya Cimelati.

Pagi yang cerah. Kami sedang memasukkan barang-barang ke dalam mobil. Dan setelah itu, perjalanan kami pun dimulai. Aku sangat senang. Bayang-bayang tentang liburan yang menyenangkan segera terlintas di benakku.

Perjalanan ke Sukabumi ternyata menelan waktu kurang lebih empat jam perjalanan. Sehingga, ketika aku turun dari mobil, hawa sejuk alias dingin segera menyentuh lembut tubuhku. Ya… karena menurutku hawa mobil terasa agak panas. Akupun segera merenggangkan otot-ototku yang pegal karena duduk sekitar empat jam di dalam mobil. Yang hanya kugunakan waktunya untuk tidur karena sering mengantuk.

Mataku mulai sibuk mencari keberadaan mainan yang seru dan menegangkan. Tapi… sejauh mataku memandang aku hanya melihat kolam renang yang jernih ada dua dan mainan anak-anak kecil seperti perosotan, ayunan, komidi putar, dan lain-lain. Dan tidak ada yang seru-seru. Akhirnya aku hanya bisa menenangkan hatiku. “Tenang, mungkin jalan lagi sedikit juga ada”. Akhirnya, karena aku tidak sabar, aku tanya pada mamaku, “Ma, apa hanya ini mainannya?” tanyaku.

“Nanti dulu, mama lihat dulu”

Tak lama kemudian, mamaku datang dengan wajah tak menggembirakan. Aku langsung bisa menebak apa yang akan dikatakannya. “Wah, mama sudah mencari-cari. Tapi sepertinya hanya ini mainannya. Tadi juga mama bertanya sama petugas disini, katanya memang hanya ini saja. Ini memang hanya tempat kolam renang dengan fasilitas mainan seperti ini. Jangan mengharap lebih”. Aku cuma melongo. Membayangkan perjalananku yang empat jam itu ternyata berbuah seperti ini.

Akhirnya, kami melakukan perjalanan lagi. Maksudnya acara yang sudah disiapkan jauh-jauh hari untuk ke Cimelati dibatalkan. Aku membatin sebal. Benar-benar sebal! Bayangkan saja, sudah disiapkan jauh-jauh hari, perjalanan yang menghabiskan waktu lama, dan sudah bayar mahal-mahal biarpun bukan aku yang bayar. Saat ini mobil melaju ke arah Depok tepatnya Cinere. Yaitu Kubah Mas.

Di perjalanan, kami turun dulu untuk makan. Akhirnya kami makan di warung padang. Setelah makan dan kenyang, perjalanan kami pun dilanjutkan kembali.

“Alhamdulillah. Akhirnya sampai juga. Sudah pegal banget, nih!” kata mama. “Nanti sandal dilepas. Dan jalan ke masjid dipisah antara laki-laki dan perempuan” kata mama lagi.

“Lho, nanti jalan laki-lakinya dimana?” tanya Om Teguh yang ikut perjalanan bersama kami.

“Tuh… ada!” jawab Ci’ Umun sambil menunjuk papan bertuliskan, “JALAN KHUSUS LAKI-LAKI”

Kami pun berpisah menuju jalan masing-masing. Kami hanya berjalan sebentar dari parkiran mobil. Tiba-tiba, aku merasa kakiku terpaku menatap takjub bangunan kokoh di depanku yang juga rumah Allah ini. Masjid.

“Ma, masjidnya cakep banget, ya? Kokoh pula”

“Jangan salah, kubah masjidnya terbuat dari emas asli dan dibiayakan sama uang pribadi” jelas mama. Perkataan mama barusan membuatku kaget dan terhenyak. “Subhanallah, baik sekali orang itu” kataku sambil geleng-geleng kepala.

“Eh, kita foto-foto dulu disini!”

Kami pun berfoto disana. Berpose dan mengatur posisi dan berfoto lagi sambil tersenyum.

Lalu kami menaiki tangga hingga akhirnya kami tiba di puncak tangga, kami pun melepas alas kaki. Karena jika tidak melepasnya terlebih dahulu kami tidak boleh masuk.

Setelah kami menitipkan sandal di penitipan. Kami duduk-duduk dahulu di pelataran masjid. Mama dan ebo’ ( sebutanku untuk nenek ) minta difoto. Akhirnya, Nabilah, Ery, dan Feny pun ikut-ikutan difoto. Yang memotretnya adalah Kak Syifa.

Setelah itu, aku dan Feny sibuk memotret masjid yang besar dan bagus itu. Kak Syifa dan Kak Via juga begitu. Dan ketika ditengah sibuknya kami foto-foto, hujan turun. Lebih tepatnya sebatas gerimis. Akhirnya kami memutuskan untuk memasuki masjid. Tapi ketika kami ingin memasuki masjid……

“Maaf, anak dibawah 5 tahun dilarang masuk. Bisa membuat ketidak tenangan di dalam masjid” pernyataan itu ditujukan dari petugas untuk Nabilah dan Icha. Akhirnya, jadilah aku disuruh menjaga Icha diluar . Sedangkan Nabila ikut mamanya ke toilet.

Mungkin juga untuk mencegah anak kecil buang hadats sembarangan kali, ya…., batinku.

Lama aku menunggu, akhirnya Ci‘ Obe datang bersama Nabilah.

“Ery mau masuk. Ya sudah ya ,papa. Biar Icha nci yang jagain saja” Ci’ Obe menawarkan diri. “Nci” itu adalah panggilanku ke paman, bibi, atau ua.

“Feny, aku mau masuk dulu. Kamu jagain Icha dulu, ya” kataku. Akhirnya aku masuk menemui mama.

“Ma, foto dong dalamnya. Boleh kan sama petugasnya, ma?”

“Tidak tahu kalau sekarang. Dulu sih dilarang. Tapi tadi mama lihat banyak yang foto-foto. Sebaiknya kamu rekam video saja” katanya.

“Oh….”

Tahu-tahu adikku, Icha datang bersama Feny memakai mukena mama. Aku kaget.

“Lho…, kok? Memang tidak dimarahin?” tanyaku.

“Tidak tahu. Mungkin karena pakai mukena jadi dikira mau shalat mungkin dan tidak dimarahin”

“Oh…”

Tiba-tiba, Nabila masuk sambil berlari dan berteriak kencang Ia menjadi perhatian banyak orang. Aku kaget. “Lho, kok dia bisa masuk? Tidak pakai mukena pula”

“Tidak tahu. Mungkin karena foto-foto disini masih dilarang, akhirnya petugasnya sibuk mengurusi itu dulu. Nabilah jadi masuk dengan mudah” kata Feny menjelaskan. Aku mangut-mangut.

Kami semua disini lalu shalat Ashar. Setelah shalat, semua berkumpul di depan pintu taman dan Ci’ Agus telah menyiapkan mobil untuk perjalanan pulang. Dan kami pun pulang….

Memori ini masih melekat kuat di ingatanku sampai sekarang. Karena ada hikmahnya di balik kisah ini. Aku yang tidak bisa menikmati permainan seru bahkan harus melewati empat jam perjalanan akhirnya beralih ke rumah Allah tempat ibadah. Disini tidak kalah asyik sehingga aku bisa melihat langsung masjid berkubah emas yang sering dimunculkan di televisi atau majalah. Alhamdulillah.

Ery, Oktober 2008 

Kumpulan Tugas Liburan Bahasa Indonesia ditulis satu kelas 3 MTs

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.

Related Posts Plugin by ScratchTheWeb