Monday, August 25, 2014

Catatan Kecil: Lembaran Impian Untuk Berbagi

Catatan ini ditulis sejak tiga tahun yang lalu.

Ditulis 27 April 2011

“Gejolak Dua Mimpi”
Aku adalah seorang santri di Pondok Pesantren Husnul Khotimah. Sebuah Pondok Pesantren modern di kaki gunung ciremai. Dan aku membuat blog ini soalnya emang sejak kecil senang sekali menggeluti dunia tulis menulis. Emang sih masih terbilang pemula, tapi aku tidak menunggu menjadi professional baru membuat blog. Aku justru membuat blog ini sebagai jejak-jejak aku menuju penulis professional yang sejati nanti. Amiin... 
Santri Akhwat di HK
(Gambar dipinjam dari husnulkhotimah.com)
Awal aku mulai menulis adalah saat kelas 3 SD. Waktu itu aku membuat cerita berbentuk komik yang mengisahkan tentang anak perempuan yang menderita. Tipikal cerita Cinderella judulnya "Gadis Malang dan Tiga Peri Kecil". Waktu itu aku belum mempublikasikan cerita itu. Cerita pertama yang aku publikasikan judulnya "Ngotak-Ngatik Temen". Alhamdulillah teman-teman aku banyak yang suka ceritanya, dan mulai saat itu aku jadi pede nulis cerita buat dipublikasikan.
Walau di tengah jalan aku banyak mempublikasikan karya buat teman-teman, tapi aku masih merasa kalau menjadi penulis bukanlah cita-cita. Paradigma yang tertanam bahwa cita-cita adalah sesuatu yang benar-benar aku kejar dengan sekuat tenaga. Tapi menulis... aku tidak merasakan banyak keluar energi untuk itu. Aku melakukannya untuk bermain dan bersenang-senang saja. Sehingga aku tidak merasakan perjuangan berat itu yang katanya “jalan menuju sukses”. (Read: Sinopsis Novel-Novelan Buatanku Part 1)


Gambar Novel-Novelan Buatanku
Gambar novel-novelan buatanku
(Doc. Pribadi)
Saat kelas 3 MTs, di pelajaran TIK ada materi HTML dan (bukan maksud sombong) diantara semua teman sekelas, aku benar-benar cepat mengerti kode-kode itu. Aku senang sekali mengotak-ngatik kodenya, sehingga sebelum diberi materi selanjutnya, aku sudah melangkah lebih dahulu. Karena dicap sebagai yang paling jago TIK, aku jadi semakin percaya diri. Aku ingin lebih maju dan maju lagi. Aku pun membeli buku-buku tentang HTML dan PHP.
Waktu berjalan, aku sudah kelas 1 Aliyah. Rasanya, aku ingin ikut Olimpiade Sains Nasional bidang Informatika. Akhirnya aku pun belajar Pemrogramman Pascal habis-habisan. Setiap hari menghabiskan berjam-jam di depan komputer dan mengambil semua tutorial dari internet. Pak Asep, ustaz Pascal yang mengajar study club TIK bahkan bisa memercayakan kepadaku setiap teman yang bertanya di kelas. Walhasil aku ibarat jadi guru kedua setelahnya.
Aku pun jadi percaya bahwa inilah bakat dan inilah cita-citaku. Tapi satu yang jelek yang akhirnya membuat aku berhenti belajar. Bahwa tidak memahami kalau jalan menuju sukses itu penuh kerikil. Ustaz Pascal keluar dari Pesantren karena menjadi PNS. Berbulan-bulan study club tidak jalan, sampai akhirnya digantikan oleh ustazah. Tapi tidak lama dia mengajar, dia juga keterima menjadi PNS. Bolak-balik aku mengadu ke Tata Usaha agar ada guru baru. Tapi di pesantren ini tidak ada lagi guru yang bisa pascal.
Aku pun menjadi penakut. Aku selalu resah memikirkan masa depan. Aku takut aku gak bisa masuk OSN. Sehingga belajar pun menjadi sesuatu yang menekan dan menyiksa. Rasanya seperti dikejar oleh waktu dan aku dituntut paham materinya. Tapi aku tidak punya seseorang untuk bertanya. Dan ketakutan itu membuatku terhambat. Persis seperti yang dialami oleh Raju Rastogi di film 3 Idiots.
Study Club TIK dihapus karena tidak ada guru pembimbing. Itu artinya, sekolah tidak akan mengutus muridnya OSN. Belum lagi aku sudah terhambat, dan tidak belajar lagi berbulan-bulan karena rasa takut yang kekanak-kanakan. Mungkin sedih dan kecewa, tapi aku paham sesuatu bahwa seharusnya OSN bukanlah yang kukejar waktu itu. Harusnya aku mengejar proses belajarnya. Tetapi, masih panjang jalan di depan Insya Allah, dan aku ingin melaluinya dengan lebih memerhatikan langkahku saat ini agar tidak jatuh, agar hari dapat berlalu dengan baik tanpa resah pada masa depan.
Aku ingin merdeka dalam bekerja, makanya aku putuskan ingin menjadi penulis. Menulis berbeda dengan programming. Saat menulis rasanya seperti bermain di taman imajinasi yang begitu indah sehingga aku merasa tidak tertekan oleh apapun. Walaupun sampai saat ini aku ingin menjadi programmer dan aku ingin lulus teknik Informatika ITB, tapi aku tetap akan menomorsatukan menulis karena dengan itu aku merasa bahagia.

