“Bujang, apa kau pernah memakan makanan yang
sangat enak?” tanya Hamzah tiba-tiba.
“Aku ingat-ingat dulu. Oya, pernah. Nasih
kebuli,” jawab Bujang ceria.
“Ketika kau sedang berhadapan dengan nasi
kebuli itu, apa kau yakin nasi itu rezekimu?”
“Ya.”
“ketika kau mulai makan, apa kau makin yakin
nasi yang kau masukkan ke dalam mulutmu itu rezekimu?”
“Tentu saja.”
“ketika kau selesai makan, apa kau sudah
sangat yakin bahwa nasi di dalam perutm itu rezekimu?”
“Pasti itu.”
“Bagaimana jika kemudian perutmu mual lalu kau
memuntahkan nasi kebuli yang sudah bersanding dengan isi perutmu?”
“Berarti hanya sebatas itulah rezekiku,
Hamzah.”
“Bujang, kau harus dapat membedakna mana
rezeki untuk matamu, mana rezeki untuk
mulutmu, dan mana rezeki untuk perutmu.”
Ingat Hamzah.
“Apa maksudmu?”
“Maksudku, rezeki untuk mata belum tentu akan
menjadi rezeki untuk mulutmu. Rezeki untuk mulut belum tentu akan menjadi
rezeki untuk perutmu. Rezeki untuk perutmu belum tentu akan akan menjadi rezeki
untuk pertumbuhan tubuhmu. Hanya rezeki yang berkah saja yang dapat brmanfaat
bagi kita, baik sedikit maupun banyak,” papar Hamzah alias Syaikh Cinta.
***
Sobat, camkanlah kata-kata terakhir Hamzah
sang Syaikh Cinta di atas bahwa rezeki untuk mata belum tentu akan menjadi
rezeki untuk mulutmu. Rezeki untuk mulutmu belum tentu akan menjadi rezeki
untuk perutmu. Rezeki untuk perutmu belum tentu akan akan menjadi rezeki untuk
pertumbuhan tubuhm. Hanya rezeki yang berkah saja yang dapat bermanfaat bagi
kita. Baik kita suka atas rezeki itu maupun tidak.
Sobat, percayalah bahwa hal seperti ini juga
bisa terjadi dalam masalah cinta. Kamu mungkin pernah bertemu dengan seorang
wanit anggun dan tanpa sengaja kamu menatap matanya dan ia mentap matamu.
Kemudaian dari salig mentap sesaat itu kalian saling tersenyum dan bergumam,
“So sweet.” Beberapa hari kemudian kamu masih ingat tatapan matanya dan hatimu
meyakini kalau kamu sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah itu kamu
meyakini bahwa pertemuan pertama itu adalah pertanda bahwa wanita itu adalah
jodohmu.
Ketika Alllah kembali mempertemukan dengan
wanita itu, maka keyakinan bahwa wanita itu jodohmus emakin kuat. Kamu semakin
mencintainya lalu kamu minta bantuan murabbimu untuk mengatur proses ta’aruf
atau pengealan lebih lanjut. Dan proses ini kamu dan wnita itu bisa saling
mengenal diri dan keluarga masing-masing. Ternyata Allah memudahkan proses
ta’aruf ini, sehingga hati kamu semakin yakin lagi bahwa wanita itu benar-benar
jodohmu.
Pada akhirnya kalian pun menikah dan hidup
sebagai suami istri. Pada awal-awal pernikahan jiwamu benar-bear sangat
meyakini bahwa wanita yang sudah menjadi istrimua itu adalah benar-benar
jdohmu. Jodoh yang diturunkan Tuhan dari langit. Jodoh yang telahd itakdirkan
untukmu di dunia dan akhirat.
Akan tetapi, aapa yang terjadi setelah sepuluh
tahun kamu hidup berasam wanita yang kamu anggap sebagai jodohmu itu? Rasa
cinta di hatimu pun memudar, apalagi saat istrimu tidak cantik dan langsing
lagi seperti dulu. Kalian selalu bertengkar dan saling curiga. Tidak ada rasa
saling per caya diri yang pada akhirnya kalin pun... bercerai.
Sobat, ke mana keyakinan matamu bahwa wanita
yang membuatmu jatuh cinta pada pandangan pertama itu adalah jodohmu? Kemana
keyakinan hatimu bahwa wanita yang dimudahkan proses ta’arufnya denganmu itu
adalah jodohmu? Kemana keyakinann jiwamu bahwa wanita yang telah menjadi
istrimu adalah jodohmu yang diturunkan Tuhan dari langit?
Mengapa wanita yang selama ini kita yakini
sebagai jodoh untuk mata, hati, dan jiwa kita pada akhirnya berpisah dari kita?
Karena pada hakikatnya jodoh untuk matamu belum tentu akan menjadi jodoh untuk
hatimu. Jodoh untuk hatimu belum tnetu akan menjadi jodoh untuk jiwamu. Jodoh
untuk jiwamu pun belum tentu akan mendatangkan kebahagiaan untukmu. Hanya jodoh
yang berkah saja yang dapat mendatangkan kebahagiaan, baik kita mencitnainya
maupun tidak mencintainay.
Sobat, kita harus dapat membedakan mana wanita
yang kita cintai, mana wanita ynag menjadi istri kita, dan mana wanita yang
menjadi jodoh kita. Wanita yang kita cintaikbelum tentu akan menjadi istri
kita. Wanit yang menjadi istri kita belum tentu akan menjadi jodoh kita.
Bahkan, wanita yang menjadi jodoh kita belum tentu adalah wanita yang sangat
kita.......... cintai.
Disadur dari buku “Penyakit
Cinta”
You Might Also Like:
You Might Also Like:
- Mengapa Pacaran Haram? Mengapaaaa???
- Karena Permata itu Dicari, Ukhti
- [Pantun Puisi] Love Is... Is
- Jadi Ikhwan Jangan Genit
- Mari Kita Berhenti Mengidolakan Artis!
- Hukum Ghadhul Bashar (Menundukkan Pandangan)
- Ketika Lawan Jenis Menarik Hati
- Saat Ikhwan Menyatakan Cinta
- Duh... Cinta!
- [Hikmah] Inilah Hidup