Friday, May 28, 2010

[Cerpen Keluarga] Ke Puncak Bersama Keluarga




Tugas Liburan Bahasa Indonesia

Matahari berada di puncaknya. Membuat siang begitu panas. Aku lebih memilih untuk memilih di rumah melakukan suatu pekerjaan yang kusuka. Seperti browsing ke internet lewat komputer di rumah atau membuka friendster. Siapa tahu ada kiriman e-mail untukku.

Ngomong-ngomong, namaku adalah Via dan aku baru duduk di bangku terakhir kelas dua SMP. Aku disini tinggal bersama keluargaku.

Dan keluargaku terdiri dari lima orang. Yaitu adalah ayah, ibu, kakak, aku dan adikku. Bagiku, menjadi anak kedua lumayan juga. Kurasa, kami adalah keluarga yang harmonis dan sederhana. Kami sering sekali berkumpul di ruang keluarga. Bercerita masa lalu atau juga berbagi suka dan duka.

Ayahku punya sifat yang tegas. Ia pun baik dan bijaksana. Ia juga mempunyai sifat yang humoris. Kadang beliau bercanda lucu sekali dan kami tertawa. Ketika kami membayangkan apa yang dijadikan beliau bahan candaan, kami jadi meringis atau setidaknya tersenyum-senyum sendiri.

Ibuku? Jangan ditanyakan lagi. Selayaknya seorang ibu, ia begitu mengasihi kami. Ia peduli dan juga baik hati. Aku selalu nyaman bercerita masalah pribadi dengannya. Karena ia selalu mendengarkan curahan hati kami dengan segenap hati. Ia juga dapat memberikan solusi untuk masalah-masalah yang sedang kami hadapi. Oh, ibuku… aku begitu mencintaimu.

Lalu kakakku, ia adalah kakak yang begitu baik bagiku. Kakakku tidak ada duanya! Dan sekarang, ia tengah duduk di bangku kelas dua SMA. Dia juga termasuk murid yang pintar di kelasnya. Ia pun sangat perhatian bila ada salah seorang adiknya yang sedang jatuh sakit.

Terakhir, akan kuceritakan tentang adikku. Dia baru saja menginjak kelas empat sekolah dasar. Ia juga begitu fanatik dengan yang namanya bola. Jika ada waktu senggang, ia pasti akan bermain bola. Kadang sendirian di halaman rumah dan kadang juga di lapangan bersama teman-temannya.

* * *

Suatu hari ketika liburan waktu itu, kami sekeluarga berencana untuk pergi ke puncak bersama-sama. Sehari sebelum keberangkatan, karena lumayan banyak barang yang akan kami bawa ke sana, jadi kami menyiapakannya dahulu. Ibuku menyiapkan barang-barang milik adikku dan ayah. Sedangkan aku dan kakak menyiapkan sendiri-sendiri.

Hari esok pun tiba. Kulihat matahari sudah terbit. Pagiku pun tidak terasa buruk. Tapi begitu menyenangkan. Apalagi mengingat kalau hari ini kami akan ke liburan ke puncak. Aku mulai membayangkan apa yang akan aku lakukan disana nanti. Lalu, pada pukul setengah delapan pagi, jadilah mobil kami melucur di jalanan. Menuju puncak! Menuju puncak! Duh, hatiku merasa senang sekali!

Tibalah kami di puncak. Tapi mobil kami masih meluncur menuju pondok tempat kami tinggal untuk sementara. Tak kusadari mulutku membentuk huruf “O” melihat keindahan alam yang kusaksikan lewat jendela mobil. Juga adikku yang terus memuji-muji tempat ini. Kami melihat kebun strawberry yang terhampar luas dan perkebunan teh. Dan masih banyak lagi. Kadang, manusia lupa dengan keindahan alam yang sudah Allah berikan. Bahkan mereka kadang malah merusaknya.

CIIT…! Mobil kami berhenti di depan sebuah pondok dimana kami akan menempatinya untuk sementara selama kami masih disini. Kami lalu turun dari mobil dan menurunkan barang-barang dan membawa masuk ke dalam pondok tersebut. Kulihat, suasana pondok itu begitu nyaman dan hangat. Membuatku langsung betah, euy!

Setelah memasukkan barang-barang ke dalam pondok, kami langsung berjalan-jalan ke kebun strawberry yang sejak tadi kami lihat. Dan ternyata, tidaklah jauh dari pondok kami ini.

“Yaah…, belum banyak yang berbuah!” desah adikku kesal. Ia terlihat kecewa dan sepertinya telah lebih dahulu mengelilingi kebun strawberry ini.

“Lalu kenapa kalau belum berbuah? Bukannya masakan ibu lebih enak?” candaku sambil telak pinggang dan tersenyum. “Kak, aku tidak mau memakannya, kok. Itu namanya pencurian. Aku ini bukan pencuri tapi pahlawan sepak bola!” kata adikku menimpali. “Eh, siapa yang bilang kau ini pencuri? Bukannya kau sendiri yang bilang tadi?” balasku. Adikku menggeleng-geleng malas melayaniku bicara. Ia terlihat kebingungan.

Tak lama kemudian, kami mendengar suara ibu memanggil kami dari arah pondok. Ia berkata bahwa makan siang telah siap. Aku dan adikku bero-o ria kembali ke pondok. Bahkan berlomba siapa yang lebih dahulu sampai. Siang ini ibu kami membuatkan semur daging dan sup yang suka ada di acara pengantin-pengantin itu. Makanannya enak sekali. Itulah sebabnya kami selalu tidak tahan lama-lama menatap masakan ibu yang dihidangkan di meja.

Di saat-saat liburan seperti ini, kami juga ke berbagai macam tempat lainnya. Seperti pemandian air panas, toko-toko souvenir, dan masih banyak lagi tempat yang kami kunjungi. Akupun berkenalan dengan salah seorang anak perempuan seusiaku. Kami begitu akrab. Dan ternyata dia adalah anak seorang petani buah-buahan. Sehingga aku bisa ikut membantunya juga ibunya di ladang. Inilah baru yang namanya liburan. Biarpun sebelumnya, aku lebih sering nonton televisi atau browsing ke internet. Tapi sekarang ku tahu, ini jauh lebih seru!

Yang namanya awal pasti akan ada akhirnya. Yang namanya pertemuan pasti akan ada perpisahannya. Karena sang waktupun terus berputar. Tak kusadari, liburan sebentar lagi berakhir. Aku juga harus menyiapakan barang-barang untuk kembali ke bersekolah. Kita disini terhitung sekitar tujuh hari. Rasanya begitu berat. Tapi ada rasa senang juga. Karena aku akan segera kembali menemui teman-temanku di sekolah. Aku juga akan bercerita panjang lebar tentang liburanku kali ini.

Bebi, Oktober 2008

Baca Cerita Lainnya:

Kumpulan Tugas Liburan Bahasa Indonesia ditulis satu kelas 3 MTs

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Jangan jadi silent reader, giliranmu bercuap-cuap ria.

Related Posts Plugin by ScratchTheWeb