Ditulis 7 Juli 2012

“Kegagalan Tidak Mendefinisikan Dirimu”

Sebenarnya tidak pernah terpikir olehku bahwa aku akan tidak lulus SNMPTN. Yang kupikirkan setidaknya pilihan 2 udah pasti lulus dan pilihan 1 mendekati lulus. Ternyata oh ternyata tulisan di http://ujian.snmptn.ac.id adalah……… Maaf, peserta atas nama Maryam Qonita dinyatakan tidak lulus SNMPTN 2012 jalur ujian tertulis. Jangan putus asa dan tetap semangat! Semua orang di rumah gak percaya, aku cengo cukup lama dan gak berpindah tempat, mengulangi loading lagi dan lagi tapi tulisan itu tetap gak berubah. Alhamdulillah, setidaknya tulisan di situ meminta maaf dan bukan cacian apalagi makian.

Mungkin buat teman-temanku yang ditakdirkan Allah melewati ujian sepertiku pasti merasakan hal yang sama. Betapa dalamnya rasa kecewa, rasa sedih, rasa malu, rasa marah, gak percaya campur aduk. Pada akhirnya mengurung diri di dalam kamar sambil berandai-andai…. “kalau saja aku…”, “Kalau saja waktu itu… ” dan bla bla bla.

Aku pun kecewa dan merasa pasti ada yang salah. Setelah masih terus berjuang mengambil kesempatan di SNMPTN tertulis, belajar siang malam, merangkak dari nilai nasional 500 ke 800 sembari memohon pada-Nya lewat sholat tahajud dan dhuha, lewat shaum sunnah, tiap tetes air mata, tiap huruf demi huruf alquran dan tiap bisik dzikir… Allah mengungkapkan semuanya malam itu yang rasanya seperti makanan pahit harus bulat-bulat ditelan. Seketika juga anganku melayang dan berada di titik terendah.

Kondisi kamar Menjelang SNPMTN 2012
(Doc. Pribadi)

Satu pintu tertutup. Cahaya itu meremang. Aku bangun tidur dan kejadian semalam bukan mimpi. Aku langsung menangis dan gak mau beranjak dari kasur. Yang kuharapkan kemenangan membuatku histeris, ternyata kegagalan menghampiriku dengan sadis! 

Waktu sudah menunjukkan jam 5 pagi, aku harus sholat subuh. Langkah kaki rasanya begitu berat, tapi aku tetap harus sholat subuh. Setelah sholat subuh, entah kenapa terpikir untukku menulis cerita ini. Dalam benakku: “Allah pasti ingin aku belajar ikhlas”

SNMPTN memang momen besar. Tapi Allah jauh lebih besar lagi. Aku pikir aku akan sedih selama 7 hari 7 malam, ternyata Allah memapahku dan aku masih dapat berjalan. Setelah semua perjuangan itu… aku yakin suatu saat nanti Allah takkan membuat kita kosong dan kecewa. Ingat sebuah kata-kata bijak, “Kesuksesan itu seperti bola bekel. Sekeras apa kita menghantam dasar, setinggi itu pula kita akan memantul. Semakin keras menghantam maka semakin tinggi memantul.”

Ditulis 13 Agustus 2012

“Menggapai Mimpi, Walau Lelah asal Lillah”
Keinginan yang menggebu, ambisi yang mendewa, langkah kaki yang terburu-buru. Akhirnya tiba saat aku terima semua kegagalan, entah apa yang ada dalam pikiran dan apa yang ada di hati, apakah keinginan dan takdir bisa berjalan bersama?
Masih terpatri dalam benak saat aku berkata INGIN BISA PROGRAMMING. Yang seperti apa ?? (Kata trainer harus RINCI). Eh..... bisa nge-hack? Yang bisa bikin kecerdasan buatan buat robot? Yang bisa bikin situs? Atau software? Aku hanya suka ngotak-ngatik kode, makanya aku suka programming. Tidak tahu kenapa. Tidak tahu ingin seperti apa. Hanya suka. Tidak peduli pada akhirnya bisa jadi programmer atau tidak, aku hanya ingin bisa programming.
Masih terpatri dalam benak saat aku bilang... INGIN JADI PENULIS. Kenapa??? Karena aku suka menulis! Membiarkan imajinasi mengembara dengan bebas, menulis hal-hal yang kadang tak masuk logika!! Mewujudkan duniaku sendiri dengan imajinasi dan jari-jari tanganku yang menari di atas keyboard atau di atas kertas. Aku punya kebebasanku sendiri. Bahkan walau saat mentok, istirahat dan bisa lebih banyak mencari inspirasi. Rasanya seperti bermain-main.
JADI PENULIS ATAU PROGRAMMER??? Rasanya seperti selingkuh. Hehehe... Jadi kuputuskan ingin jadi penulis yang jago programming! ^_^
Langkah awalku ingin jadi penulis>>> 3 SD dan terus hingga sekarang. Masih inget banget waktu itu pulpen selalu habis dalam dua hari. Jadi terpaksa bongkar celengan gara-gara bokek buat beli pulpen. Beberapa perlombaan kumenangi, forum kepenulisan juga dipegang, organisasi majalah, bahkan tawaran bikin skenario film sama paman yang seorang sutradara (Sayangnya waktu itu pengennya fokus OSN Komputer. Soie banget deh waktu itu :) ).
Langkah awalku ingin jago programming>>> 3 SMP dan terus hingga sekarang. Masih inget banget waktu itu... pas warnet masih jarang dan jaraknya lumayan jauh (4 KM dari rumah). Belum punya motor pastinya. Hehe. Bolak-balik jalan jauh gak peduli panas maupun hujan. Jalan lewat hutan bambu dan tempat pembuangan sampah. Pernah aku di warnet (yg waktu itu masih jauh) sampai kesorean dan dimarahin umi di tempat. Dikirain naksir sama tukang warnetnya :D
Itu demi ngambilin kode-kode gak jelas dari internet.... BUAT DILIHATIN. Awalnya sekadar dilihatin walaupun gak ngerti. Ih.... keren ya??? Koq bisa jadi game keren? Situs keren? Robot keren??? Rasanya seneng melambuung tinggi kubuat program pertamaku dengan PASCAL. Lupa sih... tapi kayaknya semacam tebak-tebakan angka gitu ada kakulatornya juga.
Belajar sepuluh jam sehari. Rela jagain toko sembako gara-gara disitu ada kompinya walau kayaknya sih pentium 2 atau pentium 3 ya? Bahkan sampai kompi yang pojok di labkom sekolah meledak pas kupake. Beneran keluar asep gitu... Hihihi.
Akhirnya bisa bikin game-game yang sedikit lebih kreatif. Kadang gantiin guru ngajar di STUDY CLUB Komputer. Pokoknya masa-masa aku gila banget sama PASCAL sampai menggebu-gebu! Dan sudah didaftarin OSN tapi sayang gak jadi karena guru pembimbingku keluar. Waktu itu kertas mimpiku kurobek-robek. Dan saat itulah titik aku bersumpah: CUKUP SAMPAI DISINI AKU GAGAL!


Logo STEI ITB
(Gambar dipinjam dari nurainihesti.blogspot.com)
3 SMA>>> INGIN KULIAH DI STEI ITB. Pokoknya harus STEI ITB. Kalau gak lulus akan kucoba tahun depan. Belajar mati-matian juga edan-edanan buat SNMPTN jalur tertulis. Gak mungkin lewat undangan karena prestasiku biasa-biasa saja. Aku bahkan sujud syukur bisa naik kelas karena nilai tugasku nyaris NOL! (Pas aliyah, aku gak pernah ngerjain tugas dan rangking 29 dari 30 siswa di kelas).

Waktu itu yang kupikirkan aku cuma mau ikut OSN... tapi juga mau juara lomba nulis... Kuliah??  Berharap bisa lewat sertifikat-sertifikat lomba. (Walau akhirnya gak sempat ikut OSN).
Akhirnya terpaksa lewat SNMPTN tulis. Karena selama ada kemauan dan ada kesempatan sekecil apapun itu yang penting dicoba. Keinginanku lulus begitu MENDEWA. Demi SNMPTN aku mengabaian TO UN. Toh hanya TO dan toh hanya UN. Wajar banget terpaksa aku merasakan nilai TO UN Terburuk se-angkatan (Walaupun harusnya gak seburuk itu sih tapi gak enak juga jadi bahan omongan).
Aku minta doa ortu pas umroh biar lulus STEI ITB. Belajar berdarah-darah (Lebay mode on) di 2 bulan terakhir. Aku sangat semangat!! Kata teman-teman, aku adalah orang paling semangat yang pernah mereka temui! Waktu itu aku jarang makan (Maunya belajar), sering begadang, kamar mirip gubuk kertas kotretan, sampai ratusan soal sehari aku baru bisa tidur. Meskipun begitu, kenyataan yang harus kuterima aku tidak lulus. Walaupun sangat mengharap sebenarnya karena nilai SNMPTN mendekati lulus.
Kamar mirip gubuk kertas
(Doc. Pribadi)
Inilah pertama kalinya seorang MARYAM QONITA takut bermimpi!!
Mungkin semua ini teguran Allah karena niatku bukan karena Allah. Sehebat apapun amal, kalau niatnya keruh bobrok juga. Aku menyimpan ambisi ku dalam hatiku dan takdir harus seperti keinginanku.
“Dan orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu pertolongan Allah), serta mendustakan pahala yang terbaik, maka akan Kami mudahkan baginya jalan menuju kesukaran” (QS Al Lail 8-10)
Alhamdulillah... ternyata ortu bukan mendoakanku lulus STEI ITB. Tapi pas umroh mendoakan yang terbaik untukku. Kesuksesan terbaik dunia dan akhirat. Dan jawabannya adalah memang gak lulus. Mungkin karena aku masih ada utang hafalan Quran 25 juz. Bukankah ada kisah penghafal Quran yang jasadnya gak hancur walau sudah dikubur 28 tahun? Juga kisah yang sembuh dari cacat karena menghafal Quran?? Dan berbagai kemudahan belajar dan mengingat kalau kita menghafal Quran.
Aku juga masih punya banyak kesempatan ikut tahun depan. Dengan nilai kemarin yg mendekati, aku PD SNMPTN 2013 bisa lulus. Kalaupun gak lulus juga, masih banyak pintu lain yg membimbingku menuju mimpi awalku atau bahkan yg jauuuh lebih baik. Dan yg pastinya... Lillah!

Ditulis 12 Juli 2013

“Psikologi: Que sera.. sera...”

Que sera.. sera... Whatever will be.. will be...
Gambar Kelulusan SBMPTN 2013
(Doc. Pribadi)

Hmm.. baiklah guys, disini aku mau cerita sedikit pengalaman SBMPTN 2013. Setelah gagal di SNMPTN 2012, alhamdulillah berhasil juga di SBMPTN 2013 dan setidaknya di jurusan yang aku inginkan. Psikologi.

Gagal di SNMPTN 2012... Alhamdulillah aku bersyukur sebenarnya karena Allah berencana lain. Abis itu kan aku mengabdi setahun di Pesantren Tahfidz Al-Hikmah, Cirebon. Jadi aku bisa tahu, aku lebih meminati Psikologi dibandingkan Informatika. Lagipula, aku harus menyembuhkan psikologi diriku sendiri, hehe.

Sebenarnya aku ingin belajar programmer setelah membuat sebuah novel-novelan tema hacker berjudul “The Secure Phantom”. Jadi landasannya kenapa pengen programming karena pengen bikin novel tema hacker. Intinya..  cita-citaku Cuma ingin menjadi penulis. Karena kutahu banyak penulis besar tidak berbackground sastra, maka aku pun bebas memilih jurusan apapun tidak harus sastra Indonesia. Lagian tidak diizinkan orang tua untuk pilih sastra Indonesia.

Di PTQT Al-Hikmah banyak cerita yang gak bisa kusampaikan. Tapi seneng banget rasanya bisa jadi kepercayaan santri-santri untuk menyampaikan curhat mereka. Dan saat itu pula aku turut membantu mereka menghilangkan phobia dan trauma. Kayak takut kecoak, cicak, laron, belalang, plastik, kucing, nasi, gelap, hantu, trauma sosial, dll.
Bareng adik-adik PTQT Al-Hikmah
(Doc. Pribadi)

Terkadang aku juga main hipnotis-hipnotisan, seperti menukar kepribadian orang lain. Atau membuat orang itu merasa dirinya artis terkenal. Waktu itu, aku menghipnotis adikku untuk berubah menjadi Taylor Swift dan tidak bisa berbahasa Indonesia. Aku juga menukar kepribadian dua sepupuku yang berbeda jauh, yang tomboy menjadi centil begitu pula sebaliknya. Kepribadian mereka tetap tertukar hingga keesokan paginya. Selama setahun, aku main sugesti-sugestian. Dan selama setahun akhirnya mantaplah, Psikologi.

Walaupun psikologi masuk dalam jurusan IPS, dimana aku ber-background IPA dan bimbel SBMPTN pun IPA (Tidak belajar IPS), tapi setiap try Out IPS aku selalu nyempil masuk kelas IPS. Lagian katanya sih sah-sah aja anak IPA ikutan TO IPS.

Dari psikologi, aku bisa lebih menjiwai tokoh buatanku nanti. Mengapa seseorang bisa menjadi gila? Atau mengapa seseorang bisa menjadi psikopat? Mengapa mereka bisa memiliki kepribadian ganda? Dan mungkin ide-ide dalam cerita akan lebih “liar”. Aku sudah mengamati apa saja mata kuliah psikologi di berbagai universitas. Hmm... sepertinya mengasyikkan meskipun aku belum tahu pasti. Tapi aku bener-bener ingin belajar dengan giat.

Ditulis 23 Agustus 2014

“Catatan Menjadi Mahasiswa Tingkat 1”
                
             Lebih dari satu tahun gak nyentuh blog ini sama sekali. Akhirnya bertekad lagi ingin nge-post. Kaget juga, meski udah banyak sarang laba-labanya, kunjungan ke blog ini bisa mencapai 800 pageviews sehari. Padahal dulu sehari rata-rata hanya 300-500 pageviews

            Entah kenapa pengen berkicau lagi, terutama setelah setahun merasakan jadi mahasiswa di kampus hijau, Universitas Negeri Jakarta. Benar-benar butuh adaptasi luar biasa, 18 tahun tinggal di bawah kaki gunung ciremai harus pindah ke ibu kota dengan segudang permasalahannya. Mulai dari macet, banjir, panas, juga biaya hidup yang mahalnya minta ampun. Kamar kosan seluas kamar mandi di rumah aja, harga sewanya 600 ribu rupiah sebulan, belum sama uang listrik.

          Meski aku gak yakin bisa merangkum semua yang terjadi selama satu tahun, tapi aku akan melakukannya sebaik mungkin.

         Mahasiswa Baru Terbaik dan Ketua Angkatan Fakultas

            Bermula sewaktu MPA (Masa Pengenalan Akademik) yang lebih dikenal sebagai OSPEK, saking semangatnya jadi maba, aku seneng banget bikin kesel kakak kelas dengan mengadukan semua pelanggaran yang kubuat. Aku bilang, “Kak, aku minta hukuman.” Mungkin ini yang membedakan seseorang yang sudah mendamba kuliah sejak satu tahun yang lalu. Aku ingin sebaik mungkin memanfaatkan waktu mumpung jadi mahasiswa.

          17 Agustus 2013, fakultas mengadakan uji nyali siapa yang berani berpidato di depan 700 mahasiswa baru lainnya dengan tema dadakan yang nantinya mereka berikan. Ada banyak yang maju, namun hanya tersisa 6 orang yang bisa memberikan pidatonya, termasuk diriku. Dan terpilihlah, jengjengjeng… ketua angkatan Mahasiswa Baru Fakultas Ilmu Pendidkan: Maryam Qonita dari hasil voting 700 maba.

                Begitu pula di jurusan, aku dinobatkan sebagai mahasiswa baru terbaik. Abis itu ngasih pidato capcipcus gak jelas, selain itu juga di event-event lainnya seperti kemping-kemping, aku selalu dipilih jadi “Peserta Teladan”. Aku merasa amanah dipikul ke punggungku, tapi juga senang sekali pemikiran-pemikiranku bisa mudah tersampaikan.

            Aktif di Organisasi Juga IPK Tertinggi
anak-anak Didaktika
(Gambar dari Facebook LPM Didaktika)

         Didaktika adalah nama Lembaga Pers Mahasiswa UNJ, dan bisa dibilang Didaktika ini yang membentuk karakterku selama satu tahun. Karakter sotoy, ingin tahu, suka menulis, dan suka berdiskusi. Sebelumnya, ummi adalah seorang Aktivis Pers Mahasiswa 98, mungkin semangat ini yang turun kepadaku. Namun, ummi pernah dipenjara di zaman Soeharto bahkan di Drop Out dari kampusnya (Universitas Islam Djakarta) gara-gara tulisan ummi menjelekkan rektor UID dimuat di salah satu koran nasional. Makanya, sekarang dia sangat menentang aku tergabung di Pers Mahasiswa juga.

          Tapi selama setahun penuh aku tetap di organisasi ini. Dari sini aku bertemu dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), aku rela pulang kampus tiap jam 11 malam meski diledekin “cewek gak bener”, rela begadang hingga jam 3 malam tiap diskusi politik, rela nongkrongin gedung rektorat lima jam demi sebaris dua baris kalimat narasumber, hingga rela menyelinap masuk ke Kemdikbud demi merekam moment-moment penting. Padahal gak diundang, bahkan sempat diusir satpam. Tapi berhasil nyusup diam-diam di belakang orang penting :) 
Menyelinap Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(Doc. Pribadi)

                Meski aku sangat menyukai organisasi ini melebihi jurusanku sendiri, namun sayang aku harus melepasnya. Selain karena aku ingin fokus menulis fiksi daripada nonfiksi, aku juga gak ingin memberatkan orang tua. Ummi bahkan bicara langsung pada anak-anak Didaktika yang lain masalah ekonomi keluarga sehingga aku tidak bisa menghadiri pelantikan pada akhirnya.

              Entahlah, aku sempat mendengar abi mengatakan kalau dia tertipu dan kehilangan uang kampanye hingga 100 juta rupiah. Sementara saat itu juga aku harus hadir di acara pelantikan yang akan menghabiskan biaya Rp 700.000. Udah ah, mikirannya aja bisa bikin aku nangis lagi.

                Meski tetap disibukkan dengan banyak organisasi, Alhamdulillah IPK ku tertinggi se-angkatan yaitu 3,85. Aku juga menjuarai berbagai perlombaan seperti lomba debat se-Jurusan, lomba cerpen se-Jakarta, lomba karya tulis ilmiah, dll. Sebelumnya juga juara I kompetitisi menulis esai bahasa Inggris se-wilayah III Provinsi Jawa Barat (Ciamis, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan)

            Kembali Menulis Fiksi
Bersama teman-teman akhwat di FLP & Penulis Mbak Muthmainnah
(Gambar dipinjam dari Facebook FLP 18)

                Aku kembali menulis fiksi pertengahan masa-masa kuliah. Baru dua judul cerpen sih yang diterbitkan secara nasional sebagai bagian antalogi, tapi aku sudah merasa sebagai seorang penulis. Pamanku yang seorang sutradara kembali menawarkanku untuk membuat skenario, aku pun menulis dengan judul “Asmara dalam Asrama”. Tapi sayangnya, dua kali ditolak Production House karena terlalu relijius dan tidak memenuhi keinginan pasar. Kecuali …. aku harus menulis dengan gaya FTV.

                Untungnya aku punya banyak kenalan dan tergabung dalam Forum Lingkar Pena se-Jakarta Raya dan selalu bertemu dengan para penulis-penulis hebat lainnya.  Sekarang aku juga sedang menggarap skenario baru, yang mau tak mau harus bergaya cinta-cintaan ala FTV dulu (Atas saran pembimbing skenario di FLP, Bang Sakti Wibowo). Meski aku tidak tahu akan lolos lagi apa tidak. Tapi setidaknya aku harus menghabiskan jatah gagalku dulu, hingga sisanya adalah keberhasilan.

Pengalaman Mengajar di Rumbel TEKO

Setelah setahun menunda kuliah untuk menghafal Qur’an, tentunya aku ingin mengajarkan Al-Qur’an agar tidak sia-sia. Alhamdulillah, Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ memberiku kesempatan mengajar sukarela di kawasan slum area di Sunan Giri. Jadi, setiap hari Kamis aku meluangkan waktu bersama anak-anak membaca IQRO, Quran dan menghafalkannya. Di antara mereka ada yang ingin jadi dokter, guru, ustadz, bahkan pemain sepak bola.
Foto anak-anak rumbel TEKO
(Doc. Pribadi)

Lolos Pertukaran Pelajar ke Taiwan

Di akhir tahun sebagai mahasiswa tingkat 1, aku mendaftarkan diri ke AIESEC SU UNJ. Hanya beberapa mahasiswa yang pada akhirnya berhasil lolos seleksi ke NTPU Taiwan, termasuk aku salah satunya. Namun tidak ada satupun mahasiswa UNJ lain yang berhasil lolos seleksi wawancara untuk ke Taiwan. Akhirnya kebanyakan dari mereka mengikuti seleksi wawancara yang ke China atau negara lainnya.
Logo AIESEC International
(Gambar dipinjam dari wikipedia)

Mungkin orang Taiwan yang mewawancaraiku itu tertarik ketika ku mengatakan bahwa aku sangat ingin menulis buku berlatar belakang di Taiwan. Mungkin.. mungkin ya, ini jadi penyebab aku lolos seleksi.

Dari semua mahasiswa se-Jakarta, hanya aku dan seorang mahasiswi keturunan chinese dari BINUS yang lolos seleksi pertukaran ke Taiwan. Segala persiapan sudah kulakukan, bahkan mendadak bikin paspor. Meski uang pendaftaran 2 juta rupiah sempat kecopetan di busway, dan bikin nangis seharian bahkan pingsan (sst…). Tapi akhirnya aku tetap signing contract. Tapi sayangnya, uang naik pesawat tidak bisa ditoleransi. Waktu itu tiket PP ditanggung sendiri, sementara uang sponsor tidak segera turun. Jadi terpaksa aku membatalkan keberangkatanku setelah signing contract.
Andrea Hirata
(Gambar dipinjam dari TheJakartaPost.com)

Sekarang masih liburan kuliah. Kucoba mengisi waktu dengan mengisi blog dimana seharusnya aku sudah di Taiwan sekarang. Aku masih belum bisa membayangkan bagaimana teman-teman mencoba menghibur perasaanku nanti. Aku akan mencoba tersenyum dan mengatakan, “Biasa aja kali…” atau “Aku gak apa-apa”. Sejujurnya, rasanya ingin teriak karena kecewa. Aku ingin sekali menulis buku dengan latar belakang di luar negeri… seperti Andrea Hirata, Ahmad Fuadi, dll. Inilah menjadi salah satu alasan kenapa ke depannya aku masih akan terus mencoba.
Saat ini aku mengikuti lomba menuliskan mimpi oleh Mimpi Properti. Senang sekali membaca karya-karya tentang mimpi orang lain, bahkan beberapa tulisan membuatku terhenyak membacanya dan terdiam cukup lama. Kuyakin, semua orang pasti memiliki caranya meraih mimpi mereka masing-masing, jadi pastikan kalian juga mengikuti kontes ini ya, baca artikelnya di link di bawah ini... ^_^
http//www.kontesmimpiproperti.com/event-blog-kontes/

             Jadi inget lagunya Miley Cyrus, The Climb. “Ain’t about how fast I get there, ain’t about what’s waiting on the other side, it’s the climb...”

Berdasarkan tulisan [Dengan pengubahan seperlunya]:

Comments
2 Comments

2 comments:

  1. Apapun mimpinya, minumnya teh botol sosro...sukses ya...

    ReplyDelete
  2. Pengalamannya bagus banget kak, jadi termotivasi.

    ReplyDelete

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.

Related Posts Plugin by ScratchTheWeb